Eks Gafatar di Samarinda Jual Barang untuk Biaya Hidup
Eks Gafatar di Samarinda Jual Barang untuk Biaya Hidup
A
A
A
SAMARINDA - Sejumlah warga eks Gafatar menjual barang-barang milik mereka sebelum dipulangkan ke kampung halaman. Barang-barang keperluan sehari-hari itu dijual di pinggir jalan poros Samarinda-Bontang, Kelurahan Tanah Merah, Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim).
"Ada baju-baju, peralatan rumah tangga, dan alat pertanian yang kami jual. Tujuannya untuk bekal pemulangan kami," kata seorang eks Gafatar, Taufan Isnandar, di sela melayani pembeli, Kamis (28/1/2016).
Barang yang mereka miliki dijual dengan harga sangat murah. Untuk pakaian, per lembar hanya dijual Rp5 ribu.
"Sebelumnya kami menawarkan ajuan pergantian ganti rugi aset kami ke pemerintah daerah. Namun sayang, tidak ada ganti rugi. Karena itu kami mengambil inisiatif menjual barang yang bisa dijual," kata Taufan.
Taufan pun meminta agar pemerintah lebih bijak menyikapi soal kepulangan ini. Pulang ke kampung halaman bukan sekadar pulang. Sebab, saat pindah dahuku, hampir seluruh warga eks Gafatar menjual aset mereka di kampung halaman untuk membangun permukiman baru di Kalimantan.
"Soal aset kami ini, kami seluruh warga eks Gafatar berharap ada kebijakan lain. Kami juga Warga Negara Indonesia dan tercatat sesuai administrasi kependudukan yang berlaku di Indonesia," katanya.
Taufan mengaku berasal dari Jawa Tengah. Meski sudah tidak lagi bergabung dengan Gafatar, Taufan tetap harus dipulangkan.
"Ada baju-baju, peralatan rumah tangga, dan alat pertanian yang kami jual. Tujuannya untuk bekal pemulangan kami," kata seorang eks Gafatar, Taufan Isnandar, di sela melayani pembeli, Kamis (28/1/2016).
Barang yang mereka miliki dijual dengan harga sangat murah. Untuk pakaian, per lembar hanya dijual Rp5 ribu.
"Sebelumnya kami menawarkan ajuan pergantian ganti rugi aset kami ke pemerintah daerah. Namun sayang, tidak ada ganti rugi. Karena itu kami mengambil inisiatif menjual barang yang bisa dijual," kata Taufan.
Taufan pun meminta agar pemerintah lebih bijak menyikapi soal kepulangan ini. Pulang ke kampung halaman bukan sekadar pulang. Sebab, saat pindah dahuku, hampir seluruh warga eks Gafatar menjual aset mereka di kampung halaman untuk membangun permukiman baru di Kalimantan.
"Soal aset kami ini, kami seluruh warga eks Gafatar berharap ada kebijakan lain. Kami juga Warga Negara Indonesia dan tercatat sesuai administrasi kependudukan yang berlaku di Indonesia," katanya.
Taufan mengaku berasal dari Jawa Tengah. Meski sudah tidak lagi bergabung dengan Gafatar, Taufan tetap harus dipulangkan.
(zik)
Explore More