Tanti Jayanti, Tak Malu Jadi Tukang Ojek
A
A
A
SEMARANG - BAGI Tanti Jayanti, waktu luang harus dimanfaatkan sebaik mungkin agar tak membosankan. Apalagi, jika hal itu bisa menghasilkan uang. Tak heran, Tanti pun tak malu mengojek demi mengisi waktu luangnya.
"Ada semangat dan keinginan untuk mandiri. Bisa nambah uang jajan juga," kata mahasiswi semester III Program Studi Hubungan Masyarakat Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ini kepada KORAN SINDO.
Apa yang dilakukan Tanti, yakni mengojek, sudah tentu jarang dilakukan teman-teman kampusnya. Namun, Tanti tak malu menjalaninya. Menurut dia, apa pun bisa dijalani asal bisa menghasilkan dan tentu saja dengan cara-cara yang baik.
"Biasanya mendapat telepon atau SMS dari teman-teman (kuliah) untuk mengantarkan ke suatu tempat. Kebanyakan minta diantar ke stasiun, terminal kalau mau pulang kampung," tambah gadis asli Sukoharjo ini.
Hal itu juga yang mengawalinya punya ide mengojek. Tanti kerap diminta teman-temannya mengantar. Hingga akhirnya, kadang kerepotan, akhirnya pasang tarif. Ini tentu tak jadi soal, asalkan waktunya berguna dan teman-temannya tertolong dengan jasa ojeknya.
"Hasilnya lumayan untuk uang jajan. Jadi tidak terlalu banyak minta orangtua," lanjutnya.
Di perantauan, Tanti tentu punya tanggung jawab studi yang harus diselesaikan. Itu membuatnya pandai-pandai mengatur waktu, antara kuliah dengan kerjaan sampingannya sebagai tukang ojek. Tanti menyebut, waktu ngojek ia ambil sore hari, setelah kuliah dan istirahat sebentar.
"Saya batasi ngojeknya. Karena yang terpenting tetap kuliah. Pengin lulus tepat waktu dan membanggakan orangtua. Saya juga dari Sukoharjo ke Semarang kan tujuannya kuliah, bukan mengojek, hehehe."
"Ada semangat dan keinginan untuk mandiri. Bisa nambah uang jajan juga," kata mahasiswi semester III Program Studi Hubungan Masyarakat Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ini kepada KORAN SINDO.
Apa yang dilakukan Tanti, yakni mengojek, sudah tentu jarang dilakukan teman-teman kampusnya. Namun, Tanti tak malu menjalaninya. Menurut dia, apa pun bisa dijalani asal bisa menghasilkan dan tentu saja dengan cara-cara yang baik.
"Biasanya mendapat telepon atau SMS dari teman-teman (kuliah) untuk mengantarkan ke suatu tempat. Kebanyakan minta diantar ke stasiun, terminal kalau mau pulang kampung," tambah gadis asli Sukoharjo ini.
Hal itu juga yang mengawalinya punya ide mengojek. Tanti kerap diminta teman-temannya mengantar. Hingga akhirnya, kadang kerepotan, akhirnya pasang tarif. Ini tentu tak jadi soal, asalkan waktunya berguna dan teman-temannya tertolong dengan jasa ojeknya.
"Hasilnya lumayan untuk uang jajan. Jadi tidak terlalu banyak minta orangtua," lanjutnya.
Di perantauan, Tanti tentu punya tanggung jawab studi yang harus diselesaikan. Itu membuatnya pandai-pandai mengatur waktu, antara kuliah dengan kerjaan sampingannya sebagai tukang ojek. Tanti menyebut, waktu ngojek ia ambil sore hari, setelah kuliah dan istirahat sebentar.
"Saya batasi ngojeknya. Karena yang terpenting tetap kuliah. Pengin lulus tepat waktu dan membanggakan orangtua. Saya juga dari Sukoharjo ke Semarang kan tujuannya kuliah, bukan mengojek, hehehe."
(zik)