Rekrutmen Anggota Teroris Banyak Lewat Sosial Media
A
A
A
YOGYAKARTA - Di era digital saat ini kelompok jaringan teroris banyak merekrut anggotanya lewat sosial media. Karena metode ini lebih mudah diakses lewat telepon genggam, seseorang bisa melihat perkembangan yang terjadi di belahan dunia lain dalam waktu bersamaan.
"Saya dulu direkrut melalui proses panjang, bertemu, tatap muka langsung, dilatih perang, dan memakan waktu lama," kata Abdurrahman Ayyub, mantan anggota jaringan terorisme dalam dialog Pencegahan Paham Radikal Terorisme dan ISIS bertema Peran Generasi Muda dalam Pencegahan Terorisme di Jogja Expo Center, Yogyakarta, Rabu (28/10/2015).
Sekarang, kata dia, perekrutan jaringan teroris sudah lebih canggih, melalui media sosial yang terhubung langsung ke internet. Tanpa bertemu langsung, perekrut jaringan teroris bisa dengan mudah mencari mangsa pemuda negeri ini.
"Sekarang, duduk dirumah bisa direkrut kelompok teroris. Itu karena era digital, teknologi yang berkembang dengan cepat, sosmed jadi alat untuk merekrut anggota baru jaringan terorisme," jelasnya.
Dia tidak sepakat jika pemerintah memblokir situs-situs yang ditengarai dari jaringan teroris. Justru dengan melihat situs itu bisa dipelajari perkembangan yang terjadi, meski melalui dunia maya.
"Jangan diblokir situs yang mengatasnamakan Islam. Kita bisa pelajari pergerakannya, dan lakukan pencegahan," jelasnya.
Abdurrahman meminta pemuda Indonesia jangan mudah terjebak dengan nama. Sebab, jaringan teroris itu berubah-ubah nama, tapi hakekatnya memiliki tujuan yang sama.
"Pemuda harus tau, diberi penjelasan yang benar karena mereka itu bergerak dengan tujuan membangkitkan amarah," timpalnya.
Dia menyebut ada dua ciri utama kelompok teroris, yakni mudah mengkafirkan seseorang dan melakukan perusakan. Menebar kebencian pada pemimpin juga masuk diantara ciri lain kelompok teroris.
"Siapapun dianggap kafir, kecuali kelompok dan pimpinannya. Mereka mengatasnamakan Islam, artinya bukan sebenarnya, karena apa yang diajarkan menyimpang," katanya.
Nasir Abbas, mantan anggota jaringan terorisme, menambahkan, ancaman nyata pada pemuda sudah ada saat ini. Dia tak ingin pemuda Indonesia menjadi korban dari kelompok jaringan terorisme.
"Saya tidak direkrut pemerintah, tapi ini dengan kesadaran diri, membantu pemerintah mengajak generasi muda supaya tidak terjebak seperti yang sudah kami alami," jelas Nasir.
Sementara Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Saud Usman Nasution, menghimbau masyarakat untuk mewaspadai sistem perekrutan teroris melalui media sosial.
"Momen Hari Sumpah Pemuda ini sangat tepat untuk mengajak generasi muda dalam pencegahan terorisme," kata Saud.
Ada sekira 1.000 pemuda, baik dari mahasiswa maupun pelajar yang mengikuti dialog tersebut. Dia berharap, ilmu yang diberikan pemateri dapat disebarluaskan ke pemuda lain agar perekrutan teroris melalui sosmed bisa diminimalisir.
"Kita tau, kelompok ISIS semakin hari semakin meresahkan. Mereka menghasut, melakukan propaganda, dan terus berusaha melebarkan sayab hingga ke Indonesia," kata mantan Kapolda Sumsel ini.
Pemuda dan masyarakat, kata dia, menjadi tulang punggung deteksi dini pencegahan teroris. Tak heran, pihaknya mengajak semua lapisan masyarakat, khususnya pemuda untuk bersama-sama melawan kelompok-kelompok teroris di negeri ini.
"Saya dulu direkrut melalui proses panjang, bertemu, tatap muka langsung, dilatih perang, dan memakan waktu lama," kata Abdurrahman Ayyub, mantan anggota jaringan terorisme dalam dialog Pencegahan Paham Radikal Terorisme dan ISIS bertema Peran Generasi Muda dalam Pencegahan Terorisme di Jogja Expo Center, Yogyakarta, Rabu (28/10/2015).
Sekarang, kata dia, perekrutan jaringan teroris sudah lebih canggih, melalui media sosial yang terhubung langsung ke internet. Tanpa bertemu langsung, perekrut jaringan teroris bisa dengan mudah mencari mangsa pemuda negeri ini.
"Sekarang, duduk dirumah bisa direkrut kelompok teroris. Itu karena era digital, teknologi yang berkembang dengan cepat, sosmed jadi alat untuk merekrut anggota baru jaringan terorisme," jelasnya.
Dia tidak sepakat jika pemerintah memblokir situs-situs yang ditengarai dari jaringan teroris. Justru dengan melihat situs itu bisa dipelajari perkembangan yang terjadi, meski melalui dunia maya.
"Jangan diblokir situs yang mengatasnamakan Islam. Kita bisa pelajari pergerakannya, dan lakukan pencegahan," jelasnya.
Abdurrahman meminta pemuda Indonesia jangan mudah terjebak dengan nama. Sebab, jaringan teroris itu berubah-ubah nama, tapi hakekatnya memiliki tujuan yang sama.
"Pemuda harus tau, diberi penjelasan yang benar karena mereka itu bergerak dengan tujuan membangkitkan amarah," timpalnya.
Dia menyebut ada dua ciri utama kelompok teroris, yakni mudah mengkafirkan seseorang dan melakukan perusakan. Menebar kebencian pada pemimpin juga masuk diantara ciri lain kelompok teroris.
"Siapapun dianggap kafir, kecuali kelompok dan pimpinannya. Mereka mengatasnamakan Islam, artinya bukan sebenarnya, karena apa yang diajarkan menyimpang," katanya.
Nasir Abbas, mantan anggota jaringan terorisme, menambahkan, ancaman nyata pada pemuda sudah ada saat ini. Dia tak ingin pemuda Indonesia menjadi korban dari kelompok jaringan terorisme.
"Saya tidak direkrut pemerintah, tapi ini dengan kesadaran diri, membantu pemerintah mengajak generasi muda supaya tidak terjebak seperti yang sudah kami alami," jelas Nasir.
Sementara Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Saud Usman Nasution, menghimbau masyarakat untuk mewaspadai sistem perekrutan teroris melalui media sosial.
"Momen Hari Sumpah Pemuda ini sangat tepat untuk mengajak generasi muda dalam pencegahan terorisme," kata Saud.
Ada sekira 1.000 pemuda, baik dari mahasiswa maupun pelajar yang mengikuti dialog tersebut. Dia berharap, ilmu yang diberikan pemateri dapat disebarluaskan ke pemuda lain agar perekrutan teroris melalui sosmed bisa diminimalisir.
"Kita tau, kelompok ISIS semakin hari semakin meresahkan. Mereka menghasut, melakukan propaganda, dan terus berusaha melebarkan sayab hingga ke Indonesia," kata mantan Kapolda Sumsel ini.
Pemuda dan masyarakat, kata dia, menjadi tulang punggung deteksi dini pencegahan teroris. Tak heran, pihaknya mengajak semua lapisan masyarakat, khususnya pemuda untuk bersama-sama melawan kelompok-kelompok teroris di negeri ini.
(sms)