Sapi Makan Sampah Boleh Jadi Hewan Kurban
A
A
A
PADANG - Dinas Pertanian Peternakan Kehutanan dan Perkebunan Kota Padang memperbolehkan sapi maupun kambing yang makan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Air Dingin, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat jadi hewan kurban. Namun Dinas Pertanian Peternakan Kehutanan dan Perkebunan Kota Padang mensyaratkan hewannya tidak sakit.
“Selagi sapi itu sehat secara fisik tidak jadi persoalan. Mau dijadikan hewan kurban atau bukan itu tidak menjadi halangan, selagi sapi-sapi itu memiliki tanda-tanda kesehatan,” kata Kepala Dinas Pertanian Peternakan Kehutanan dan Perkebunan Kota Padang Heryanto Rustam, Senin (21/9/2015).
Menurutnya sapi yang terlihat sehat secara fisik antara lain berbadan sehat, makan lahap, bulu mengkilap, gerak lincah, mata bersih, hidung berair dan tidak cacat. “Itu semua sudah tergolong sapi sehat dan bisa dijadikan hewan kurban,” katanya.
Meski demikian pihaknya akan melakukan pemeriksaan hewan kurban seminggu menjelang Idul Adha. “Kita pasti pasti akan lakukan pemeriksaan kesehatan hewan kurban,” jelasnya.
Disisi lain sapi-sapi yang memakan sisa-sisa di TPA kondisi lebih gemuk dibanding sapi lain yang memakan rumput, seperti sapi milik Muswandi (62) warga Aia Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah ini memiliki 28 ekor sapi. Rata-rata sapi miliknya ini gemuk-gemuk.
“Kita sudah dipesan lima ekor yang akan dibeli dan mereka sudah memberikan panjarnya, satu ekor itu harganya Rp11 juta sampai Rp12 juta sesuai dengan ukurannya dan tidak pakai timbangan,” ujarnya.
Menurutnya di TPA tersebut banyak pemilik sapi umumnya dilepas saja, biasanya pukul 08.00 WIB pemilik sapi melepaskan kemudian pukul 12.00 WIB pemilik sapi mendatangi sapinya untuk memeriksa lalu pada pukul 16.00 WIB pemilik sapi menjemput sapi-sapinya. “Disini paling sedikit sapinya ada lima ekor,” timpalnya.
Setiap truk sampah yang datang sapi-sapi itu akan mengerubunginya mencari makannya seperti sisa-sisa sayur-sayuran di rumah-rumah atau pasar-pasar yang ada di wilayah Kota Padang, kadang juga sapi itu memakan plastik atau pembungkus sampah-sampah.
“Sampai saat ini belum ada pihak dari peternakan memeriksa ternak kami, kita juga mau diperiksa ternak kita, sudah dua tahun saya disini belum ada pihak peternakan memeriksa hewan kami,” kata dia.
Meski sapi-sapi ini makan sampah, namun para pencari sapi untuk hewan korban masih terpikat dengan kegemukan sapi TPA ini.
“Kemarin ada yang datang kesini membeli sapi untuk hewan kurban, mereka membawa sebanyak enam ekor dari sini, katanya untuk hewan korban, tapi kita tidak tahu mau dibawa kemana, sebab sapi orang lain yang dibelinya,” pungkasnya.
“Selagi sapi itu sehat secara fisik tidak jadi persoalan. Mau dijadikan hewan kurban atau bukan itu tidak menjadi halangan, selagi sapi-sapi itu memiliki tanda-tanda kesehatan,” kata Kepala Dinas Pertanian Peternakan Kehutanan dan Perkebunan Kota Padang Heryanto Rustam, Senin (21/9/2015).
Menurutnya sapi yang terlihat sehat secara fisik antara lain berbadan sehat, makan lahap, bulu mengkilap, gerak lincah, mata bersih, hidung berair dan tidak cacat. “Itu semua sudah tergolong sapi sehat dan bisa dijadikan hewan kurban,” katanya.
Meski demikian pihaknya akan melakukan pemeriksaan hewan kurban seminggu menjelang Idul Adha. “Kita pasti pasti akan lakukan pemeriksaan kesehatan hewan kurban,” jelasnya.
Disisi lain sapi-sapi yang memakan sisa-sisa di TPA kondisi lebih gemuk dibanding sapi lain yang memakan rumput, seperti sapi milik Muswandi (62) warga Aia Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah ini memiliki 28 ekor sapi. Rata-rata sapi miliknya ini gemuk-gemuk.
“Kita sudah dipesan lima ekor yang akan dibeli dan mereka sudah memberikan panjarnya, satu ekor itu harganya Rp11 juta sampai Rp12 juta sesuai dengan ukurannya dan tidak pakai timbangan,” ujarnya.
Menurutnya di TPA tersebut banyak pemilik sapi umumnya dilepas saja, biasanya pukul 08.00 WIB pemilik sapi melepaskan kemudian pukul 12.00 WIB pemilik sapi mendatangi sapinya untuk memeriksa lalu pada pukul 16.00 WIB pemilik sapi menjemput sapi-sapinya. “Disini paling sedikit sapinya ada lima ekor,” timpalnya.
Setiap truk sampah yang datang sapi-sapi itu akan mengerubunginya mencari makannya seperti sisa-sisa sayur-sayuran di rumah-rumah atau pasar-pasar yang ada di wilayah Kota Padang, kadang juga sapi itu memakan plastik atau pembungkus sampah-sampah.
“Sampai saat ini belum ada pihak dari peternakan memeriksa ternak kami, kita juga mau diperiksa ternak kita, sudah dua tahun saya disini belum ada pihak peternakan memeriksa hewan kami,” kata dia.
Meski sapi-sapi ini makan sampah, namun para pencari sapi untuk hewan korban masih terpikat dengan kegemukan sapi TPA ini.
“Kemarin ada yang datang kesini membeli sapi untuk hewan kurban, mereka membawa sebanyak enam ekor dari sini, katanya untuk hewan korban, tapi kita tidak tahu mau dibawa kemana, sebab sapi orang lain yang dibelinya,” pungkasnya.
(sms)