Banten Diserbu Pekerja Asing, China Mendominasi

Jum'at, 04 September 2015 - 07:00 WIB
Banten Diserbu Pekerja Asing, China Mendominasi
Banten Diserbu Pekerja Asing, China Mendominasi
A A A
SERANG - Ada sekitar 7.653 jiwa Warga Negara Asing (WNA) di Provinsi Banten. Dari jumlah tersebut 5.947 jiwa pemegang ijin tinggal sementara (ITAS) dan hanya 4.280 yang bekerja. Sedangkan, 1.667 jiwa lainnya adalah pengikut pemegang ITAS yang bekerja.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM Banten, sebanyak 4.280 WNA yang bekerja di Banten tercatat di tiga kantor imigrasi, yaitu Tangerang sebanyak 1.336 jiwa, Serang sebanyak 479 jiwa dan Cilegon sebanyak 722 jiwa.

"WNA yang tinggal di Banten, yaitu China sebanyak 2.299 jiwa, Korsel 1.941 jiwa, Jepang 412 jiwa, Taiwan 402 jiwa dan Amerika 235 jiwa. Data pertanggal 10 Agustus 2015," kata Kepala Kanwil Kemenkum HAM Banten Susy Susilawati.

Dari data tersebut, diketahui perusahaan di Serang yang banyak menampung WNA asal China adalah PT Chemindo Gemilang, PT Sinoma Engineering Indonesia, PT China Harbour Indonesia dan PT Mutiara Indah Anugrah.

Kemudian untuk wilayah Cilegon adalah, PT Second Contruction, PT Indorama, PT.Sinome Engineering dan PT But Beijing.

"Sedangkan tahanan untuk WNA sebanyak 199 jiwa yang terlibat tindak pidana dan sedang menjalani proses hukuman kurungan penjara di Lapas Tangerang, Rutan Tangerang dan Lapas Serang. Sebagian besar WNA ini terlibat dalam peredaran dan penyalahgunaan narkotika," pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Banten Hudya Latuconsina mengungkapkan bahwa total pekerja asing yang ada dari data tahun 2015 akhir sebanyak 29 ribu

"Itu secara keseluruhan yang ada diwilayah industri di Banten, yang paling dominan dari Korea, RRC, selebihnya dari Amerika Jepang Taiwan Malaysia Singapur India," katanya.

Namun, problem yang ada saat ini, pekerja yang didatangkan perusahaan dari China tidak didampingi pekerja dari indonesia, sehingga pekerja lokal hanya mempunyai handskill saja.

"Harusnya didampingi pekerja dari indonesia agar ilmunya dapat ditransfer, ilmu tekhologi, terkendala bahasa juga, seharusnya pekerja luar bisa berbahasa Indonesia," jelasnya
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2900 seconds (0.1#10.140)