Kesenian Tradisional Terus Digenjot
A
A
A
BANTUL - Terkikisnya kesenian tradisional akibat perkembangan teknologi yang kian cepat membuat keprihatinan berbagai pihak.
Hal inilah yang membuat instansi seperti Dinas Pariwisata harus bekerja ekstra keras untuk menjaga berbagai jenis kesenian tradisional dari kepunahan. Mereka terus berupaya untuk melakukan regenerasi dan mempromosikannya. Kepala Seksi (Kasie) Obyek dan Daya Tarik Wisata Dinas Pariwisata (Dispar) DIY Muhammad Halim mengatakan, Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selalu menyelenggarakan berbagai pentas kesenian.
Seperti yang mereka lakukan Minggu (23/ 8) di Pantai Gua Cemara, Kecamatan Sanden. Tiga jenis kesenian tradisional mereka pentaskan sekaligus. "Kami memang berupaya agar kesenian tradisional tetap dikenal," ujarnya, kemarin. Tiga kesenian yang dipentaskan tersebut di antaranya adalah gejog lesung, tari anakanak, dan campursari.
Pihaknya sengaja menggelar pementasan tiga kesenian tradisional tersebut di obyek wisata karena jumlah pengunjungnya cukup banyak. Sehingga tujuan mempromosikan kesenian kepada khalayak umum bisa dilakukan. Halim mengungkapkan, dengan penyelenggaraan kesenian ini harapannya juga untuk memberikan hiburan pengunjung obyek wisata.
Selain itu, pementasan ini juga sebagai salah satu upaya pembinaan kesenian yang dilakukan oleh instansi terkait. Karena menurutnya pemberdayaan yang dilakukan bertujuan agar kesenian tersebut tidak mati. "Dengan pentas ini tentu mereka bisa tetap eksis," tuturnya.
Untuk pembinaan grupgrup kesenian ini salah satunya dengan pementasan. Dalam setahun, pihak Dispar DIY mengalokasikan dana untuk pementasan masing-masing Kabupaten sebanyak 10 kali. Kesenian apa saja yang ditampilkan menurut Halim sepenuhnya menjadi wewenang dari Disbudpar Kabupaten/Kota.
Kepala Seksie (Kasie) Pengembangan Daya Tarik Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Ban tul Sunaryo mengakui beberapa kesenian tradisional yang ada di Kabupaten Bantul memang terancam punah. Ia mencontohkan kesenian gejog lesung yang mengalami kesulitan regenerasi. "Rata-rata pemainnya adalah orang yang sudah berusia lanjut," katanya.
Sebenarnya, lanjut Sunaryo, sekitar 60% desa wisata yang ada di Bantul memiliki kesenian jenis ini. Hanya saja, regenerasi yang dilakukan cukup sulit akibat perkembangan teknologi. Generasi muda terutama anak-anak merasa malu memainkan jenis musik ini. Karena dianggap tidak menarik dan terkesan monoton dibanding dengan kesenian modern seperti sekarang ini.
Erfanto linangkung
Hal inilah yang membuat instansi seperti Dinas Pariwisata harus bekerja ekstra keras untuk menjaga berbagai jenis kesenian tradisional dari kepunahan. Mereka terus berupaya untuk melakukan regenerasi dan mempromosikannya. Kepala Seksi (Kasie) Obyek dan Daya Tarik Wisata Dinas Pariwisata (Dispar) DIY Muhammad Halim mengatakan, Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selalu menyelenggarakan berbagai pentas kesenian.
Seperti yang mereka lakukan Minggu (23/ 8) di Pantai Gua Cemara, Kecamatan Sanden. Tiga jenis kesenian tradisional mereka pentaskan sekaligus. "Kami memang berupaya agar kesenian tradisional tetap dikenal," ujarnya, kemarin. Tiga kesenian yang dipentaskan tersebut di antaranya adalah gejog lesung, tari anakanak, dan campursari.
Pihaknya sengaja menggelar pementasan tiga kesenian tradisional tersebut di obyek wisata karena jumlah pengunjungnya cukup banyak. Sehingga tujuan mempromosikan kesenian kepada khalayak umum bisa dilakukan. Halim mengungkapkan, dengan penyelenggaraan kesenian ini harapannya juga untuk memberikan hiburan pengunjung obyek wisata.
Selain itu, pementasan ini juga sebagai salah satu upaya pembinaan kesenian yang dilakukan oleh instansi terkait. Karena menurutnya pemberdayaan yang dilakukan bertujuan agar kesenian tersebut tidak mati. "Dengan pentas ini tentu mereka bisa tetap eksis," tuturnya.
Untuk pembinaan grupgrup kesenian ini salah satunya dengan pementasan. Dalam setahun, pihak Dispar DIY mengalokasikan dana untuk pementasan masing-masing Kabupaten sebanyak 10 kali. Kesenian apa saja yang ditampilkan menurut Halim sepenuhnya menjadi wewenang dari Disbudpar Kabupaten/Kota.
Kepala Seksie (Kasie) Pengembangan Daya Tarik Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Ban tul Sunaryo mengakui beberapa kesenian tradisional yang ada di Kabupaten Bantul memang terancam punah. Ia mencontohkan kesenian gejog lesung yang mengalami kesulitan regenerasi. "Rata-rata pemainnya adalah orang yang sudah berusia lanjut," katanya.
Sebenarnya, lanjut Sunaryo, sekitar 60% desa wisata yang ada di Bantul memiliki kesenian jenis ini. Hanya saja, regenerasi yang dilakukan cukup sulit akibat perkembangan teknologi. Generasi muda terutama anak-anak merasa malu memainkan jenis musik ini. Karena dianggap tidak menarik dan terkesan monoton dibanding dengan kesenian modern seperti sekarang ini.
Erfanto linangkung
(ftr)