Balita Penderita Gizi Buruk di Palembang Butuh Bantuan
A
A
A
PALEMBANG - Seorang balita di Kecamatan Gandus, Palembang, Sumatera Selatan, Adi Wijaya (3,5), mengalami gizi buruk. Sejak lahir, anak pertama dari pasangan Zuairiya (29) dan Zulaini (47) ini mengalami kelainan di bagian tulang rusuk depan kanan dan di tulang leher kanan.
Kondisi itulah yang membuat Adi Wijaya sangat pasif bergerak. Di kediamannya di Jalan Pangeran Sido Ing Kenayan 148 RT 4 RW 2 Kelurahan Karang Anyar, Gandus, Adi Wijaya hanya terkulai lesu.
Pihak keluarga mengatakan, penghasilan orangtua Adi sebagai pedagang buah dan kemplang itu tidak mencukupi kebutuhan berobat.
Menurut sang nenek, Zainah, meski program kesehatan gratis dicanangkan pemerintah, namun saat berobat juga membutuhkan uang. Sementara, setiap harinya, orangtua Adi berjualan untuk kebutuhan makan,
"Sejak lahir, kaki dan pinggang Adi kecil. Dokter juga mengatakan gizi buruk dan sempat mendapatkan bantuan asupan, tapi sementara. Sekarang, beratnya hanya 7,4 kg," ujarnya pilu, Minggu (14/6/2015).
Saat Adi dalam kandungan, ibu Adi sempat terjatuh. Namun, karena sakitnya sudah tidak terasa, tidak dilakukan pengobatan.
Ketika lahir, tubuh Adi memang lemah. "Teman selahirannya sekarang sudah bisa berdiri. Tapi, Adi sekarang masih tidak bisa (berdiri)," ujar sang nenek yang berprofesi sebagai penjual kemplang keliling.
Ia mengatakan, ayah Adi sehari-hari hanya berjualan buah dari hasil kebun. Sedangkan ibunya membantu menjual kemplang keliling kampung. Jika diperkirakan, penghasilan orangtua Adi hanya berkisar Rp50.000/minggu.
Pihak kecamatan sudah mengusulkan keluarga Adi sebagai penerima bantuan yang disalurkan melalui PT Pos. "Tapi Adi tidak berobat karena kedua orangtuanya berdagang. Jika tidak berdagang, juga tidak bisa makan."
Kondisi itulah yang membuat Adi Wijaya sangat pasif bergerak. Di kediamannya di Jalan Pangeran Sido Ing Kenayan 148 RT 4 RW 2 Kelurahan Karang Anyar, Gandus, Adi Wijaya hanya terkulai lesu.
Pihak keluarga mengatakan, penghasilan orangtua Adi sebagai pedagang buah dan kemplang itu tidak mencukupi kebutuhan berobat.
Menurut sang nenek, Zainah, meski program kesehatan gratis dicanangkan pemerintah, namun saat berobat juga membutuhkan uang. Sementara, setiap harinya, orangtua Adi berjualan untuk kebutuhan makan,
"Sejak lahir, kaki dan pinggang Adi kecil. Dokter juga mengatakan gizi buruk dan sempat mendapatkan bantuan asupan, tapi sementara. Sekarang, beratnya hanya 7,4 kg," ujarnya pilu, Minggu (14/6/2015).
Saat Adi dalam kandungan, ibu Adi sempat terjatuh. Namun, karena sakitnya sudah tidak terasa, tidak dilakukan pengobatan.
Ketika lahir, tubuh Adi memang lemah. "Teman selahirannya sekarang sudah bisa berdiri. Tapi, Adi sekarang masih tidak bisa (berdiri)," ujar sang nenek yang berprofesi sebagai penjual kemplang keliling.
Ia mengatakan, ayah Adi sehari-hari hanya berjualan buah dari hasil kebun. Sedangkan ibunya membantu menjual kemplang keliling kampung. Jika diperkirakan, penghasilan orangtua Adi hanya berkisar Rp50.000/minggu.
Pihak kecamatan sudah mengusulkan keluarga Adi sebagai penerima bantuan yang disalurkan melalui PT Pos. "Tapi Adi tidak berobat karena kedua orangtuanya berdagang. Jika tidak berdagang, juga tidak bisa makan."
(zik)