Microchips Ditanam pada 12 Komodo KBS

Kamis, 28 Mei 2015 - 10:57 WIB
Microchips Ditanam pada 12 Komodo KBS
Microchips Ditanam pada 12 Komodo KBS
A A A
SURABAYA - Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) Kebun Binatang Surabaya (KBS) terus meningkatkan pengawasan terhadap satwa-satwa koleksinya, khususnya Komodo.

Guna memudahkan pendataan dan pengamanan satwa, perusahaan milik Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya itu memasang microchips pada 12 ekor komodo. Kepala Humas PDTS KBS Ryan Adi Djauhari mengatakan, pemasangan microchips ini dilakukan agar suatu saat jika terjadi sesuatu pada satwa melata ini, semua rekam jejaknya bisa diketahui dengan jelas.

Pemasangan microchips ini merupakan arahan Kementerian Kehutanan (Kemenhut). Kemenhut memberi arahan bahwa semua satwa yang dilindungi harus memiliki microchips yang menandai identitas dari satwa tersebut. Apalagi, KBS tidak hanya kebun binatang, tapi juga lembaga konservasi.

“Dengan pemasangan microchips ini, ada beberapa keuntungan. Pertama, kami memiliki database tiap-tiap satwa.” Sebab, microchips ini bisa mencatat perkembangan tumbuh satwa, seperti panjang sekaligus berat badannya,” ujarnya. Ryan menjelaskan, pemasangan microchips ini dilakukan ke perut komodo. Pemasangan perangkat lunak itu dilakukan ahli kesehatan.

Setelah dipasangi microchips , satwa tidak boleh ada kontak dengan manusia dan satwa lain. Selain mampu mencatat tumbuh kembang dan fisik satwa, microchips ini juga mampu merekam kondisi kesehatan satwa. “Microchips ini juga mampu mendeteksi keberadaan satwa.

Misalnya ketika dicuri nanti bisa terlacak. Jadi, pihak yang mencuri tidak bisa lagi mengelak karena database yang ada di microchips bisa menjadi bukti. Selain memasang ke komodo, kami juga memasang microchips pada orang utan dan aves,” ungkapnya.

Pada Minggu (24/5) lalu, seekor ekor komodo KBS ditemukan mati di kandangnya. Kematian, satwa asal Nusa Tenggara itu menambah daftar panjang kematian komodo. Sebab, tahun sebelumnya ada komodo yang mati. Kepala Perawat Satwa Komodo Suraji adalah orang yang pertama kali menemukan komodo berkode ID K-8 tersebut mati.

Saat itu kepala perawat itu hendak melakukan pembersihan kandang. Namun, sampai di sana, ditemukan komodo dengan ID K- 8 itu sudah tidak bernyawa. Saat itu komodo ini berusia 22 tahun, melebihi batas usia rata-rata komodo sekitar 20 tahun.

“Hasil autopsi menemukan adanya pembengkakan organ jantung. Diduga karena pengaruh faktor usia dan menurunnya fungsi organ,” ungkap Ryan. Pria yangbarubekerjaselama lima bulan di KBS ini mengungkapkan, pada 2000, PDTS KBS menerima 11 ekor komodo.

Ke-11 komodo itu selanjutnya menjadi generasi awal dari populasi komodo yang ada sekarang di KBS. Salah satu komodo yang diterima pada 2000 itu adalah komodo muda berusia sekitar7tahundari Flores. Satwa bernama latin Varanus komodoensis itu kemudian ditandai dengan nomor 0001435BB9 dengan ID lokal KBS K-8.

“Kondisi ketika datang, ekornya buntung sehinggasecara reproduksitidak dapat berfungsi. ID K-8 menempati kandang peraga komodo 1- A bersama empat jantan dan dua betina,” paparnya.

lukman hakim
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8735 seconds (0.1#10.140)