Usir Pedagang Asal China Daratan, Demonstran Hong Kong Bentrok dengan Polisi di Mal

Minggu, 29 Desember 2019 - 05:28 WIB
Usir Pedagang Asal China Daratan, Demonstran Hong Kong Bentrok dengan Polisi di Mal
Polisi Hong Kong menangani aksi demonstrasi. FOTO/Reuters
A A A
HONG KONG - Polisi Hong Kong dan pengunjuk rasa terlibat bentrokan di sebuah pusat perbelanjaan di Hong Kong, Sabtu (28/12/2019). Demonstran menuntut para pedagang yang berasal dari China daratan segera meninggalkan Hong kong.

Aksi protes di Sheung Shui, dekat perbatasan Hong Kong dengan China daratan, adalah bagian dari upaya untuk menekan pemerintah dengan mengganggu kegiatan ekonomi. Sekitar 100 pemrotes berbaris di mal sambil berteriak, "Bebaskan Hong Kong!" dan "Kembali ke daratan!"

Beberapa pembeli berdebat dengan polisi tentang kehadiran aparat di pusat perbelanjaan. Polisi berpakaian sipil dengan pentungan dilaporkan diserang oleh beberapa pengunjuk rasa. Seorang petugas menggunakan semprotan merica pada pengunjuk rasa dan wartawan.

"Protes ini terjadi di distrik utara dekat China daratan dan menargetkan para pedagang dari China daratan," kata koresponden Al Jazeera, Florence Looi yang melaporkan dari Hong Kong. "Seluruh idenya adalah untuk menyebabkan gangguan pada China daratan yang melakukan perdagangan paralel (di Hong Kong)," lanjutnya.

Sheung Shui, yang terletak persis di perbatasan kota Shenzhen di China, sangat populer di kalangan pedagang yang membeli barang-barang bebas bea dalam jumlah besar di Hong Kong dan kemudian menjualnya di China daratan.

Para pedagang China telah menjadi sasaran para pemrotes di Hong Kong, yang menyalahkan mereka karena kepadatan dan mendorong kenaikan harga dan sewa. “Niat kami adalah membuat toko menutup gerbang mereka. Ada banyak pedagang paralel, kami ingin mengusir mereka,” kata Kelly, seorang pemrotes berusia 17 tahun yang mengenakan topeng.

Reuters melaporkan, Polisi menggulingkan seorang pengunjuk rasa ke tanah dan menyemprot merica ke wajahnya, sebelum akhirnya memborgol pria itu. Banyak toko tutup lebih awal dan pembeli bergegas keluar dari mal saat terjadinya bentrokan. Setidaknya 14 orang ditahan dalam aksi ini.
a
Bosan digertak terus oleh Administrasi Trump, Huawei balik mengancam Pemerintah AS. Huawei mengancam akan mengakhiri semua teknologi yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan asal Amerika.

Dilarangnya Huawei memasuki pasar Amerika secara tidak langsung membuat kelompok teknologi China berhasil menyusun rencana B jika sanksi berlanjut. Dalam beberapa tahun, pabrikan Tiongkok bisa sepenuhnya independen dari pemasoknya yang berbasis di Amerika Serikat.

Dalam sebuah wawancara dengan CNN, Ren Zhengfei, pendiri Huawei, sekali lagi melihat kembali masa depan grup, seperti yang dilaporkan situs IT Home. Pada awalnya, Ren mengonfirmasi Google tidak bisa mendapatkan pengabaian dari pemerintah Amerika Serikat, tidak seperti Micron atau Microsoft. Oleh karena itu, pabrikan tidak siap untuk memulihkan lisensi Android-nya. "Huawei memiliki rencana B yang sangat ambisius," kata Ren Zhengfei.

Kehilangan layanan Google, Huawei saat ini sedang menyelesaikan pengembangan rangkaian aplikasinya sendiri, yakni Huawei Mobile Service. Selain itu, perusahaan sudah menguji alternatifnya dengan pengguna China.

“Saya percaya kami dapat membangun ekosistem global sendiri selama dua hingga tiga tahun ke depan,” kata Ren Zhengfei, merujuk pada Harmony OS, sistem operasi yang dipatenkan untuk menggantikan Android.

Beberapa bulan yang lalu, dia sudah meyakinkan bahwa Harmony OS akan sepopuler iOS dalam dua tahun. Seperti biasa, miliarder itu menunjukkan kepercayaan yang tak tergoyahkan. "Kami memiliki rencana B yang sangat ambisius," tegasnya.

Bahkan Ren menegaskan akan mengambil langkah lebih jauh jika Presiden Donald Trump tetap mengharamkan mereka bertransaksi. "Jika Amerika Serikat tidak mengizinkan perusahaan mereka untuk memasok kami dengan produk, kami memiliki pilihan lain," kata pendiri Huawei itu.

Ini terutama berlaku pada perangkat keras. Sejak Mate 30, Huawei sebenarnya tidak lagi menggunakan komponen Amerika di smartphone-nya. Grup ini telah meninggalkan teknologi Qorvo atau Skyworks dan membuang WiFi dan chip Bluetooth Broadcom.

Untuk menghilangkan teknologi yang berasal dari AS, Huawei mengandalkan kedua komponen buatannya. Ditambah produk yang dipasok oleh mitra asing, seperti Murata, perusahaan Jepang. "Jika opsi ini menjadi matang dan stabil, saya tidak berpikir kami akan bekerja dengan perusahaan Amerika lagi," ancam Ren Zhengfei.

Oleh karena itu, di tahun-tahun mendatang, Huawei bermaksud memboikot semua perusahaan Amerika sebagai reaksi atas tindakan yang diambil oleh Pemerintah Trump. Ini merupakan pukulan berat bagi perusahaan seperti Intel, AMD, Qualcomm atau Neophotonics, yang omsetnya sangat tergantung pada Huawei.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 3.0376 seconds (0.1#10.140)