Bekas Diktator Zimbabwe Robert Mugabe Meninggal Dunia

Jum'at, 06 September 2019 - 14:59 WIB
Bekas Diktator Zimbabwe Robert Mugabe Meninggal Dunia
Mantan diktator Zimbabwe, Robert Mugabe, meninggal dunia pada usia 95 tahun. Foto/Istimewa
A A A
ZIMBABWE - Robert Mugabe, mantan diktator Zimbabwe, meninggal dunia pada usia 95 tahun. Informasi mengenai meninggalnya Mugabe disampaikan oleh Presiden Zimbabwe Emmerson Mnangagwa.

"Dengan sangat sedih saya mengumumkan kematian ayah pendiri dan mantan Presiden Zimbabwe, Cde Robert Mugabe," kata Mnangagwa dalam sebuah postingan di Twitter.

"Kontribusinya bagi sejarah bangsa dan benua kita tidak akan pernah dilupakan. Semoga jiwanya beristirahat dalam kedamaian abadi," tambahnya seperti dikutip dari Al Jazeera, Jumat (6/9/2019).

Mugabe dipaksa turun dari kursi kekuasaan oleh militer pada November 2017 menyusul aksi protes nasional.

Mantan tahanan politik itu berubah menjadi pemimpin gerilyawan yang berkuasa di pemilu 1980 setelah meningkatnya pemberontakan dan sanksi ekonomi yang memaksa pemerintah kolonial minoritas kulit putih ke meja perundingan.

Dilahirkan pada 21 Februari 1924, dari keluarga Katolik di Misi Kutama barat laut Harare, Mugabe digambarkan sebagai anak yang penyendiri dan rajin belajar. Ia dikenal kerap membawa buku bahkan ketika merawat ternak.

Setelah ayahnya yang tukang kayu meninggalkan keluarga ketika dia berusia 10 tahun, Mugabe muda berkonsentrasi pada studinya. Ia kemudian memenuhi syarat sebagai guru sekolah pada usia 17 tahun.

Sebagai seorang intelektual yang awalnya menganut Marxisme, ia mendaftarkan diri di Universitas Fort Hare di Afrika Selatan. Di sini ia bertemu banyak pemimpin nasionalis kulit hitam masa depan Afrika Selatan.

Setelah mengajar di Ghana, di mana ia dipengaruhi oleh presiden pendiri negara itu Kwame Nkrumah, Mugabe kembali ke tempat yang sebelumnya bernama Rhodesia. Ia sempata ditahan Rhodesia karena kegiatan nasionalisnya pada tahun 1964 dan menghabiskan 10 tahun berikutnya di kamp penjara atau penjara.

Selama penahanannya, ia memperoleh tiga derajat melalui korespondensi, tetapi tahun-tahun di penjara memilukan.

Putra Mugabe yang berusia empat tahun dari istri pertamanya, Sally Francesca Hayfron, kelahiran Ghana, meninggal ketika ia berada di balik jeruji besi. Pemimpin Rhodesian Ian Smith melarangnya pergi untuk menghadiri pemakaman.

Dia pernah terkenal mengatakan bahwa dia akan memerintah negaranya sampai dia berusia 100 tahun, dan banyak yang berharap dia mati di kursi kekuasaan. Tetapi meningkatnya ketidakpuasan terhadap kepemimpinannya dan sejumlah masalah lain mendorong intervensi militer, proses pemakzulan oleh parlemen dan demonstrasi jalanan besar-besaran mengiringi lengsernya Mugabe.

Mugabe awalnya sempat mengabaikan seruan untuk lengser. Namun pada 21 November 2017 ia mengumumkan pengunduran dirinya yang sontak dirayakan dengan liar oleh warga Zimbabwe di jalan-jalan Ibu Kota Harare.

Redupnya kekuasaan Mugabe di tahun-tahun terakhirnya sebagai presiden sebagai terkait dengan ambisi politik istrinya, Grace. Ia diduga menjadi sosok yang berada di balik terpecahnya partai yang berkuasa hingga akhirnya kalah dalam perebutan kekuasaan dengan para pendukung Mnangagwa, yang dekat dengan militer.

Meskipun Zimbabwe mengalami penurunan selama masa pemerintahannya, Mugabe tetap menentang, mencela Barat karena apa yang ia sebut sebagai sikap neo-kolonialis. Ia mendesak orang Afrika untuk mengambil kendali atas sumber daya mereka, sebuah pesan populis yang sering menjadi hit bahkan ketika banyak negara di benua itu menjatuhkan orang-orang kuat dan bergerak menuju demokrasi.

Mugabe menikmati penerimaan di antara rekan-rekannya di Afrika yang memilih untuk tidak menghakiminya dengan cara yang sama seperti Inggris, Amerika Serikat dan para pencela Barat lainnya.

Menjelang akhir pemerintahannya, ia menjabat sebagai ketua bergilir Uni Afrika yang beranggotakan 54 negara dan Komunitas Pembangunan Afrika Selatan yang beranggotakan 15 negara; kritiknya terhadap Mahkamah Pidana Internasional disambut oleh para pemimpin regional yang juga berpikir badan itu digunakan secara tidak adil untuk menargetkan orang Afrika.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.7090 seconds (0.1#10.140)