Virus Corona Memaksa Industri Seks Singapura Bangkrut

Jum'at, 27 Maret 2020 - 20:54 WIB
Virus Corona Memaksa Industri Seks Singapura Bangkrut
Penampakan rumah bordil berlisensi di distrik lampu merah Geylang, Singapura, yang ditutup Jumat (27/3/2020). Foto/REUTERS / Edgar Su
A A A
SINGAPURA - Tak lama setelah tengah malam atau pada Jumat (27/3/2020) dini hari, seorang perempuan pekerja seks muda asal Asia mengenakan gaun katun longgar dan sandal melangkah keluar dari rumah bordil di distrik lampu merah Singapura yang sepi.

Dia menggulingkan keranjang beroda ke sisi jalan. Dua jam sebelumnya, lingkungan Geylang yang semarak di Singapura mengalami malam yang lebih khas—sekelompok lelaki bernegosiasi dengan mucikari yang merokok di jalan ketika para perempuan berpakaian ketat mengetuk telepon dengan jarinya di dalam rumah-rumah berlampu neon bersama.

Singapura menutup bar, kelab malam, dan bioskop mulai Jumat hingga akhir April nanti dalam upaya menahan kenaikan tajam dalam kasus infeksi virus corona baru, COVID-19.

Meskipun pengumuman itu tidak menyebutkan tentang rumah bordil yang disetujui atau dilegalkan pemerintah di Geylang, mucikari dan para pekerja seks mengatakan mereka menerima pesan bahwa mereka juga perlu menutup toko.

"Saya punya gadis-gadis yang baik untuk Anda. Mungkin ini kesempatan terakhir Anda untuk sementara waktu," ucap seorang mucikari beruban yang bergumam berjam-jam sebelum tengah malam di luar salah satu dari puluhan rumah bordil yang tersebar di sepanjang jalan Geylang, yang dipantau oleh kamera keamanan polisi.

Singapura mengumumkan langkah-langkah stimulus besar-besaran pada hari Kamis untuk melunakkan guncangan ekonomi akibat wabah COVID-19, termasuk pemberian uang tunai yang banyak untuk penduduk setempat.

Tetapi bagi ratusan pekerja seks migran Asia berpenghasilan rendah dan para penghibur kelab malam di negara kota yang kaya ini, ada ketidakpastian besar tentang masa depan mereka.

"Saya tidak tahu bagaimana kita akan bertahan hidup," kata seorang pekerja seks lepas, duduk di kursi plastik di seberang jalan dari rumah bordil yang dihiasi dengan lentera merah China. Dia memberi anggukan kepada pelanggan yang bertanya tentang kewarganegaraan para wanita yang bekerja di dalamnya.

"Kami tidak dilindungi seperti orang-orang di pekerjaan lain," keluhnya, seperti dikutip Reuters. Departemen terkait pemerintah dan polisi tidak menanggapi permintaan komentar atas penutupan rumah bordil.

Singapura, yang dikenal karena undang-undang yang ketat, tidak secara eksplisit mengkriminalisasi prostitusi meskipun aspek-aspek industrinya ilegal, termasuk menjajakan diri, menjadi mucikari dan menjalankan prostitusi.

Itu tidak menghentikan perdagangan seks yang beroperasi di pusat keuangan Asia, dari pertemuan di bar hotel kelas atas hingga Orchard Towers yang terkenal, sebuah bangunan komersial tahun 1970-an yang menjemukan di distrik perbelanjaan utama Singapura.

Orchard Towers sekarang ditutup dengan pita polisi di sekitar pintu masuknya.

"Apa yang akan saya lakukan sekarang?," kata seorang wanita muda dalam gaun berpayet ketika para pria keluar dari tempat minum bermenara, termasuk Naughty Girl Nightclub dan Downunder Bar, pada Kamis malam.

"Saya rasa kita akan menyelesaikan sesuatu, Sayang. Orang masih harus bersenang-senang."
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.3104 seconds (0.1#10.140)