Kisah Guru Milenial di Pedalaman Papua Sukses Membangun Start-Up Pendidikan

Senin, 02 Maret 2020 - 09:31 WIB
Kisah Guru Milenial di Pedalaman Papua Sukses Membangun Start-Up Pendidikan
Sigit Arifianto rela meninggalkan zona aman berkarir di perusahaan multinasional hanya untuk mengajar anak-anak di pedalaman Papua.(Foto/SINDOnews/Ist)
A A A
Sigit Arifianto rela meninggalkan zona aman berkarir di perusahaan multinasional hanya untuk mengajar anak-anak di pedalaman Papua.

Keputusan yang ia buat ini tidak akan pernah dimengerti dan diterima oleh koleganya. Ia memilih untuk menjadi guru di Kampung Abitpasik yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini.

Selama kurang lebih setahun hidup sederhana namun penuh arti di Papua, membuatnya menyadari bahwa uang bukanlah segalanya. Ia memahami bahwa di tengah keterbatasan hidup yang dialami, ia merasa hidupnya bahagia dan sungguh berarti bagi orang lain.

Di pedalaman Papua, ia mampu mengerjakan sesuatu yang benar-benar dicintainya, yaitu mendidik dan berbagi inspirasi. Hal tersebut juga ternyata mampu memberikan dampak langsung bagi masyarakat di sana. Selama mendidik anak-anak di sana, ia memikirkan tentang dua hal penting yang perlu dikembangkan dan dioptimalkan untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia. Dua hal penting tersebut adalah pendidikan dan teknologi.

Dalam keteranganya yang dikirim Senin (2/3/2020) dia menyebutkan, berangkat dari kesadaran akan pentingnya pendidikan dan teknologi demi masa depan bangsa, Sigit bermimpi untuk membangun sebuah start-up pendidikan di Indonesia. Pada 2019, setelah menyelesaikan tugas mengajar di Papua, ia menginisiasi berdirinya Lister (PT Aegis Digital Indonesia), sebuah perusahaan start-up yang bergerak di bidang teknologi edukasi (edu-tech).

Berbeda dari edu-tech start-up lainnya, Lister berfokus untuk menyediakan suatu platform edukasi online untuk mempertemukan pengajar profesional dengan peserta didik secara real-time dengan mekanisme live-tutoring. Fokus yang dibawa Lister ini bukanlah tanpa harapan. Dengan terbentuknya Lister, Sigit berharap proses edukasi tidak lagi bergantung pada waktu dan tempat yang terbatas.

Lahirnya Lister bermula dari sebuah impian, visi, dan tujuan untuk membantu anak-anak muda Indonesia agar bisa bersaing secara global melalui penguasaan bahasa Inggris. Bahasa Inggris merupakan salah satu modal dasar yang wajib dimiliki oleh generasi muda harapan bangsa untuk bisa maju ke pentas internasional.

Melirik fakta mengenai tingginya populasi penduduk berusia 35 tahun ke bawah di Indonesia, negara ini sangat mungkin untuk menyumbang tenaga kerja internasional. Akan tetapi, berdasarkan riset yang dilakukan oleh English First English Proficiency Index pada tahun 2019, Indonesia masih menempati urutan ke 61 dari 100 negara untuk tingkat kecakapan berberbahasa Inggris.

Hal ini menyebabkan negara ini masih kekurangan pekerja terampil yang mampu bekerja di perusahaan multinasional maupun perusahaan asing. Padahal kemahiran dalam berbahasa Inggris sangat diperlukan sebagai alat komunikasi dan negosiasi dengan perusahaan asing.

Tergerak oleh kondisi yang cukup memprihatinkan ini, Sigit dan tim Lister percaya bahwa jika seseorang mampu berbahasa Inggris dengan baik, maka akan ada banyak kesempatan yang terbuka bagi mereka. Kesempatan tersebut bisa berupa pekerjaan yang layak dan/atau pendidikan yang tinggi. Dengan banyaknya kesempatan yang ada, kualitas hidup mereka juga akan cenderung meningkat.

Dengan didirikannya Lister, Sigit dan tim berharap Lister juga mampu menjadi media berbagi inspirasi bagi generasi muda Indonesia untuk meraih masa depan yang gemilang. Oleh karena itu, Lister merekrut guru-guru terbaik untuk tidak hanya sekadar mengajar namun juga mampu menginspirasi. Mereka merupakan awardee beasiswa luar negeri yang berpengetahuan luas di bidangnya serta memiliki segudang prestasi & pengalaman yang tentunya sangat inspiratif.

Saat ini, Lister sudah merekrut ratusan guru lulusan universitas ternama luar negeri yang memiliki kesamaan visi untuk mengabdi dan memberikan kontribusi terbaik untuk negeri. Pada awal terbentuknya, Lister mengusung model bisnis berupa layanan gratis.

Namun sayangnya, tim Lister menemukan bahwa sistem belajar dengan “gratis” tersebut tidak efektif dilaksanakan. Hal ini dikarenakan peserta didik cenderung tidak berkomitmen dalam proses belajar atau “take it for granted”. Padahal mempelajari bahasa membutuhkan komitmen penuh untuk dapat berhasil.

Oleh karena itu, tim Lister memutuskan untuk mengubah konsep layanan menjadi berbayar & profesional. Setelah pengubahan sistem layanan dilakukan, hasil yang diperoleh mengalami peningkatan yang signifikan. Peserta didik menjadi lebih berkomitmen untuk belajar dan mampu meraih target yang mereka impikan.

Meskipun Lister terbilang masih baru, Lister telah menjadi salah satu platform favorit para generasi milenial yang hendak meningkatkan kemampuan bahasa Inggris-nya.

Setiap bulan, ratusan calon peserta yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia melakukan pendaftaran di Lister. Alasannya pun beragam, selain paket harganya yang terjangkau, Lister menawarkan program pendidikan yang berkualitas dengan tutor-tutor lulusan luar negeri bersertifikasi. Hal menarik lainnya adalah Lister juga menyediakan program beasiswa per bulan-nya dengan memberikan kesempatan kepada calon peserta didik dengan kriteria tertentu untuk belajar bahasa Inggris gratis melalui platform ini.

Dalam jangka panjang, Lister berambisi untuk menjadi super-app di bidang education technology di Indonesia. Untuk mencapai hal tersebut, kini Lister telah memiliki tim di bagian pemasaran, academic and products development. Hadirnya Lister diharapkan menjadi salah satu tool untuk mengatasi sejumlah masalah di sektor pendidikan Indonesia, yaitu keterbatasan akses terhadap pengajar berkualitas.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.9881 seconds (0.1#10.140)