China: Lebih Banyak Masjid di Xinjiang ketimbang di Amerika

Kamis, 27 Februari 2020 - 16:33 WIB
China: Lebih Banyak Masjid di Xinjiang ketimbang di Amerika
Bendera nasional China berkibar di luar masjid di Grand Bazar Xinjiang International selama perjalanan yang diselenggarakan pemerintah di Urumqi, Daerah Otonomi Uighur, Xinjiang, China, 3 Januari 2019. Foto/REUTERS/Ben Blanchard
A A A
BEIJING - China tersinggung dengan tuduhan Amerika Serikat (AS) bahwa Beijing menindas para warga Muslim di Xinjiang. Beijing mendesak Washington berhenti mencampuri urusan dalam negeri China dengan dalih agama.

Desakan itu disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, pada hari Rabu untuk merespons tuduhan Sam Brownback—Duta AS untuk Kebebasan Beragama Internasional—perihal langkah-langkah China terhadap warga Muslim.

Diplomt Beijing itu membalas dengan membanggakan kebebasan beragama di Xinjiang yang lebih baik ketimbang di Amerika dengan mencontohkan perbandingan jumlah masjid.

"Orang-orang tertentu di Amerika Serikat telah berulang kali membuat tuduhan dan desas-desus sewenang-wenang, berusaha merusak kerukunan etnik China dan mencampuri urusan dalam negeri China dengan dalih kebebasan beragama," kata Zhao, seperti dikutip Xinhua, Kamis (27/2/2020). "Kami dengan tegas menentang itu," katanya lagi.

"Pemerintah China melindungi kebebasan warganya atas kepercayaan beragama dan orang-orang dari semua kelompok etnik di China menikmati kebebasan penuh keyakinan beragama sesuai dengan hukum," ujar Zhao.

Menurut Zhao, saat ini ada sekitar 24.400 masjid di Xinjiang, atau satu untuk setiap 530 Muslim. "Jumlah masjid di Amerika Serikat kurang dari sepersepuluh masjid di Xinjiang," ujarnya.

Menurut hasil jajak pendapat yang dirilis oleh Gallup dan Pew Research Center, kata Zhao, sekitar 42 persen orang Amerika mengatakan mereka sangat prihatin tentang relasi ras, dan 75 persen Muslim di AS percaya ada diskriminasi serius terhadap mereka.

"Saya menasihati duta besar yang bertanggung jawab atas urusan 'kebebasan beragama' ini untuk mendapatkan lebih banyak pengetahuan tentang kebenaran dan lebih menghormati orang lain, dan berhenti mencampuri urusan dalam negeri China dengan dalih agama," papar Zhao.
(zys)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 5.7798 seconds (0.1#10.140)