Pertama Kali dalam 30 Tahun, Corona Membuat Himalaya Terlihat dari India

Kamis, 09 April 2020 - 09:02 WIB
Pertama Kali dalam 30 Tahun, Corona Membuat Himalaya Terlihat dari India
Barisan Gunung Himalaya bisa terlihat sangat indah dari Jalandhar, Punjab, India, untuk pertama kalinya dalam 30 tahun. Foto/Twitter @covsinghtj
A A A
NEW DELHI - Barisan Gunung Himalaya bisa terlihat sangat indah dari wilayah India untuk pertama dalam 30 tahun. Itu terjadi setelah negara tersebut memberlakukan lockdown nasional guna mencegah penyebaran COVID-19 yang menurunkan tingkat polusi udara secara tajam.

Penduduk setempat dari distrik Jalandhar di Punjab, India, yang jaraknya hampir 125 mil dari Himalaya, ramai-ramai berbagi foto mengesankan dari barisan gunung yang tertutup salju tersebut.

Barisan gunung itu adalah rumah bagi lebih dari 110 puncak, termasuk puncak Gunung Everest, dan memiliki ketinggian 24.000 kaki.

Para pengguna Twitter memuji dampak positif dari virus corona terhadap tingkat polusi udara di India. Mantan pemain kriket India, Harbhajan Singh, mengatakan dia sekarang menyaksikan Himalaya dari rumahnya untuk pertama kalinya.

Barisan gunung itu terlihat jelas di antara langit biru kristal. Menurutnya, sebelum ini menjadi indikasi nyata dari dampak pencemaran terhadap alam.

India memiliki populasi sekitar 1,4 miliar orang dan tahun lalu menduduki peringkat teratas sebagai kota terpolusi terburuk di dunia menurut IQAIR.

Tetapi lockdown atau penguncian ketat seluruh wilayah India selama 21 hari membuat lebih sedikit mobil dan bisnis yang beroperasi, dan berdampak positif pada turunnya tingkat polusi udara.

Para pengguna Twitter di Jalandhar mengatakan mereka tidak perlu menggunakan zoom pada kamera mereka untuk menangkap bidikan Himalaya yang indah.

Ada juga yang menggambarkan pemandangan dari Punjab dengan ungkapan "luar biasa" ketika dia melihat Himalaya dari atap rumahnya.

Dewan Polusi Pusat India mengatakan lockdown nasional telah menghasilkan peningkatan kualitas udara yang signifikan di negara itu.

Sebuah laporan dari India Today Data Intelligence Unit berbunyi; "Data menunjukkan bahwa rata-rata, kota-kota di India memiliki AQI (Indeks Kualitas Udara) 115 antara 16 dan 24 Maret. Kualitas udara mulai menunjukkan peningkatan dari hari pertama lockdown 21 hari. Rata-rata AQI turun menjadi 75 dalam tiga hari pertama lockdown."

AQI "baik" adalah antara kurang dari 50 dan berarti polusi udara menimbulkan risiko sedikit atau tidak sama sekali. Sedangkan AQI antara 51 dan 100 dianggap "sedang".

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan batas aman untuk kualitas udara adalah memiliki pembacaan partikel di bawah 20mg/m3.

Menurut laporan SBS News yang dikutip Mail Online, Kamis (9/4/2020), India selama sebagian besar tahun ini mencatat batas lima kali lebih tinggi, yakni 100mg/m3, daripada batas aman global.

Tokoh masyarakat, Sant Balbir Singh Seechewal, mengatakan kepada wartawan; "Kita bisa melihat gunung yang tertutup salju dengan jelas dari atap kita. Dan bukan hanya itu, bintang terlihat di malam hari. Saya belum pernah melihat yang seperti ini dalam waktu belakangan ini."

"Bukan hanya lalu lintas normal yang keluar dari jalan, tetapi sebagian besar industri juga ditutup. Ini telah membantu membawa tingkat polusi ke tingkat yang luar biasa rendah," ujarnya.

Perdana Menteri Narendra Modi memberlakukan lockdown nasional mulai 24 Maret. "Untuk menyelamatkan India, untuk menyelamatkan setiap warganya, Anda, keluarga Anda...setiap jalan, setiap lingkungan di-lockdown," katanya dalam pengumumannya waktu itu.

Dia memberlakukan langkah-langkah termasuk penutupan semua bisnis yang tidak penting, menutup sekolah dan universitas serta memberlakukan larangan hampir semua pertemuan publik.

Sedangkan rumah sakit dan fasilitas medis lainnya tetap dibuka. Negara ini sejauh ini memiliki lebih dari 5.000 kasus COVID-19 yang terkonfirmasi dengan 149 kematian.
(boy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.8008 seconds (0.1#10.140)