Angkat Budaya Jeneponto, Film Benang Merah Tembus Festival Internasional
A
A
A
MAKASSAR - Hingga memasuki pekan kedua dipertengahan bulan Juni, film pendek " Benang Merah" dengan konsep social humanity, berhasil lolos ketahap seleksi dalam ajang festival film pendek di 27 negara.
Film Benang Merah bukan sekadar membawa nama daerah Jeneponto ke kancah film internasional, namun juga mengharumkan nama Indonesia di mata dunia internasional.
Dengan menggunakan framing "arthouse" dalam sinematografi film ini dilebur dengan konsep komersil menghasilkan film dengan warnanya berbeda. Menurut Sutradara film "Benang Merah", Indra J Mae film ini mengangkat budaya dan adat istiadat yang terjadi di Jeneponto Sulawesi Selatan, serta memberikan edukasi dan pentingnya pendidikan bagi anak-anak.
Film yang berdurasi 60 menit dibuat untuk konsumsi publik (komersil), untuk memenuhi kriteria dalam ajang festival internasional film ini dikonversi hingga durasi 30 menit. Dalam format yang lebih bebas dengan menyusun komposisi scene yg idealis, serta mengangkat sisi humanis.
Film Benang Merah juga menggunakan 5 karakter musik instrumen berlirik lokal atau daerah yang dikemas apik pencipta lagu daerah asal Sulawesi Selatan.
"Saya tidak memikirkan apresiasi seremonial dalam tiap even festival film internasional itu. Yang terpenting, promosi dan sosialisasi yang dibawa dalam film Benang Merah sudah bisa masuk di 27 negara yang menyelenggarakan festival film pendek internasional periode bulan Juli - September 2019," tukasnya.
Film Benang Merah bukan sekadar membawa nama daerah Jeneponto ke kancah film internasional, namun juga mengharumkan nama Indonesia di mata dunia internasional.
Dengan menggunakan framing "arthouse" dalam sinematografi film ini dilebur dengan konsep komersil menghasilkan film dengan warnanya berbeda. Menurut Sutradara film "Benang Merah", Indra J Mae film ini mengangkat budaya dan adat istiadat yang terjadi di Jeneponto Sulawesi Selatan, serta memberikan edukasi dan pentingnya pendidikan bagi anak-anak.
Film yang berdurasi 60 menit dibuat untuk konsumsi publik (komersil), untuk memenuhi kriteria dalam ajang festival internasional film ini dikonversi hingga durasi 30 menit. Dalam format yang lebih bebas dengan menyusun komposisi scene yg idealis, serta mengangkat sisi humanis.
Film Benang Merah juga menggunakan 5 karakter musik instrumen berlirik lokal atau daerah yang dikemas apik pencipta lagu daerah asal Sulawesi Selatan.
"Saya tidak memikirkan apresiasi seremonial dalam tiap even festival film internasional itu. Yang terpenting, promosi dan sosialisasi yang dibawa dalam film Benang Merah sudah bisa masuk di 27 negara yang menyelenggarakan festival film pendek internasional periode bulan Juli - September 2019," tukasnya.
(sss)