Sepi Penumpang, Bandara Perintis Sumarorong Tak Beroperasi
A
A
A
MAMASA - Bandar Udara (Bandara) Perintis Sumarorong, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat dinilai mubazir anggaran. Sejak diresmikan tahun 2014 lalu, bandara yang dibangun dengan menggunakan dana APBN ini tak kunjung beroperasi.
Kepala Bandara Penerbangan Perintis Sumarorong Padli menerangkan, kendala yang dihadapi sehingga penerbangan perintis Bandara Sumarorong tidak beroperasi, karena kurangnya daya serap dari masyarakat.
Selain itu, karena penerbangan perintis dibiayai oleh pemerintah berdasarkan kebutuhan masyarakat. Maka sejak tiga tahun terakhir, antara tahun 2016-2018 penerbangan perintis Bandara Sumarorong tidak beroperasi karena minimnya pengalokasian anggaran dari Kementerian Perhubungan.
"Penerbangan perintiskan sifatnya dibiayai oleh pemerintah melalui Kemenhub berdasarkan kebutuhan masyarakat, sementara penerbangan perintis tidak hanya di Sumarorong, jadi bisa saja ada penerbangan lain yang diperioritaskan berdasarkan kebutuhan masyarakat," terangnya, Kamis (31/1/2019).
Selain itu, kendala lain adalah landasan pacu (runway) saat ini hanya 1.150 meter, sedangkan untuk pesawat komersil ATR saat ini harus menggunakan landasan sepanjang 1.500 meter. Ia berharap, tahun 2020 mendatang, penerbangan di Sumarorong kembali bisa beroperasi lagi.
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Mamasa, Domina Mogot mengatakan, tidak beroperasinya Bandara Sumarorong disebabkan karena faktor biaya. Ia menuturkan, penerbangan Bandara Sumarorong dianggap merugi karena kurangnya penumpang yang beminat menggunakan transportasi udara.
Dikatakan pula, sejak dinyatakan resmi dibuka 2014, hanya pesawat kecil maskapai Susi Air dan Avis Star dengan rute Mamasa-Makassar-Mamuju, hanya ada sembilan penumpang yang tercatat menggunakan transportasi udara.
"Bayangkan, sejak beroperasi, tercatat hanya sembilan orang yang sempat menggunakan trasnportasi udara, itu kalau tidak salah selama setahun di 2016," katanya, Kamis (31/1/2019).
Meski disebutkan Domina bahwa penerbangan Bandara Sumarorong merugi, namun sejak dibangun, bandara tersebut sudah beberapa kali mendapat bantuan anggaran dari Pemerintah Pusat untuk pengembangannya. Bahkan Domina menyebutkan, tahun 2021 yang akan datang, Bandara Sumarorong akan mendapatkan bantuan dana dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Republik Indonesia untuk penambahan landasan pacu pesawat atau runway.
"Baru-baru ini saya ikut rapat di Mamuju, dan yang dibahas itu soal bandara, menurut Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Barat, tahun 2021 akan ada penambahan runway untuk Bandara Sumarorong," sebutnya.
Kepala Bandara Penerbangan Perintis Sumarorong Padli menerangkan, kendala yang dihadapi sehingga penerbangan perintis Bandara Sumarorong tidak beroperasi, karena kurangnya daya serap dari masyarakat.
Selain itu, karena penerbangan perintis dibiayai oleh pemerintah berdasarkan kebutuhan masyarakat. Maka sejak tiga tahun terakhir, antara tahun 2016-2018 penerbangan perintis Bandara Sumarorong tidak beroperasi karena minimnya pengalokasian anggaran dari Kementerian Perhubungan.
"Penerbangan perintiskan sifatnya dibiayai oleh pemerintah melalui Kemenhub berdasarkan kebutuhan masyarakat, sementara penerbangan perintis tidak hanya di Sumarorong, jadi bisa saja ada penerbangan lain yang diperioritaskan berdasarkan kebutuhan masyarakat," terangnya, Kamis (31/1/2019).
Selain itu, kendala lain adalah landasan pacu (runway) saat ini hanya 1.150 meter, sedangkan untuk pesawat komersil ATR saat ini harus menggunakan landasan sepanjang 1.500 meter. Ia berharap, tahun 2020 mendatang, penerbangan di Sumarorong kembali bisa beroperasi lagi.
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Mamasa, Domina Mogot mengatakan, tidak beroperasinya Bandara Sumarorong disebabkan karena faktor biaya. Ia menuturkan, penerbangan Bandara Sumarorong dianggap merugi karena kurangnya penumpang yang beminat menggunakan transportasi udara.
Dikatakan pula, sejak dinyatakan resmi dibuka 2014, hanya pesawat kecil maskapai Susi Air dan Avis Star dengan rute Mamasa-Makassar-Mamuju, hanya ada sembilan penumpang yang tercatat menggunakan transportasi udara.
"Bayangkan, sejak beroperasi, tercatat hanya sembilan orang yang sempat menggunakan trasnportasi udara, itu kalau tidak salah selama setahun di 2016," katanya, Kamis (31/1/2019).
Meski disebutkan Domina bahwa penerbangan Bandara Sumarorong merugi, namun sejak dibangun, bandara tersebut sudah beberapa kali mendapat bantuan anggaran dari Pemerintah Pusat untuk pengembangannya. Bahkan Domina menyebutkan, tahun 2021 yang akan datang, Bandara Sumarorong akan mendapatkan bantuan dana dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Republik Indonesia untuk penambahan landasan pacu pesawat atau runway.
"Baru-baru ini saya ikut rapat di Mamuju, dan yang dibahas itu soal bandara, menurut Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Barat, tahun 2021 akan ada penambahan runway untuk Bandara Sumarorong," sebutnya.
(agn)