11 Kabupaten di Sulsel Penyumbang Angka Kematian Ibu dan Bayi

Rabu, 10 Oktober 2018 - 05:33 WIB
11 Kabupaten di Sulsel Penyumbang Angka Kematian Ibu dan Bayi
Pemprov Sulsel bersama USAID menggelar Forum Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir, di SwissbelInn, Makassar. Selasa (09/10/2018). Foto : Istimewa
A A A
MAKASSAR - Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) masuk 10 besar daftar wilayah provinsi penyumbang angka kematian ibu dan bayi di Indonesia pada tahun 2017.

Data ini dirilis langsung Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulsel, Selasa (09/10/2018). Jumlah kematian ibu di tahun 2017 lalu mencapai 115 kasus, sedangkan kematian bayi capai 1.059 kasus.

Kasus kematian tersebut banyak dijumpai di rumah sakit umum (RSU) dengan persentase 79,13% atau sebanyak 91 kasus. Kemudian terjadi di rumah dengan 9 kasus atau sekitar 7,83%, lalu ditemukan di Puskesmas dengan 7 kasus atau 6,08%, di jalan 5 kasus atau 4,35%, di pustu 2 kasus atau 1,74% dan rumah bersalin 1 kasus atau 0,87%.

“Penyebab kematian ibu di Sulsel disebabkan pendarahan terbanyak dikisaran 40 kasus dan hipertensi kehamilan 35 kasus. Makanya, atas kondisi ini tentunya dilakukan deteksi dini pada saat Antenatal Care dan penanganan yang tepat serta sesuai standar dapat mencegah kedua kondisi tersebut,” ujar Kepala Dinkes Sulsel, Bachtiar Baso pada Forum Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir, di SwissbelInn, Makassar.

Berdasarkan data Dinkes 2016-2017 terdapat 11 kabupaten yang angka kematian Ibu dan bayinya tinggi, yakni Gowa diurutan pertama, Bone posisi kedua, Jeneponto posisi ketiga dan di posisi keempat ada Bulukumba, Pangkep, Luwu.

Lalu di posisi ke lima ada Sinjai, Masros, Toraja, sedangkan Luwu Utara dan Makassar masuk dalam peringkat ke enam.

Bachtiar Baso menuturkan, tiga kabupaten penyumbang kematian neonatal atau merupakan suatu keadaan yang ada dalam kehidupan pertama pada bayi, yakni Bone, Gowa dan Jeneponto. Sebesar 60% angka kematian neonatal di Sulsel terjadi di 10 kabupaten dengan penyumbang neonatal tertinggi.

“Untuk itu, kami terus mendorong sosialisasi pentingnya menurunkan jumlah kematian ibu dan bayi baru lahir, termasuk memfasilitasi dan menstimulasi 6 kabupaten untuk menemukan solusi yang inovatif guna menurunkan bencana kematian ibu dan bayi baru lahir,” terangnya.

Sementara itu, Ketua Tim Penggerak PKK Sulsel, Lies F Nurdin Abdullah mengaku, untuk menekan angka kematian dan ibu bayi baru lahir tentunya dibutuhkan seluruh peran stakeholder, seperti yang telah diterapkannya di Kabupaten Bantaeng dan berhasil menekan angka kematian tersebut.

Bahkan, di antara 24 kabupaten dan kota di Sulawesi Selatan, Kabupaten Bantaeng memiliki jumlah kematian ibu dan bayi baru lahir paling rendah selama dua tahun terakhir ini.

“Kami melibatkan sektor swasta untuk usaha menurunkan jumlah kematian ibu dan bayi baru lahir.Seperti Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng bekerjasama dengan sektor swasta melalui program Brigade Siaga Bencana. Program ini salah satunya menyediakan ambulance yang dapat memberikan penanganan pertama saat keadaan darurat. Dengan ini, semakin banyak hidup ibu dan bayi baru lahir terselamatkan,” ujarnya.

Pola penerapannya, kata dia, dibentuk Brigade Siaga Bencana (BSB) disetiap wilayah termasuk suami siaga sehingga jika ada hal yang terjadi mereka dapat melakukan tindakan cepat, termasuk menghubungi call center yang disiapkan. Selain itu, disetiap rumah yang ibu hamilnya rentan menderita penyakit dipasangi stiker merah dan itu tentu masuk dalam pantauan.

Permasalahan dalam bidang kesehatan membutuhkan kerjasama berbagai sektor. Berbagai riset menunjukkan bahwa ada tiga area yang dapat membantu menurunkan kematian ibu dan bayi baru lahir, yaitu sistem rujukan, memperluas jangkauan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan layanan kesehatan yang berkualitas (quality of care).

Sedangkan, Konsul Jenderal Amerika, Mark McGovern mengatakan, cara paling efektif untuk menyelamatkan nyawa lebih banyak ibu dan bayi baru lahir adalah semua pemangku kepentingan bersatu memperjuangkan kesehatan mereka.

Termasuk dengan menambah solusi yang sesuai dengan kebutuhan lokal dan berbasis bukti-bukti ilmiah serta praktik yang terbaik.

“Seperti pengalaman yang dibagikan oleh kabupaten Bantaeng, Pemerintah Amerika Serikat sangat bangga bisa memfasilitasi proses ini melalui program USAID Jalin. Kami berharap bahwa forum ini bisa menjadi awal kolaborasi dan bisa diulang di kota-kota dan kabupaten-kabupaten di Indonesia,” terangnya.

USAID Jalin adalah program kesehatan ibu dan bayi baru lahir senilai 55 juta dollar dari United States Agency for International Development (USAID) untuk mengatasi faktor-faktor penyebab rendahnya kualitas kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang kompleks dan saling berkaitan.

Selama lebih dari 20 tahun, Indonesia dan Amerika Serikat telah berkolaborasi untuk masalah kesehatan ibu dan bayi.

Diketahui, Pemprov Sulsel bekerja sama dengan USAID menyelenggarakan Forum Kesehatan Ibu dan Bayi baru lahir di Makassar untuk berbagi praktik baik dalam mengurangi kematian ibu dan bayi baru lahir di Sulawesi Selatan.

Perwakilan dari berbagai sektor termasuk Organisasi Masyarakat Sipil (CSO), akademisi, profesional bisnis menghadiri sesi ini untuk berbagi praktik terbaik dalam kesehatan ibu dan bayi baru lahir, serta berbagi pengalaman dalam menggunakan sumber daya yang ada di Sulawesi Selatan.

Forum ini diselenggarakan oleh USAID melalui program USAID Jalin, sebuah program yang mengkatalisasi jejaring pemangku kepentingan untuk mengatasi faktor-faktor penting yang berdampak buruk pada kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
(bds)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.7371 seconds (0.1#10.140)