Manfaatkan Limbah Kulit Kopi sebagai Pupuk Organik

Minggu, 16 September 2018 - 11:45 WIB
Manfaatkan Limbah Kulit...
PETANI KOPI. Salah satu petani kopi di Desa Baroko, Kecamatan Baroko, Kabupaten Enrekang, Aminuddin memanfaatkan limbah kulit kopi sebagai pupuk alami. Foto : Istimewa
A A A
ENREKANG - Kopi merupakan komoditas unggulan di Indonesia, termasuk di Sulawesi Selatan. Jenis kopi yang banyak dibudidayakan di Kabupaten Enrekang adalah Kopi Arabika. Menurut penelitian, beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan budi daya kopi, diantaranya jenis tanaman, teknik budi daya, dan penanganan pasca panen.

Dengan cukup mahalnya harga pupuk anorganik di pasaran, maka perlu digalakkan pemanfaatan pupuk organik atau pupuk alami. Disamping lebih murah dan mudah didapatkan, diharapkan penggunaan pupuk organik pada tanaman kopi dapat meningkatkan citarasa dan mutu fisik kopi.

Salah satu petani kopi di Desa Baroko, Kecamatan Baroko, Kabupaten Enrekang, Sulsel, bernama Aminuddin. Warga Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) ini memanfaatkan limbah kulit kopi sebagai pupuk alami. Kulit kopi yang biasanya dibuang, ia gunakan sebagai penyubur tanaman kopi.

Secara geografis, Kabupaten Enrekang terletak di daerah ketinggian, sehingga Enrekang memiliki iklim yang cukup sejuk. Posisi strategis inilah yang mendukung Enrekang sebagai salah satu daerah potensial penghasil kopi di Sulawesi Selatan. Kopi Arabika sendiri, tumbuh di daerah ketinggian 700 sampai 1.700 meter dari permukaan laut dengan suhu 16 sampai 20 °C.

Menurut Aminuddin, kunci sukses menghasilkan kualitas dan kuantitas kopi yang maksimal adalah pada pemeliharaan pohon dan pemupukan. Petani kopi LDII ini juga aktif bertukar pikiran dengan sesama petani. Ia sering berbagi pengalaman dengan sesama petani terkait pemeliharaan tanaman kopi.

Sebagai petani kopi, Aminuddin berupaya berkontribusi meningkatkan kualitas kopi dengan mendayagunakan potensi alam yang tersedia. Berkat usahanya memanfaatkan kulit kopi menjadi pupuk, secara tidak langsung ia mengurangi produksi sampah.

Ia mengatakan, masa panen raya kopi pada Bulan Mei hingga Juli. Adapun setelah itu, memasuki masa panen tambahan. Untuk satu kali panen ia bisa mengumpulkan 300 liter kopi dengan luas kebun ¾ hektar. Saat ini harga kopi di pasaran cukup stabil, berkisar Rp 20 ribu per liter.

Menyeruput kopi khas Enrekang memberi kenikmatan tersendiri. Kopi Arabika khas Enrekang dikenal sebagai salah satu kopi kualitas terbaik. Aromanya lebih tajam, harum, dan pahitnya terasa pas.

Aroma kopi ini ini diyakini memiliki citarasa dan sensasi yang berbeda dengan kopi lainnya. Pengalaman itulah yang dialami kru lines sulawesi selatan saat berkunjung ke Desa Baroko, Kecamatan Baroko, Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan. Untuk sampai ke Desa Baroko, Anda perlu menempuh perjalanan sejauh 286 km dari Makassar. Perjalanan tersebut membutuhkan waktu sekitar 7 jam. Namun, lelah perjalanan seakan terbayarkan usai menikmati kopi Enrekang.

Citizen Report : Wakil Sekretaris LDII Sulsel, Ilmaddin Husain
(bds)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.1411 seconds (0.1#10.140)