Selama Februari 2020, Daya Beli Petani dan Nelayan di Jatim Menurun

Jum'at, 06 Maret 2020 - 12:44 WIB
Selama Februari 2020, Daya Beli Petani dan Nelayan di Jatim Menurun
Daya beli petani dan nelayan di Jawa Timur selama Februari 2020 mengalami penurunan.Foto/ilustrasi
A A A
SURABAYA - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur (Jatim) mencatat, Nilai Tukar Petani (NTP) di Jatim selama Februari 2020 turun 0,79 persen dari 103,98 menjadi 103,16.

NTP merupakan angka perbandingan antar indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani dan dinyatakan dalam persentase.

Jika angka NTP lebih besar dari 100, maka kondisi petani sedang mengalami surplus. Jika sebaliknya, kurang dari 100 artinya petani mengalami defisit. Kegunaan NTP salah satunya adalah untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani. Semakin besar surplusnya, maka kesejahteraan petani juga meningkat.

“Penurunan NTP ini akibat indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan. Sedangkan indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan,” kata Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Jatim, Satriyo Wibowo, dalam rilisnya, Jumat (6/3/2019).

Selama Februari 2020, empat subsektor pertanian mengalami penurunan NTP. Sisanya mengalami kenaikan. Subsektor yang mengalami penurunan NTP terbesar pada Subsektor Hortikultura 2,02 persen dari 107,10 menjadi 104,94. Diikuti Subsektor Perikanan sebesar 1,69 persen dari 99,96 menjadi 98,27.

Subsektor Tanaman Pangan sebesar 1,24 persen dari 106,77 menjadi 105,45, dan Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,17 persen dari 98,62 menjadi 98,45. “Sedangkan Subsektor yang mengalami kenaikan NTP adalah Subsektor Peternakan sebesar 0,78 persen dari 98,44 menjadi 99,21,” ujar Satriyo.

Tak hanya daya beli petani yang mengalami penurunan, daya beli nelayan selama Februari 2020 juga turun. Data BPS Jatim menunjukkan, Nilai Tukar Nelayan (NTN) bulan Februari 2020 turun 1,39 persen dari 98,51 di bulan Januari 2020 menjadi 97,14 di bulan Februari 2020.

Penurunan ini akibat indeks harga yang diterima nelayan turun sebesar 1,21 persen. “Sedangkan indeks harga yang dibayar nelayan naik sebesar 0,19 persen,” terang Satriyo.

Sepuluh komoditas utama yang mengalami kenaikan terbesar indeks harga yang diterima nelayan adalah Cumi – cumi, Rajungan, Ikan Layur, Ikan Selar, Kepiting Laut, Ikan Kurisi, Ikan Benggol, Ikan Putih, Ikan Manyung, dan Ikan Tuna.

Sedangkan komoditas utama yang mengalami penurunan terbesar indeks harga yang diterima nelayan adalah Ikan Tongkol, Ikan Cakalang, Udang Laut, Lobster, Ikan Teri, Ikan Tenggiri, Ikan Kakap, Ikan Kembung, Ikan Lemuru, dan Ikan Belanak.
(msd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.4393 seconds (0.1#10.140)