Anak Presiden Hingga Remaja Putri Berminat Gabung Banser, Kenapa?

Selasa, 25 Februari 2020 - 06:00 WIB
Anak Presiden Hingga Remaja Putri Berminat Gabung Banser, Kenapa?
Peserta Kursus Banser Lanjutan (Susbalan) yang dilaksanakan oleh GP Ansor Kota Surabaya, di Ponpes Al Fatich, Benowo, belum lama ini. Foto/Ist.
A A A
SURABAYA - Barisan Ansor Serbaguna (Banser) adalah kader inti dari Gerakan Pemuda (GP) Ansor. Di masa lalu, Banser sempat dipandang angker karena sejarah di tahun 1965. Kala itu Banser berhadap-hadapan bahkan saling bunuh dengan anggota PKI dan simpatisannya.

Banser juga sempat dipandang sebelah mata dan menjadi sasaran bully di media sosial (medsos). Namun perlakuan itu tak menyurutkan eksistensi Korps Banser. Bahkan dari hari ke hari minat menjadi Banser semakin tinggi. Mulai orangtua hingga generasi milenial bergabung menjadi Banser. Para remaja putri juga tak sungkan bergabung dengan Corp yang sering diplesetkan dengan TNU atau Tentara Nahdlatul Ulama.

Terbaru, putera sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka pun bergabung menjadi Anggota Banser. Gibran menjadi anggota Banser setelah mengikuti Pendidikan Latihan Dasar (Diklatsar) Banser di Solo.

"Hampir setiap bulan ada rekrutmen anggota Ansor dan Banser di setiap Kabupaten maupun Kota. Peminatnya pun selalu membludak. Padahal menjadi anggota Ansor-Banser tak gampang harus melalui pelatihan atau diklat," terang Wakil Sekjen Pimpinan Pusat GP Ansor, Gus Abid Umar Faruq.

Ketua GP Ansor Kota Surabaya, HM. Faridz Afif mengakui, setiap GP Ansor Surabaya membuka rekrutmen anggota Banser tak pernah sepi peminat. Justru pihaknya harus membatasi kuota pendaftaran karena membludaknya peminat. Rata-rata ada 200 peserta diklatsar dalam setiap angkatan.

Anak Presiden Hingga Remaja Putri Berminat Gabung Banser, Kenapa?


Pria yang akrab disapa Gus Afif ini menjelaskan, tak hanya minat menjadi anggota baru yang tinggi. Semangat anggota Banser aktif untuk mengikuti jenjang pendidikan pun sangat tinggi. Contohnya belum lama ini, GP Ansor Surabaya melaksanakan Kursus Banser Lanjutan (Susbalan) yang merupakan jenjang pendidikan lanjutan setelah Diklatsar.

"Dalam kegiatan Susbalan kemarin, kami membatasi kuota 150 peserta. Namun pendaftar membludak hingga 246 orang. Kami tak tega menolak, karena mayoritas mereka datang dari luar Jawa Timur. Mulai Bali, Bogor, Jawa Barat hingga Kota Medan, Sumatera Utara," ujar Afif.

Afif melanjutkan, Susbalan yang dilaksanakan mulai 20 Februari hingga 24 Februari dini hari itu dipusatkan di Pondok Pesantren Al Fatich, Tambak Osowilangun, Benowo. Tujuannya agar Banser tidak lepas dari kulturnya sebagai santri dan pengawal ulama.

Afif menjelaskan, 246 peserta Susbalan itu berasal dari berbagai latarbelakang. Ada guru, dosen, wiraswasta hingga Lurah. Mereka semua mendapat perlakuan sama dari para instruktur. Digembleng secara fisik maupun mental serta pengembangan wawasan. Dari 246 peserta itu, 7 diantaranya adalah perempuan. Mereka berlatarbelakang ibu rumah tangga hingga remaja putri.

"Latarbelakang peserta Susbalan ini bermacam-macam. Ada lurah, ibu rumah tangga hingga remaja putri. Pengorbanan mereka tidak ringan, harus meninggalkan keluarga dan pekerjaan. Selain itu juga membayar biaya pendaftaran sebagai peserta Susbalan. Ini membuktikan keikhlasan mereka yang luar biasa," pungkas Gus Afif.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.4805 seconds (0.1#10.140)