Bukan Sekedar Membeli 'Rumah Keong' Bagi Milenial

Senin, 24 Februari 2020 - 18:13 WIB
Bukan Sekedar Membeli Rumah Keong Bagi Milenial
Penyediaan hunian bagi milenial terus ditambah. Mereka menjadi pangsa pasar potensial yang terus bertumbuh tiap tahunnya. Foto/SINDOnews/Aan Haryono
A A A
SURABAYA - Kelindan teknologi dan passion membuka mata batin para milenial untuk menyerap kehidupan. Mereka membangun harmoni di ceruk percepatan era Industri 4.0 dalam memilih hunian yang tepat. Bukan hanya untuk tempat berteduh, tapi memantik produktifitas dan prinsip menaklukan zaman.

Generasi milenial memang memberikan warna yang berbeda dalam jalan memiliki rumah idaman. Meskipun masih muda, mereka tak mau meninggalkan celah dalam estafet kehidupannya. Kematangan mereka dalam mendesain inovasi memiliki andil penting bagi sekian banyak keputusan dalam menapaki masa depannya.

Pukul 23.00 WIB, Jalan Tunjungan di Surabaya masih ramai dengan kendaraan yang melintas cepat di kawasan legendaris Kota Pahlawan. Bunga anggrek yang terpasang di berbagai pohon pole mulai dilintasi embun. Hawa dingin menyergap setelah beberapa jam yang lalu hujan deras menguyur sepanjang sudut kota.

Erwin Pribadi (25), masih memandang laptopnya dengan sahaja. Jemarinya lincah memainkan mouse untuk membentuk desain poster yang akan dikirimnya ke Jerman. Di sebuah meja dari kayu jati, Erwin harus memakai jaket yang tebal berwarna biru. Ruangan di Koridor, sebuah working space milik Pemerintah Kota Surabaya yang berada di Gedung Siola begitu dingin menyergap kulitnya.

Setiap hari, Erwin selalu datang ke Koridor untuk memulai kerjanya pukul 21.00 WIB. Ia menyesuaikan dengan jadwal kliennya yang ada di luar negeri. Untuk menjual berbagai desain poster, produk, maupun infografis yang langsung dikirimnya lewat email.

Lewat kreasi tangannya, Erwin tiap bulan setidaknya bisa mengantongi pendapatan Rp15-20 juta. Beberapa bonus terkadang diberikan ketika kliennya merasa puas dan melakukan repeat order. "Malam ini ada dua klien, tapi masih melakukan beberapa revisi," katanya.

Setiap hari, pria berambut cepak itu terkadang pulang selepas Subuh. Saat langit-langit Surabaya mulai memerah menyambut pagi. Kicau burung kutilang di dekat taman apsari dan taman ekspresi biasanya sudah menemani dengan sahutan yang lantang. Ia sudah terbiasa bekerja di sepanjang malam. Di bawah kilau neon yang berbinar di sudut ruangan yang disediakan untuk para pelaku industri kreatif di Surabaya itu.

Saat email kedua terkirim, Yohan Saputra (26) sahabat karibnya yang juga seorang desain grafis datang menghampiri. Ikut duduk di sebuah kursi kayu dengan busa empuk di permukaan untuk kenyamanan. Ia menghadap ke sisi barat Koridor. "Bagaimana lamaran kemarin, diterima?" kata Yohan sambil meletakan tas ransel hitam di sebuah bangku panjang di sisi meja.

Erwin hanya memberikan lemparan senyum. Jari manisnya langsung disodorkan di permukaan meja. Sebuah cincin berwarna putih melingkar indah dengan kilau pantulan cahaya di permukaannya. "Tinggal tunggu tanggal baik," katanya ringan.

Yohan menghela nafas, kelegaan mengelayuti dan tak sabar menunggu cerita yang akan disampaikan. Sebuah botol minum diambil dari saku samping tasnya yang berukuran besar. Diteguknya air putih sambil menatap ringan mata sahabatnya yang masih saja tersipu. "Modal rumah memang tokcer untuk meminang anak gadis," selorohnya.

Di awal bulan kemarin, Erwin sempat bercerita tentang kelanjutan hubungan asmaranya dengan Ira Purnama Dewi (24), gadis pujaannya yang sudah tiga tahun terakhir ini menjalin hubungan. Langkahnya untuk meminang sempat terkendala kedua orang tuanya karena belum yakin dengan masa depan Erwin.

Ia sempat ditanya tentang kesiapannya nanti ketika berumah tangga. Mulai dari pekerjaaanya, riwayat sekolahnya sampai berapa saudara yang dimilikinya. Salah satu pertanyaan yang mengendap di kepalanya ketika calon mertuanya bertanya tentang rumah yang akan ditinggali nanti ketika sudah menikah.

Erwin kelabakan. Mulutnya seperti terkunci. Belum ada jawaban yang pas untuk bisa menjawab keraguan dari calon mertuanya yang terus memberikan teror pertanyaan yang membuatnya gelagapan. Memiliki rumah dengan usianya yang masih muda serta penghasilan yang dianggapnya masih kecil di sebuah kota besar.

Waktu pun berlalu, ruang digital yang setiap hari menjadi daya jelajahnya menutup berbagai sekat keraguan itu. Ia menemukan cara untuk bisa memiliki hunian dengan mekanisme yang lebih mudah dan cepat setelah menelusuri jejak digital cara membeli rumah.

Sebuah aplikasi di android yang pertama muncul di gawainya bernama BTN Properti Mobile. Ia langsung mengunduhnya dengan serangkaian harapan yang terpatri di hatinya. "Ada banyak pilihan rumah, harga dan skema pembayarannya. Ternyata mudah kok untuk bisa memiliki rumah," katanya.

Meskipun dirinya seorang newbie tentang pemahaman properti, edukasi yang disampaikan di aplikasi BTN Properti Mobile memberikannya banyak perjalanan untuk menjelajah dunia properti dengan serangkaian perniknya. Pilihan rumah yang diinginkan ada dalam list yang sudah terekam beserta gambar serta skema pembayaran.

Tak sampai sejam, dirinya sudah bisa menentukan skema yang akan dipilih. Pertimbangan KPR dengan angsuran tiap bulan Rp3.570.000 masih memungkinkan baginya untuk dilakukan. Kemudahan down payment juga menjadi pertimbangan dirinya. Serta tenor 25 tahun yang tak akan mengusik ketebalan uang direkeningnya.

Sebuah rumah di kawasan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo, yang masih dekat dengan Surabaya akhirnya dipilih. Selain pertimbangan jarak, rumah yang dipilihnya sudah menanam jaringan internet dan televisi kabel. "Saya melihat desain dan gambar lingkungannya, seluruh kabel juga sudah ditanam di bawah tanah, termasuk kabel listriknya. Jadi rumah terlihat elegan," katanya.

Rumah yang memiliki panjang 7 x 15 meter itu dianggapnya berbeda. Ada ruang terbuka di depan yang bisa dikreasi menjadi ruang kerja seusai keinginannya. "Saya ingin ada meja berdiri dan beberap[a kursi di depannya," kata Erwin.

Pertimbangan penting lainnya ia masih bisa bekerja dari rumah dengan kepastian sambungan internet yang sudah terpasang di perumahan tersebut. Pekerjaannya yang banyak disupport dengan internet menjadi penentu pilihannya. "Sewaktu-waktu bisa buka laptop, internet tak putus," katanya.

Impiannya untuk menjalin rumah tangga kini tinggal menunggu hari baiknya saja. Dengan penuh harap dirinya bersama sang pujaan hati bisa melengkapi tujuan kehidupan untuk lebih berarti.

Bukan Sekedar Membeli 'Rumah Keong' Bagi Milenial


Tenor Panjang Lebih Melegakan

Ketika BTN menjadi pelopor memiliki tenor panjang bagi kelompok milenial dalam mengakses KPR, semua menyambutnya dengan gempita. Memiliki rumah yang kadang hanya menjadi mimpi di siang bolong benar-benar bisa terwujud oleh semua masyarakat, termasuk kelompok milenial.

Direktur Rumah Umum dan Komersial Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Yusuf Hariagung mengatakan, ada banyak kebutuhan hunian yang sudah dinantikan kelompok milenial. Apalagi di Jawa Timur masih ada sekitar 1 juta lebih backlog perumahan. Separuh dari kebutuhan rumah itu merupakan kelompok milenial yang juga membutuhkan tempat berteduh.

"Kami mendorong pelaku usaha, seperti asosiasi pengembang perumahan untuk membangun rumah bagi kelompok milenial ini," kata Yusuf beberapa waktu yang lalu ketika datang ke Surabaya.

Semua pihak harus bergerak bersama. Termasuk perhatian khusus pemerintah untuk mendorong para pelaku usaha perumahan menyediakan rumah bagi milenial. Mereka pembeli rumah yang kritis dan memahami kebutuhan pribadinya. Salah satunya terkait konsep rumah yang akan dipilih.

"Pengembang didorong untuk menyediakan rumah dengan karakteristik milenial, mereka (milenial) inginnya serba cepat, lokasi yang terintegrasi dengan informasi dan IT. Memang karakter perumahannya agak sedikit berbeda dengan perumahan umum," ungkapnya.

Yusuf sendiri membagi dua sisi segmen milenial dari kelompok harga rumah. Pertama untuk kategori harga milenial yang setara dengan MBR dan milenial yang mempunyai usaha lebih sehingga harga akan disetarakan dengan ASN, TNI, dan Polri.

Ketua Himpunan Pengembang Pemukiman dan Perumahan Rakyat (Himperra) Jatim Soepratno menuturkan, kelompok milenial memang memberikan ceruk pasar baru bagi para pengembang untuk menjual rumah. Mereka merupakan pasar potensial yang terus berkembang dalam beberapa tahun terakhir. "Termasuk dalam beberapa tahun ke depan mereka menjadi pangsa pasar yang potensial bagi kami," kata Soepratno.

Bahkan, dalam setahun terakhir ini, kelompok milenial itu memberikan kontribusi dalam penjualan rumah mencapai 40%. Jumlah itu cukup besar di tengah pasar properti yang sempat menukik tajam di tahun politik.

"Mereka juga cukup cerdik untuk bisa memiliki rumah dengan cara KPR. Salah satunya mengambil tenor yang lama, 25-30 tahun paling banyak," katanya.

Pemberian tenor panjang yang diberikan BTN memberikan angin segar bagi para milenial. Meskipun masih muda, mereka tetap menghitung segala kemungkinan serta potensi yang didapat di masa depan. Sehingga mereka tak hanya asal beli untuk mendapatkan hunian, tapi juga memperhitungkan asset yang dimiliki serta fungsi yang bisa dipakainya.

"Para milenial ini cukup unik, tempat bekerja mereka tak terlihat, tapi penghasilannya berlipat-lipat," ucapnya.

Kehadiran para milenial ini target penjualan para pengembang di bawah Himperra bisa terwujud. Dalam setahun, Himperra memasang target 12 ribu unit rumah di berbagai daerah di Jatim. Target itu sedikit lega dengan masifnya para milenial untuk berburu hunian. Mereka juga pasar potensial berbagai jenis rumah, baik yang subsidi maupun yang premium.

Bahkan, adanya para milenial memberikan efek besar bagi para pengembang dalam membenahi diri, terutama dalam memahami teknologi. Para pengembang mulai membuat pemasaran serta pengembangan cara bekerja mereka dengan teknologi.

"Ada kewajiban yang harus kami penuhi untuk memakai teknologi sebagai tulang punggung penjualan rumah karena kehadiran para milenial," jelasnya.

"Apalagi mereka cukup memakai ponselnya ketika mau membeli rumah, jadi ini memaksa kami harus bisa teknologi dan mengetahui alurnya juga, kalau dulu cara ini tak ada. Kami banyak memakai cara konvensional dalam menjual rumah," sambungnya.

Ia melanjutkan, optimalisasi segmen milenial ini sekaligus menjawab upaya pemerintah yang terus berjuang mengatasi masalah defisit atau backlog perumahan. Di Jawa Timur sendiri angka backlog sudah 1 juta lebih. Jumlah itu terus dikikis tiap tahunnya untuk bisa memenuhi kebutuhan hunian bagi masyarakat.

Selain di Surabaya, pihaknya bersama para pengembang banyak membuat rumah bagi milenial di kawasan Mojokerto, Sidoarjo, Tuban, Pacitan, Banyuwangi, Bangkalan, Pamekasan sampai di Jember. "Akses jalan tol yang sudah membentang dari ujung timur ke barat menjadi kemudahan. Jadi rumah tak hanya terfokus di Surabaya yang harga lahannya sudah melangit," jelasnya.

Direktur Utama Bank BTN Pahala N. Mansury mengatakan, pihaknya memang ditunjuk pemerintah untuk menyediakan rumah bagi kaum milenial di Indonesia. Upaya perseroan menghadirkan rumah bagi generasi milenial terus dilakukan di seluruh daerah di Indonesia.

Baginya, kebutuhan tempat tinggal tidak akan surut karena faktor bonus demografi yang ada di berbagai daerah, termasuk di Jawa Timur. Sehingga permintaan hunian akan terus tumbuh. Perlu banyak strategi baru untuk bisa memberikan kemudahan pada segmen milenial yang lebih progresif.

Kajian Badan Pusat Statistik juga memberikan gambaran jelas kalau jumlah milenial akan mencapai 90 juta jiwa pada 2020. Para milenial yang masuk pada usia produktif menjadi tulang punggung ekonomi. Saat ini pun bisa dilihat peran mereka di berbagai lini perekonomian. Makanya milenial menjadi target utama pasar properti tanah air.

Makanya ada relaksasi kebijakan uang muka pembelian rumah dari Bank Indonesia, program sejuta rumah yang makin luas yang didorong program subsidi pembiayaan perumahan dari pemerintah dan makin pesatnya pembangunan infrastruktur yang mendukung perkembangan properti di sejumlah wilayah di Indonesia. Semua itu bisa menjadi peluang yang bisa dimaksimalkan di sektor properti.

Bukan Sekedar Membeli 'Rumah Keong' Bagi Milenial


Kolaborasi KPR Dalam Satu Genggaman

BTN juga menjadi motor terdepan untuk program Satu Juta Rumah yang sudah dijalankan pemerintah. Mereka bahu membahu dengan semua sktor dalam rangka kolaborasi bersama untuk penyediaan rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) maupun kelompok milenial.

Jalan masif BTN untuk menyisir kelompok milenial mendapatkan nafas yang cukup panjang. Dalam era kolaborasi ini, mereka mendapatkan angin segar setelah PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF mengalirkan dana pinjaman subordinasi sebesar Rp3 triliun. Dana pinjaman subordinasi itu dipakai untuk mendukung peningkatan kontribusi BTN dalam Program Satu Juta Rumah, termasuk penyediaan rumah bagi kaum milenial.

Pahala menilai dukungan dari semua pihak bisa mempercepat upaya bersama untuk mewujudkan rumah yang bisa diakses para MBR dan milenial. Dengan adanya dana pinjaman tersebut bisa mendukung upaya perseroan menghadirkan rumah bagi generasi muda tersebut.

"Pinjaman subordinasi ini menjadi amunisi untuk menyalurkan kredit dalam rangka menyediakan rumah bagi para milenial," kata Pahala.

Direktur Utama SMF, Ananta Wiyogo mengatakan, kerja sama penyaluran pinjaman ini merupakan bentuk dukungan SMF kepada Bank BTN yang merupakan mitra stratejik SMF sejak 2006. Selain itu, Bank BTN merupakan kontributor utama dalam penyaluran KPR bagi MBR dan milenial.

"Kami berharap pinjaman ini dapat memperkuat pemodalan Bank BTN sehingga dapat meningkatkan kontribusinya di Program Satu Juta Rumah yang dicanangkan oleh Pemerintah. Hal ini sejalan dengan visi SMF dalam mendukung ketersediaan rumah yang layak dan terjangkau bagi setiap keluarga Indonesia," kata Ananta.

Gayung pun bersambut, melalui program KPR Gaeesss For Millenials, BTN menemukan cara yang tepat untuk memberikan kemudahan bagi milenial untuk membeli hunian. Mereka tak perlu datang menemui banyak orang yang menyita waktu. Sehingga cukup mengakses lewat aplikasi BTN Properti Mobile.

Executive Vice President Non Subsidized Mortgage & Personal Lending Division (NSLD) Bank BTN Suryanti Agustinar menuturkan, pihaknya melihat banyak perubahan prilaku konsumen di sektor property. Makanya program KPR Gaeesss For Millenials menjawab passion para milenial yang lebih praktis dan cepat.

Para milenial memliki kecenderungan akrab dengan layanan yang mudah diakses dan cicilan yang masuk akal bagi mereka. Para milenial juga segmen yang potensial untuk melakukan pembayaran.

KPR jenis ini, katanya, merupakan kredit untuk pemilikan hunian yang membidik segmen usia 21-35 tahun. Mereka merupakan fase produktif yang memiliki karakter kuat untuk berinovasi. Para milenial ini menjadi kelompok potensial yang juga membutuhkan hunian untuk melengkapi kehidupannya.

BTN pun menjawabnya dengan memberikan berbagai gimmick serta kemudahan yang menarik minat mereka. Gimmick itu dimulai dengan kemudahan dalam pembayaran. Tak tanggung-tanggung, BTN memulai DP dari 1 persen. “Mereka bisa bebas biaya admin, suku bunga single digit, diskon provisi 50 persen, dan jangka waktu kredit hingga 30 tahun,” jelasnya.

Dengan pemberian tenor yang panjang, para milenial akan berpikir tentang kemungkinan yang bisa mereka jangkau. Segmen milenial ini sangat detail dalam menghitung pendapatan dan pengeluaran bulanan.

Bahkan, lanjutnya, BTN juga menawarkan program bundling dengan KPR Zerro yang meliburkan pembayaran pokok selama 2 tahun. Mereka tentunya akan lebih lega dan yakin dalam semua perhitungan matang untuk memiliki hunian.

Suryanti menambahkan, pihaknya optimis untuk menguasai pasar milenial yang jumlahnya cukup besar di Indonesia. Terutama bagi mereka yang belum memiliki hunian. Aplikasi BTN Properti Mobile yang bisa diakses lewat Android menjadi tulang punggung dalam pemanfaatan teknologi bagi generasi milenial yang menjadikannya sebagai bagian dari gaya hidup.

KPR Gaeesss For Millenials tentunya berlaku di semua kabupaten/kota di Indonesia. Dengan jangkauan yang lebih luas dan terbuka bagi siapapun. BTN pun memiliki start yang cukup epic. Tercatat, sejak resmi ditawarkan pada Oktober 2018 hingga November 2019 saja, pihaknya sukses mencatatkan penyaluran KPR Gaeesss senilai Rp9,3 triliun.

"Jumlah itu setara penyaluran untuk 27.593 unit hunian bagi kalangan milenial yang ada di Indonesia," ucapnya.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1066 seconds (0.1#10.140)