Belajar di UK Petra, Mahasiswa Asing Kepincut Bakiak

Kamis, 14 November 2019 - 05:37 WIB
Belajar di UK Petra, Mahasiswa Asing Kepincut Bakiak
Mahasiswa program Dharmasiswa menghias bakiak di UK Petra Surabaya, Rabu (13/11/2019). Foto/SINDONews/Ali Masduki
A A A
SURABAYA - Enam mahasiswa asing dari berbagai negara kepincut alas kaki khas Indonesia bakiak. Maklum saja, alas kaki tradisional itu tidak dijumpai di negara mereka.

Begitu para bule ini melihat tumpukan bakiak lengkap dengan kuas dan cat, mereka langsung bersemangat mengukirkan ide kreatifnya di sandal kayu tersebut.

Keenam mahasiswa asing ini merupakan mahasiswa program Dharmasiswa, sebuah program yang digagas oleh pemerintah Indonesia untuk memberikan kesempatan mahasiswa asing belajar mengenai Indonesia selama satu tahun

Mahasiswa itu diantaranya Richardo Aparicio Lopes Bria dari Timor Leste, Christian Michael Brown dari Amerika, Ekaterina Nemolochnova dari Rusia, Afshin Izadi asal Iran, Imaculada Pereira Lim asal Timor Leste dan Muhammad Anns mahasiswa asal Pakistan.

Saat mengikuti mata kuliah Indonesian Craft In Practice, para mahasiswa asing ini berkesempatan mengukir bakiak sekaligus mencoba memainkannya. Praktik menghias bakiak dilaksanakan di laboratorium bahan Desain Interior, basement Gedung Q kampus UK Petra, Surabaya.

Dosen mata kuliah Indonesian Craft In Practice, Andereas Pandu Setiawan, mengatakan, pihaknya sengaja mengajak mahasiswa asing bermain-main dengan bakiak. Sebab sandal yang juga permainan tradisional khas Indonesia berbahan dasar kayu ini tidak ditemui di negara mereka.

“Saya memang sengaja memilih bakiak sebab di negara mereka tidak ada permainan ini sehingga para mahasiswa asing ini akan semakin mengenal kehidupan keseharian bangsa Indonesia," kata dia.

Koordinator BIPA dan Dosen Wali Darmasiswa, Henny Putri Saking Wijaya, menjelaskan, selama setahun ini mereka belajar mengenai Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) dan kebudayaan bangsa Indonesia.

“Jadi mereka belajar bahasa Indonesia dasar. Misalnya seperti penggunaan sapaan, perkenalan diri dan lain-lain," kata dia.

Sedangkan dalam mata kuliah Indonesian Craft in Practice, kata dia, mereka mempelajari berbagai media senirupa yang menjadi keseharian kehidupan masyarakat di Indonesia. “Jadi mereka akan belajar kisah mengenal senirupa melalui berkarya olah material dan bentuk sebagai wujud fisik budaya rupa," kata dia.

Mahasiswa asing inipun telah belajar banyak hal, di antaranya praktikum membuat benda seni rupa sebagai pemenuhan mata pencaharian seperti anyaman keranjang makanan, tikar dan tangga bambu. Mereka juga membuat benda seni rupa sebagai pemenuhan rekreasi seperti dakon, egrang, patil lele dan lain-lain.

Selain itu, mahasiswa asing ini sudah membuat benda seni rupa sebagai pemenuhan kebutuhan spiritual diantaranya patung, relief, batik, topeng dan lain-lain, serta membuat benda seni rupa sebagai pemenuhan kebutuhan hidup bermasyarakat seperti fashion baju adat, senjata tradisional dan lainnya.

"Proses belajar mereka ini memadukan proses belajar dengan praktikum secara langsung fungsi benda yang dibuat. Misalnya saja, saat membuat bakiak nantinya mahasiswa juga diajak untuk mempraktekkan menggunakannya," kata Pandu.

Tak hanya itu lokasi praktikum pun sering dilakukan di kampung atau lokasi yang berbaur dengan masyarakat agar terjalin komunikasi antara masyarakat Indonesia dengan mahasiswa asing tersebut.
(nth)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 3.8590 seconds (0.1#10.140)