Ini Rekomendasi Seminar Internasional Peranan Ahli Hadits Klasik-Kontemporer Menanggulangi Radikalisme

Minggu, 22 September 2019 - 12:50 WIB
Ini Rekomendasi Seminar Internasional Peranan Ahli Hadits Klasik-Kontemporer Menanggulangi Radikalisme
Para pembicara seminar bertema Peranan Ahli Hadits Klasik dan Kontemporer dalam Menanggulangi Radikalisme di STDI Imam Syafii Jember. (Foto/Ist)
A A A
JEMBER - Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyah (STDI) Imam Syafi'i Jember, Jawa Timur, pada 20-21 September telah menggelar seminar bertema 'Peranan Ahli Hadits Klasik dan Kontemporer dalam Menanggulangi Radikalisme'.

Seminar internasional itu menghadirkan pembicara utama dari kawasan Timur Tengah. Di antaranya Syaikh Prof Dr Abdullah bin Abdul Aziz Al Faleh (Dekan Fakultas Hadis dan Ilmu Hadis Universitas Islam Madinah), Syaikh Prof Dr Ali Ibrahim Saud (Guru Besar Ilmu Hadis Universitas Alu Al Bayt, Amman Yordania), Syaikh Prof Dr Abdus Sami' Muhammad Anis (Guru Besar Ilmu Hadis, Universitas Sharjah, UEA), dan beberapa ulama-ulama hadis lainnya.

Tercatat sebagai keynote speaker di acara seminar ini adalah Prof. Dr. Phil Kamaruddin Amin, MA selaku Dirjen Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Staf Khusus Presiden RI bidang Keagamaan Internasional, Dr Hj Siti Ruhaini Dzuhayatin MA. Hadir juga Kepala Direktorat Intelkam (Dirintelkam) Polda Jatim, Kombes Pol Teddy Setiady.

Berikut hasil seminar dan rekomendasi-rekomendasinya:
Sebanyak 14 paper telah didiskusikan pada seminar ini -atas karunia Allah-, dan resumenya dipaparkan kepada para peserta, di 4 forum pertemuan, dilanjutkan dengan diskusi dan masukan dari para peserta, yang semuanya semakin memperkaya hasil seminar, dan menghasilkan beberapa rekomendasi penting, sebagaimana berikut:

Pertama: Radikalisme adalah bentuk dari sikap ekstrim dan berlebih-lebihan dalam urusan agama, dan penyimpangan ekstrim dalam menyikapi berbagai realita kehidupan.

Kedua: Berpegang teguh dengan ajaran agama dan meniti metode yang lurus nan moderat, dan menjalankan syari’at Allah secara komprehensiv, lahir maupun batin tidaklah dapat dikatagorikan sebagai bentuk radikalisme.

Ketiga : Berbagai aksi radikalisme yang t erjadi di bebagai negara, tidak ada kaitannya dengan ajaran Islam. Hanya saja peliputan secara besar besaran oleh mass media kepada sebagian tindakan yang dilakukan oleh beberapa oknum ummat islam menyebabkan sebagian kalangan dengan gegabah menuduh ummat islam sebagai aktor di balik semua tindakan radikal.

Keempat : Diantara karakter utama agama Islam yang sempurna ialah sikap moderat dalam segala urusan, dan menentang segala bentuk pemikiran dan tindakan radikal serta segala tindak melampaui batas, karena semua itu tidak sejalan dengan ajaran syari’at Islam yang selalu mengedepankan kemudahan dan kelapangan bagi semua ummat.

Kelima: Para ulama’ hadits klasik maupun kontemporer selalu berperan secara aktif dan besar dalam upaya-upaya menanggulangi segala bentuk radikalisme .

Keenam: Diantara latar belakang munculnya pemikiran dan tindakan radikal ialah adanya kebodohan terhadap ajaran Islam dan adanya oknum oknum amatiran yang lancang mengajarkan agama tanpa bimbingan dari para ulama’ yang benar benar berkompeten. Sebagaimana mereka biasa mengedepankan dalil dalil Al Qur’an dan As Sunnah yang multi tafsir. Karena itu peserta seminar merekomendasikan agar para ulama’ ahli hadits melipat gandakan kontribusinya dalam mengajarkan ilmu agama kepada masyarakat luas, terutama para pemuda dan pelajar.

Ketujuh: seluruh peserta seminar merekomendasikan agar semua pihak mengedepankan etika dalam berkomunikasi yang sesuai dengan ajaran sunnah Nabi, dan menghindari segala bentuk hate speech (ujaran kebencian), terutama para penyeru agama Allah Ta’ala, dan berperan aktif dalam menanggulangi peredaran ujaran kebencian.

Kedelapan: Diantara metode penanggulangan radikalisme yang paling efektif ialah dengan mengajarkan sunnah sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam .

Kesembilan: Peserta seminar menyeru kepada semua akademisi dan para penuntut ilmu untuk meningkatkah kajian kajian mereka kitabkitab hadits, dengan seluruh kandungannya, baik yang berkaitan dengan akidah, ibadah, akhlaq, adab, hukum, kisah isah, dan lainnya.

Kesepuluh: Menyadari akan bahaya dan besarnya kerusakan yang diakibatkan oleh radikalisme, maka Sekolah Tinggi Dirasat islamiyyah (STDI) Imam Syafii – Jember, selalu mengedepankan sikap moderat sebagai prinsip dasarnya dalam segala urusan, dan dalam mendidik mahasiswa-mahasiswanya untuk dapat memahami dan mengamalkan akidah Ahlissunnah wa Al Jama’ah, jauh dari segala bentuk pemikian dan tindakan radikal.

Sebagaimana STDI Imam Syafii juga menanamkanmetode pemikiran yang benar pada diri mahasiswanya, sehingga mereka memiliki daya imunitas terhadap berbagai bentuk pemikiran dan tindakan radikal
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.7299 seconds (0.1#10.140)