UKM Go Publik, Investor Melirik

Kamis, 22 Agustus 2019 - 19:00 WIB
UKM Go Publik, Investor Melirik
PT OPMS sebagai perusahaan pioneer besi scrap kapal bekas terbesar di Indonesia, setahun memotong 8-10 kapal bekas.Foto/ist
A A A
JAKARTA - Selama Januari-Juli 2019, sebanyak 32 perusahaan melakukan Initial Public Offering (IPO) atau go publik. Sementara ada 16 perusahaan lagi antre sebagai calon emiten baru dalam waktu dekat ini.

Salah satu perusahaan yang segera IPO adalah PT Optima Prima Metal Sinergi (OPMS) yang merupakan perusahaan pioneer besi scrap kapal bekas terbesar di Indonesia. Perusahaan yang berasal dari Surabaya juga bakal IPO dalam waktu dekat ini dan akan tercatat di sektor industri dasar.

Direktur Utama OPMS, Meilyna Widjaja menjelaskan sektor industri pengolahan khususnya logam dasar selalu bertumbuh positif dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Untuk 2017 dan 2018 sektor ini bertumbuh 5,87% dan 8,99%.

Hal ini didukung oleh menguatnya sektor logam dasar ditopang dengan industri penunjang lain yaitu konstruksi dan manufaktur khususnya otomotif yang merupakan konsumen utama dari logam dasar.

Begitu juga pemerataan pembangunan infrastruktur di luar Pulau Jawa seperti pembangunan infrastruktur transportasi (jalan tol, jembatan, bandara, pelabuhan), power plant, dan bendungan memberikan efek yang sangat baik bagi sektor logam.

“Kami melihat peluang bisnis besi scrap ini sangat besar karena kebutuhan akan bahan dasar logam dasar selalu bertumbuh positif. Dengan fundamental ini, kami ingin terus meningkatkan kapasitas kami dalam menghasilkan besi scrap,” tutur Meilyna dalam keterangan tertulisnya.

OPMS, sebagai perusahaan pioneer besi scrap kapal bekas terbesar di Indonesia, setahun memotong sebanyak 8-10 kapal bekas. Kapal bekas yang menjadi target merupakan kapal yang melebihi usia operasional dan tidak bisa diasuransikan lagi yakni kapal berusia sekitar 25 tahun ke atas.

Sepanjang 2019, OPMS menargetkan menjual 24 ribu ton besi scrap hasil pemotongan dari kapal-kapal bekas. Untuk merealisasikan target tersebut OPMS akan terus menambah kontrak pembelian kapal bekas dan sudah menjalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan pelayaran di Indonesia.

Bagi perusahaan pengolahan besi baja, menurut data US Environmental Protection Agency, penggunaan besi scrap jauh lebih efisien, yakni untuk menggantikan biji besi murni mampu menghemat penggunaan raw material / bahan baku sebesar 90%, menghemat energi sebesar 75%, menghemat penggunaan air sebesar 40%, mengurangi polusi air sebesar 76%, dan mengurangi limbah tambang sebesar 97%.

“Dengan memasok bahan baku besi scrap ke perusahaan pengolahan besi baja, kami juga ikut mengurangi impor. OPMS dengan standar produk yang dimiliki optimis bisa mengoptimalkan peluang bisnis yang sangat besar ini," tutur Meilyna.

Sementara itu, Kepala Riset PT Koneksi Kapital, Alfred Nainggolan mengatakan perusahaan kelas menengah merupakan perusahaan yang dinilai lebih membutuhkan pendanaan. “Pengusaha UKM ini butuh dana segar untuk dapat mengembangkan bisnisnya, dimana mayoritas mereka memilki potensi bisnis yang bagus,” tutur Alfred.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) 53/POJK.04/2017, perusahaan kategori kecil adalah yang memiliki total aset kurang dari Rp50 miliar, sedangkan kategori menengah memiliki total aset antara Rp50 miliar hingga Rp250 miliar.

Saat ini jumlah UMKM di Indonesia mencapai 62,92 juta unit usaha atau 99,92% dari total unit usaha di dalam negeri. Kontribusi UMKM terhadap PDB mencapai 60% serta penyerapan tenaga kerja 116,73 juta orang atau 97,02% dari total angkatan kerja yang bekerja.*
(msd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.9513 seconds (0.1#10.140)