Replikasi Inovasi Desa Butuh Pendampingan Berkelanjutan

Kamis, 08 Agustus 2019 - 20:40 WIB
Replikasi Inovasi Desa Butuh Pendampingan Berkelanjutan
Pengunjung menyaksikan berbagai inovasi desa, yang dipamerkan dalam Bursa Inovasi Desa Kabupaten Malang di Aula Koperasi Sae Pujon, Kamis (8/8/2019). Foto/SINDOnews/Yuswantoro
A A A
MALANG - Desa terus berinovasi dalam melakukan tata kelola. Inovasi itu terus tumbuh, sebagai bentuk kearifan lokal dan untuk menjawab kebutuhan masyarakat desa.

Berbagai inovasi yang berhasil ditangkap oleh Tim Pelaksana Inovasi Desa (TPID) dari berbagai kecamatan di Kabupaten Malang, dipamerkan dalam Bursa Inovasi Desa (BID) Kabupaten Malang 2019.

Menurut Tenaga Ahli Bidang Teknologi Tepat Guna Kabupaten Malang, Faizal, pelaksanaan bursa kali ini dibagi dalam empat kluster. Pertama kali digelar di kluster satu, yakni meliputi 84 desa dari delapan kecamatan.

"Sebanyak 84 desa itu ada di Kecamatan Wagir, Dau, Karangploso, Pujon, Ngantang, Kasembon, Singosari, dan Lawang. TPID dari seluruh kecamatan tersebut menampilkan 84 inovasi," ujarnya.

Dari sebanyak 84 inovasi tersebut, ada sekitar 40 inovasi yang menarik minat desa-desa untuk mereplikasinya, dengan mengisi daftar komitmen replikasi. "Tentunya, dari komitmen ini akan ditindaklanjuti dengan tahapan replikasi," ujarnya.

Replikasi Inovasi Desa Butuh Pendampingan Berkelanjutan


Proses replikasi inovasi, pastinya tidak berjalan mulus begitu saja, karena ada tahapan dan komitmen yang harus dijalani. Selain itu harus ada proses pembelajaran, dan pemahaman di masyarakat, serta keterlibatan masyarakat dalam melaksanakannya.

Menurut Deputi Tim Leader Peningatan Kapasitas Konsultan Nasional Program Inovasi Desa, Landy Wahyu Wibowo dibutuhkan adanya pendampingan yang intensif dalam melaksanakan replikasi inovasi tersebut.

"Selama tiga tahun pelaksanaan program inovasi desa, secara nasional ada sekitar 30% dari sekitar 74 ribu desa di Indonesia, yang menganggarkan program inovasi desa hasil dari replikasinya. Artinya, ada tindak lanjut dari program ini," ujarnya.

Pendampingan dalam tahap menangkap inovasi, dan mereplikasi inovasi desa, diakuinya belum bisa terkawal dengan baik. Sehingga dibutuhkan adanya formulasi pendampingan yang efektif, agar desa bisa semakin berkembang melalui pemberdayaan dan penerapan inovasi.

Inovasi desa, menurutnya juga membangun budaya literasi di desa. Bagaimana masyarakat desa diajak untuk membaca bahan inovasi hasil tangkapan TPID, untuk kemudian dibahas bersama dalam musyawarah desa, sampai pada tahap penganggaran dan pelaksanaannya.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.7003 seconds (0.1#10.140)