Nilai Pasar 5 Raksasa Teknologi Susut Hingga Rp2.133 Triliun

Kamis, 08 Agustus 2019 - 07:43 WIB
Nilai Pasar 5 Raksasa Teknologi Susut Hingga Rp2.133 Triliun
Sejumlah raksasa industri teknologi Amerika Serikat (AS) mengalami pukulan terbesar akibat perang dagang China versus Amerika Serikat (AS). Foto/Istimewa
A A A
NEW YORK - Sejumlah raksasa industri teknologi Amerika Serikat (AS) mengalami pukulan terbesar akibat perang dagang China versus Amerika Serikat (AS).

Dampak itu kian terasa saat China melakukan serangan balik dalam perang dagang melawan AS.

Nilai pasar perusahaan-perusahaan teknologi AS merosot USD150 miliar (Rp2.133 triliun) pada Senin (5/8). Hilangnya nilai pasar itu sama dengan ukuran satu perusahaan sebesar Costco atau IBM yang tiba-tiba menghilang.

Kondisi ini menunjukkan kondisi mengkhawatirkan perang dagang antara AS dan China pada saham-saham di Wall Street. Bagi perusahaan-perusahaan teknologi yang sangat tergantung pada China untuk komponen dan manufaktur produk mereka, perang dagang adalah mimpi buruk yang jadi kenyataan.

Konflik dagang itu kian memanas setelah Chian membiarkan mata uang yuan melemah hingga di bawah 7 terhadap dolar AS pada Senin (5/8), sebagai respon pengumuman pemerintahan Presiden AS Donald Trump yang akan menerapkan tarif baru pada produk-produk China. Ancaman AS itu memicu jual saham di pasar global.

Dow Jones Industrial Average merosot 767 poin atau 3% mencapai 25.718 pada Senin (5/8), sementara Nasdaq turun 278 poin atau 3,5% mencapai 7.726. Saham-saham perusahaan teknologi yang disebut FAANG yakni Facebook, Apple, Amazon, Netflix dan Google, menunjukkan penurunan drastis sebagai cermin kondisi pasar.

Apple menjadi korban terbesar dalam kelompok itu dengan mengalami penurunan 5,2% hingga penutupan pada USD193,34, kehilangan USD53 miliar nilai pasarnya. Apple dianggap sebagai perusahaan paling rawan selama perang dagang semakin memanas antara kedua negara. “Tarif baru pemerintahan Trump berpotensi sebagai pukulan perut untuk ikon Silicon Valley tersebut,” tutur pengamat Wedbush Daniel Ives, dilansir Business Insider.

Saham Facebook anjlok 4% hingga penutupan pada USD181,73 dan Amazon melemah 3,2% pada penutupan USD1.765,13. Adapun Google melemah 3,5% hingga penutupan pada USD1.152,32 dan Netflix turun 3,5% hingga penutupan pada USD307,63. Total nilai pasar kelima raksasa teknologi itu lebih besar dibandingkan nilai perusahaan Costco. Raksasa ritel itu memiliki nilai pasar USD117 miliar setelah sahamnya merosot 2,7% hingga penutupan pada USD265,10.

Hilangnya nilai pasar itu lebih besar dibandingkan nilai pasar IBM yang kini mencapai USD125 milair setelah sahamnya merosot 4,4% hingga penutupan pada USD140,76. Sementara pada Selasa (6/8), bursa saham AS menguat lebih dari 1%, naik dari hari sebelumnya saat China menstabilkan nilai yuan.

Langkah Beijing membuat pasar merasa lebih tenang. Intervensi China dilakukan setelah Departemen Keuangan AS menyebut Beijing sebagai manipulator mata uang dengan membiarkan yuan merosot ke level terendah dalam lebih satu dekade pada Senin (5/8).

“Ini sinyal dari pihak China bahwa mereka ingin menjaga yuan tenang dan naik. Tapi ini juga mengindikasikan betapa cepat berbagai hal dapat berubah. Itu dirasakan di pasar dan ini salah satu alasan di mana rasa takut itu masih ada,” kata Quincy Krosby, kepala strategis pasar di Prudential Financial, Newark, New Jersey, pada Reuters.

Penguatan itu terjadi sehari setelah saham-saham besar AS mengalami penurunan terbesar pada tahun ini serta penurunan tajam yuan. Langkah Chian membenahi yuan hingga sedikit lebih kuat dan komentan Penasehat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow bahwa Presiden Donald Trump merencanakan perundingan dengan delegasi China pada September telah meredam kekhawatiran tentang eskalasi perang dagang.

Indeks teknologi S&P yang didalamnya ada perusahaan-perusahaan dengan ketergantungan tinggi pada China serta menjadi korban aksi jual saham pada Senin (5/8) menjadi pendorong terbesar pada indeks itu dengan naik 1,61%. Dow Jones Industrial Average naik 311,78 poin atau 1,21% menjadi 26.029,52. S&P 500 menguat 37,03 poin atau 1,30% menjadi 2.881,77 dan Nasdaq Composite naik 107,23 poin atau 1,39% menjadi 7.833,27.

Sementara itu, data Bank Sentral China menunjukkan cadangan devisa China turun hingga USD15,54 miliar pada Juli menjadi USD3.104 triliun. Para ekonom dalam poling Reuters memperkirakan cadangan devisa China akan turun hingga USD18 miliar menjadi USD3.101 triliun. Cadangan devisa China merupakan yang terbesar di dunia.

Penurunan pada Juli itu akibat perubahan dalam nilai tukar mata uang asing dan harga aset-aset yang dimiliki China dalam devisanya. China tahun lalu masih dapat mempertahankan arus keluar modal meski mengalami perang dagang dengan AS dan pertumbuhan ekonomi melemah di dalam negeri. Cadangan devisa itu menguat kembali dari Oktober 2018 karena kontrol kapital dan naiknya investasi asing di bursa dan obligasi China.

Yuan sekarang melemah sekitar 1,5% sejak Trump pada Kamis (1/8) mengancam menerapkan lebih banyak tarif pada produk-produk China mulai 1 September. Yuan turun 0,29% terhadap dolar pada Juli meski ada kesepakatan antara pemimpin AS dan China pada akhir Juni untuk menghentikan langkah lebih lanjut dalam konflik dagang.

China menggunakan USD1 triliun devisanya untuk mendukung yuan saat ekonomi melemah pada 2015. Beijing juga telah intervensi untuk mendukung yuan awal tahun ini saat perundingan dagang berlanjut.
(nth)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 3.2090 seconds (0.1#10.140)