Doni Monardo: Desa Ujung Tombak Pencegahan Bencana Alam

Rabu, 01 Mei 2019 - 16:43 WIB
Doni Monardo: Desa Ujung Tombak Pencegahan Bencana Alam
Tim relawan kemanusiaan di Jawa Timur, bersama BPBD, BNPB, dan PMI, melakukan simulasi penanganan bencana di Lapangan Parade Brawijaya, Rampal, Kota Malang. Foto/SINDOnews/Yuswantoro
A A A
MALANG - Keberadaan desa sebagai satuan wilayah dan pemerintahan terkecil, memiliki peran strategis dalam pencegahan dan penanganan pertama pada bencana alam.

Pentingnya peran desa tersebut, juga diungkapkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjend. Doni Monardo, saat gelar apel Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) 2019 di Lapangan Parade Brawijaya, Rampal, Kota Malang.

"Desa merupakan ujung tombak penyelamatan ekosistem untuk pencegahan bencana alam. Kalau desanya kuat menjaga kelestarian lingkungan, tentunya akan mengurangi resiko bencana alam," tegasnya.

Baginya, menjaga alam adalah langkah paling efektif untuk mencegah dan meminimalisir terjadinya bencana alam. Fungsi ekologis dan ekonomi harus mampu berjalan beriringan.

"Jangan ganggu keseimbangan alam, jangan tebang pohon, jaga kelestarian alam, maka alam juga akan menjaga kita semuanya," tegas mantan Danjen Kopasus tersebut.

Penanganan bencana, dan upaya pencegahannya, diakuinya harus dilakukan secara bersama-sama. Bekerjasama dengan prinsip gotong royong, tidak bisa sendiri-sendiri.

Wilayah Indonesia, menurutnya merupakan wilayah paling tinggi beresiko terjadi bencana alam. Ada sebanyak 500 gunung api, di mana 127 di antaranya sangat aktif.

Selain berada di wilayah cincin api, Indonesia juga berada di patahan lempeng bumi yang setiap saat bisa menimbulkan gempa bumi, tsunami, dan likuifasi. "Kondisi ini harus dipahami, dan diantisipasi," tegasnya.

Selama 19 tahun terakhir, jumlah korban bencana alam di Indonesia, mencapai sekitar 185 ribu jiwa. Jumlah ini peringkat kedua di dunia, setelah Haiti, yang korban jiwanya mencapai 200 ribu jiwa.

Pada tahun 2018 lalu, jumlah korban jiwa akibat bencana alam di Indonesia, mencapai 4.814 jiwa. Sementara selama Januari-April 2019, jumlah korban jiwa akibat bencana alam mencapai 438 jiwa.

Doni mengungkapkan, selain desa, peran penting lainnya dalam mengedukasi masyarakat tentang pemahaman terhadap bencana alam, juga dimiliki kaum perempuan dan ibu rumah tangga.

"Peran ibu sangat penting, selain sebagai kelompok beresiko tinggi saat terjadi bencana alam. Ibu juga merupakan guru tentang kesiapsiagaan bencana, dan rumah sebagai sekolahnya," ungkapnya.

Hal senada juga diungkapkan Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa. Menurutnya, saat ini keberadaan desa, dan kampung-kampung harus terus diperkuat menjadi desa, kampung, dan kelurahan tangguh bencana.

"Banjir, dan tanah longsor menjadi bencana paling sering terjadi di wilayah Jatim. Tentunya, keberadaan masyarakat di desa, kelurahan, dan kampung-kampung harus diperkuat untuk melakukan mitigasi bencana. Harus ada spesifikasi peran, kesiapsiagaan, dan latihan," tuturnya.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.5852 seconds (0.1#10.140)