Lisensi Google Play Services dari Android Segera Dikantongi Huawei

Senin, 14 Oktober 2019 - 12:43 WIB
Lisensi Google Play Services dari Android Segera Dikantongi Huawei
Perang dagang antara China dan AS membuat Huawei berada dalam posisi sulit. Foto/ist
A A A
SHENZHEN - Sebuah artikel yang diterbitkan pekan lalu oleh New York Times mengungkap bahwa Huawei segera berbisnis dengan beberapa rantai pasokannya dari AS.

Untuk diketahui, Huawei sampai sekarang masih ditempatkan pada Daftar Entitas Departemen Perdagangan AS untuk alasan keamanan. Ditempatkan pada daftar tersebut, maka Pemerintah AS melarang produsen China mengakses komponen dan perangkat lunak dari rantai pasokan yang berasal dari Negeri Paman Sam.

Padahal, pada 2018, Huawei menghabiskan USD11 miliar untuk persediaan yang berbasis di AS. Larangan ini mencegah Huawei dari melisensikan Layanan Google Play Android bersama dengan aplikasi Google inti, seperti Play Store, Maps, Search, Gmail, dan YouTube.

Hasilnya, seri Mate 30 Huawei yang baru-baru ini diumumkan terpaksa menggunakan versi open-source AOSP dari Android dengan etalase App Gallery milik Huawei sendiri.

Huawei pada awalnya memperkirakan akan mengirim 300 juta ponsel untuk melampaui Samsung dan Apple guna menjadi produsen smartphone terbesar di dunia pada akhir 2019. Tetapi tanpa versi Google Play Services dari Android pada smartphone yang paling berteknologi maju tahun ini, maka penjualan di luar China diperkirakan akan menurun.

Untuk paruh pertama 2019, perusahaan mengirim 118 juta unit. Angka itu memang naik 24% dibandingkan paruh pertama 2018 sehingga menempatkan Huawei di belakang Samsung dan Apple hingga akhir tahun. Posisi sama yang diraih perusahaan pada 2018.

Usaha Huawei semakin terjal karena Apple terlihat sukses dengan keluarga iPhone 11-nya. Huawei memang terus menunjukkan pertumbuhan luar biasa di dalam negeri, tapi itu tidak akan cukup kuat untuk membawa mereka lebih tinggi dari tempat ketiga sampai larangan dicabut.

Laporan New York Times menyatakan, dalam pertemuan yang diadakan pekan lalu, Presiden AS Donald Trump memerintahkan para pejabat untuk memberikan "lampu hijau" kepada perusahaan-perusahaan AS tertentu untuk memulai pengiriman pasokan ke Huawei.

Peringtah ini mungkin tidak berarti apa-apa. Anda mungkin ingat bahwa setelah bertemu dengan Presiden China Xi Jinping pada akhir Juni, Trump mengatakan, China akan mulai membeli produk pertanian AS. Imbalannya, perusahaan-perusahaan Amerika dapat menjual peralatan mereka ke Huawei.

Putusan ini membenarkan pemikiran banyak orang bahwa Huawei hanya digunakan sebagai chip tawar-menawar oleh AS untuk mendapatkan persyaratan menguntungkan dalam setiap kesepakatan perdagangan baru dengan China. Ternyata, China tidak pernah membeli produk pertanian tambahan dari petani AS dan Trump pun tidak pernah mengizinkan Huawei mengakses peralatan AS.

Lisensi yang diperlukan untuk mengirim ke Huawei dikeluarkan oleh Departemen Perdagangan. Dan seorang juru bicara mengatakan kepada Times bahwa pada saat ini, status quo masih berlaku.

Laporan tersebut mencatat meskipun ada larangan, ada beberapa perusahaan AS yang dapat mengirim ke Huawei dengan memberi label pengiriman sebagai barang non-Amerika. Atau bisa juga mengirimkan persediaan mereka ke perusahaan China dari luar US.

Micron Technology, pemasok chip memori yang menghitung Huawei sebagai pelanggan terbesarnya tahun lalu, mengatakan, pada bulan Juni perusahaan melanjutkan pengiriman ke Huawei setelah melihat aturan Daftar Entitas. Mereka memutuskan dapat secara legal mengirimkan pasokan ke perusahaan raksasa China itu.

AS menganggap Huawei sebagai ancaman keamanan nasional karena undang-undang di China memungkinkan pemerintah komunis menuntut perusahaan mengumpulkan intelijen atas namanya. UU itu menyebabkan banyak orang berspekulasi ponsel dan peralatan jaringan Huawei mengandung pintu belakang yang akan mengirim informasi tentang perusahaan dan konsumen AS ke Beijing. Huawei pun telah membantahnya.

Beberapa hari lalu Pemerintahan Trump telah berupaya mengembangkan saingan AS ke Huawei seperti Cisco dan Oracle, tetapi kedua perusahaan menolak. Rencana lain meminta pemerintah AS untuk membantu mendanai Nokia dan Ericsson agar kedua perusahaan peralatan jaringan itu dapat menawarkan persyaratan pembiayaan yang lebih menguntungkan bagi kliennya.

Karena Huawei memiliki akses ke dana dari bank-bank Cina yang dikelola pemerintah, mereka dapat memungkinkan pelanggan untuk membayar peralatan jaringannya selama periode waktu yang sangat lama. Trump pun berharap Nokia dan Ericsson untuk mencocokkan persyaratan ini sehingga dapat mengambil alih bisnis dari Huawei.
(mif)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.9964 seconds (0.1#10.140)