Rudal Jarak Jauh China Bikin Pangkalan AS Terancam

Selasa, 20 Agustus 2019 - 03:43 WIB
Rudal Jarak Jauh China Bikin Pangkalan AS Terancam
Rudal DF-26 China yang dijuluki misil Guam killer saat diuji coba akhir Januari 2019. Foto/CCTV
A A A
SYDNEY - Militer China makin digdaya. Seluruh pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di Asia akan menjadi tidak berguna ketika dihantam serangan rudal-rudal presisi jarak jauh China jika konflik pecah. Kelompok think tank yang berbasis di Sydney memperingatkan misil-misil presisi Beijing mampu menghancurkan seluruh pangkalan tersebut pada jam-jam awal konflik.

Peringatan itu disampaikan kelompok think tank University of Sydney’s United States Studies Centre dalam laporan yang dirilis hari Senin (19/8/2019).

Laporan itu menyoroti dana dari anggaran militer AS yang "tertunda dan tidak dapat diprediksi" selama satu dekade telah membuat Amerika kehilangan keunggulannya di Pasifik Barat. Sebaliknya, hal itu memberikan keunggulan bagi China yang semakin canggih.

"Arsenal senjata rudal jarak jauh yang akurat di China menjadi ancaman besar bagi hampir semua pangkalan Amerika, sekutu, dan mitra, landasan terbang, pelabuhan, dan instalasi militer di Pasifik Barat," kata kelompok think tank itu dalam laporannya.

"Karena fasilitas-fasilitas ini dapat dianggap tidak berguna oleh serangan presisi pada jam-jam awal konflik, ancaman rudal PLA (Tentara Pembabsan Rakyat) menantang kemampuan Amerika untuk secara bebas mengoperasikan pasukannya dari lokasi-lokasi terdepan di seluruh wilayah," lanjut laporan tersebut, yang dikutip Bloomberg.

Laporan tersebut merekomendasikan Australia—sekutu utama AS—harus meningkatkan stok dan menciptakan kemampuan berdaulat dalam penyimpanan dan produksi amunisi presisi, bahan bakar, dan bahan lain yang diperlukan untuk mempertahankan konflik mutakhir.

China sejatinya adalah mitra dagang terbesar Australia. Namun, negara-negara itu berselisih soal serangkaian masalah, termasuk larangan pemerintah Australia terhadap Huawei Technologies Co., perihal kontrak 5G dan tuduhannya bahwa Beijing telah "mencampuri" urusan dalam negeri Canberra.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.8361 seconds (0.1#10.140)