Wapres JK: Kunci Kemajuan Bangsa Adalah Pendidikan

Minggu, 05 Mei 2019 - 00:28 WIB
Wapres JK: Kunci Kemajuan Bangsa Adalah Pendidikan
Wapres Jusuf Kalla saat menjadi pembicara kunci dalam seminar nasional Format Pendidikan untuk Meningkatka Daya Saing Bangsa di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sabtu (4/5/2019). Foto/Dok. Humas UNY
A A A
SLEMAN - Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menegaskan penguasaan teknologi akan menentukan maju dan makmurnya suatu bangsa. Untuk kemajuan dan kemakmuran sendiri ditentukan dengan meningkatkan nilai tambah, baik di bidang industri, pertanian, jasa dan bidang lainnya. Nilai tambah bisa tercapai jika menguasai teknologi, tanpa teknologi tidak mungkin mendapatkan nilai tambah yang baik.

“Untuk menguasai teknologi, maka negara harus memiliki sistem pendidikan yang baik dan berorientasi masa depan. Jika tidak berorientasi ke depan, maka pendidikan akan menjadi museum. Sebab museum melihat ke belakang,” tandas Jusuf Kalla saat menjadi pembicara kunci dalam seminar nasional dengan tema Format Pendidikan untuk Meningkatkan Daya Saing Bangsa di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sabtu (4/5/2019).

Berbicara tentang pendidikan dan sekolah dipengaruhi empat hal, yaitu pengajar atau guru, sistem atau kurikulum, saraan dan lingkungan budaya sekitar. Untuk guru sejauh mana kualitas dan pengetahuan mereka. Sebab akan mempengaruhi output anak didiknya.

Sehingga pendidikan guru penting. Seperti dikutip Kaisar Hiroito saat Jepang kalah perang, yang ia tanyakan apakah masih ada guru untuk
memajukan Jepang,

“Jadi guru penting. Untuk itu, UNY sebagai tempat pendidikan diharapkan akan menjadi penompang pendidikan secara nasional,” harap JK.

Untuk sistem atau kurikulum juga harus dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan untuk kepentingan masa depan. Sehingga apa yang dihasilkan sekarang baru akan dipraktekan 5-10 tahun yang akan datang. Hal inilah yang menjadikan mengapa kurikulum selalu berganti. Sebab pendidikan akan stagnan, tanpa melihat apa yang diajarkan.

“Untuk sarana juga penting. Terutama untuk menunjang peningkatan kualitas pendidikan. Untuk itu negara memberikan anggaran pendidikan 20%. Meski begitu, jika ada sekolah yang belum baik sarananya, maka harus menjadi perhatian semua,” tandasnya.

Untuk lingkungan budaya juga mempengaruhi dalam meningkatkan pendidikan. Sebab jika minat atau budaya belajar rendah, tentunya tidak memiliki daya saing yang kuat dalam pendidikan. Ia mencontohkan dari program pertukaran kepala sekolah Jawa ke luar Jawa, dapat diketahui, di beberapa daerah minat belajarnya rendah karena dipengaruhi kekayaan alam yang melimpah sehingga tidak ada dorongan untuk belajar. Lalu kenapa Yogyakarta, Bandung, Malang menjadi pusat pendidikan karena masyarakatnya mendorong budaya belajar.

“Jadi perhatian kepada lingkungan belajar penting, untuk mendorong dan memperbaiki pendidikan,” terangnya.

JK juga menyinggung untuk arah pendidikan dunia, yaitu liberal dan skill. Dimana untuk liberal diterapkan di Amerika, untuk skill di Eropa dan Asia (Jepang, Korea dan Cina). Untuk pendidikan liberal di Amerika fokus pada logika, sistem inovasi dan standar yang baik, maka Amerika menjadi inovator terbesar, karena dasar pendidikannya.

Untuk Eropa dan Asia yang mengutamakan skill sehingga untuk pendidikan menghasilkan kemampuan bekerja yang baik.

“Karena itu untuk sekolah vokasi jangan meniru Amerika, namun Eropa. Namun jika ingin memiliki lingkungan kerja dan kemampuan, maka bisa dua-duanya. Dimana SMK untuk teknis dan SMA akademik. Yang menjadi kendala untuk prasarana SMK belum mencukupi seperti yang dicita-citakan,” jelasnya.

Untuk itu yang perlu disiapkan, selain sarana dan prasana tempat praktik juga instrukturya. Apalagi guru merupakan modal utama dari semua tingkat pendidikan.

Rektor UNY Sutrisno Wibowo mengatakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan terus melakukan berbagai langkah, diantaranya berusaha memenuhi standar akademik, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, tata kelola sarana prasana standar perguruan tinggi. Untuk sarana prasarana, dengan membangun laboratorium untuk kepentingan akademik dan pembangunan gedung pendidikan.

“Untuk 14 laboratorium diresmikan November 2018 lalu dan untuk gedung pasca sarjana 7 lantai yang dibangun selama tiga tahun sudah selesai dan siap dignakan untk kegiatan pendiidkan,” ungkapnya.

UNY sendiri masuk dalam klaste 1 pendidikan nasional, yaitu diperingkat 11, untuk peringkat QS di Asia Tenggara nomor 87 dan di Asia berada diperingkat 451-500 dan sekarang sedang mempersiapkan menjadi universiyas kelas dunia seperti yang ditugaskan kemenristekdikti.

UNY memiliki 1016 dosen, 37% bergerar S3, 37% bergelar S2, 26% sedang menempuh S3 dan manargetkan lima tahun mendatang memilik 70% dosen bergelar S3 serta 907 tenaga kependidikan(tendik).

“UNY memiliki 109 program studi (prodi), 64 terakreditsi A, 38 B dan sisanya prodi baru dalam proses akreditasi. Jumlah mahasiswa sebanyak 25.632 dan akan bertambah 6.500 mahasiswa pada Agustus nanti,” paparnya.

JK dalam kesempatan tersebut juga meresmikan gedung paska sarjan UNY, peresmian dilakukan seusai menjadi embicara kunci dalam seminar tersebut dilanjutkan peninjauna ruangan. Setelah itu langsung meninggalkan lolasi.

Dalam seminar tersebut, juga menghadirkan Menristekdikti M Nasir. Dimana dalam kesempatan itu mendorong pendirian sekolah vokasi. Termasuk perguruan tinggi memisahkan dalam pengelolaan sekolah vokasi dan non vokasi (akademik). Dimana untuk pegruruan tinggi negeri (PTN) yang pengelolaan tersendiri ini baru UGM, untuk perguruan tinggi lainnya belum.
(mif)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1969 seconds (0.1#10.140)