Ayah Bunda, Begini Proses Terjadinya Bayi Tabung
A
A
A
JAKARTA - Banyak cara bagi pasangan suami istri yang mengalami gangguan kesuburan untuk mendapatkan keturunan. Salah satunya adalah melalui program bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF).
Namun, apa itu bayi tabung dan bagaimana proses bayi tabung dilakukan?
Program bayi tabung merupakan salah satu cara untuk mendapatkan kehamilan pada pasangan yang mengalami gangguan kesuburan dengan cara assisted reproductive technology (ART) di mana sel telur matang diambil dari indung telur wanita dan dibuahi dengan sperma di luar tubuh manusia. Setelah terjadi pembuahan, beberapa embrio akan ditanamkan kembali ke rahim si calon ibu melalui leher rahim.
"Setelah terjadi pembuahan, sejumlah 2-3 embrio akan ditanam kembali ke rahim si calon ibu. Hal ini membedakannya dengan konsep inseminasi di mana proses pertemuan antara sperma dan sel telur tetap terjadi di dalam tubuh manusia," ujar dr. Yassin Yanuar Mohammad, SpOG(K), MSc saat acara Overview dan Outlook Penanganan Gangguan Kesuburan di Indonesia di kawasan Menteng, Jakarta, Selasa (18/12/2018).
Terdapat tiga jenis IVF yang bisa dilakukan, yaitu IVF dengan ICSI, IVF dengan siklus alamiah, serta IVF konvensional. Dari data yang terkumpul, efek samping yang terjadi pada pelaksanaan IVF 2008-2009 terdiri atas sindrom hiperstimulasi ringan, sedang dan berat serta efek samping berupa perdarahan dan infeksi. Efek samping yang paling banyak dijumpai adalah sindrom hiperstimulasi ringan (57%), sindrom hiperstimulasi sedang (28%) dan sindrom hiperstimulasi berat (15%).
"Tidak ada pasien yang mengalami efek samping infeksi maupun perdarahan (0%)," kata dia.
Sementara, tujuan utama program IVF adalah untuk menghasilkan oosit dalam jumlah banyak yang berkualitas baik sehingga dapat dibuahi, mendapatkan kehamilan tunggal yang sehat, serta melakukan penyimpanan embrio yang berlebih untuk mengoptimalkan fungsi reproduksi. Karena itu, teknik stimulasi ovarium merupakan prosedur yang penting dalam program IVF.
"Keberhasilan IVF sangat bergantung pada pola rekruitmen pasien dan teknik stimulasi ovarium yang dipilih. Protokol yang dipilih harus mampu menekan terjadinya lonjakan LH, meningkatkan kejadian kehamilan dan cukup nyaman bagi pasien," ujar dia.
Namun, apa itu bayi tabung dan bagaimana proses bayi tabung dilakukan?
Program bayi tabung merupakan salah satu cara untuk mendapatkan kehamilan pada pasangan yang mengalami gangguan kesuburan dengan cara assisted reproductive technology (ART) di mana sel telur matang diambil dari indung telur wanita dan dibuahi dengan sperma di luar tubuh manusia. Setelah terjadi pembuahan, beberapa embrio akan ditanamkan kembali ke rahim si calon ibu melalui leher rahim.
"Setelah terjadi pembuahan, sejumlah 2-3 embrio akan ditanam kembali ke rahim si calon ibu. Hal ini membedakannya dengan konsep inseminasi di mana proses pertemuan antara sperma dan sel telur tetap terjadi di dalam tubuh manusia," ujar dr. Yassin Yanuar Mohammad, SpOG(K), MSc saat acara Overview dan Outlook Penanganan Gangguan Kesuburan di Indonesia di kawasan Menteng, Jakarta, Selasa (18/12/2018).
Terdapat tiga jenis IVF yang bisa dilakukan, yaitu IVF dengan ICSI, IVF dengan siklus alamiah, serta IVF konvensional. Dari data yang terkumpul, efek samping yang terjadi pada pelaksanaan IVF 2008-2009 terdiri atas sindrom hiperstimulasi ringan, sedang dan berat serta efek samping berupa perdarahan dan infeksi. Efek samping yang paling banyak dijumpai adalah sindrom hiperstimulasi ringan (57%), sindrom hiperstimulasi sedang (28%) dan sindrom hiperstimulasi berat (15%).
"Tidak ada pasien yang mengalami efek samping infeksi maupun perdarahan (0%)," kata dia.
Sementara, tujuan utama program IVF adalah untuk menghasilkan oosit dalam jumlah banyak yang berkualitas baik sehingga dapat dibuahi, mendapatkan kehamilan tunggal yang sehat, serta melakukan penyimpanan embrio yang berlebih untuk mengoptimalkan fungsi reproduksi. Karena itu, teknik stimulasi ovarium merupakan prosedur yang penting dalam program IVF.
"Keberhasilan IVF sangat bergantung pada pola rekruitmen pasien dan teknik stimulasi ovarium yang dipilih. Protokol yang dipilih harus mampu menekan terjadinya lonjakan LH, meningkatkan kejadian kehamilan dan cukup nyaman bagi pasien," ujar dia.
(amm)