Cara Turkmenistan Bebas dari Kasus Infeksi Virus Corona

Rabu, 08 April 2020 - 12:30 WIB
Cara Turkmenistan Bebas...
Ajang balapan sepeda untuk merayakan Hari Kesehatan Dunia di Turkmenistan, Selasa (7/4/2020). Foto/BBC
A A A
JAKARTA - Dalam waktu kurang dari enam bulan, virus corona jenis baru, Covid-19 telah menyebar hampir ke seluruh dunia. Tak kurang dari 1,4 juta orang terinfeksi dan puluhan ribu orang meninggal dunia karenanya.

Ketika peta Covid-19 menunjukkan pelebaran dan terus berkembang, ternyata ada beberapa negara yang tidak terinfeksi virus mematikan tersebut. Salah satunya adalah Turkmenistan.

Ketika dunia sedang berperang melawan virus korona, Turkmenistan justru menggelar lomba sepeda massal untuk memperingati Hari Kesehatan Dunia pada Selasa lalu. Tidak seperti kebanyakan kota di dunia, kehidupan warga Turkmenistan juga berlangsung normal. Kafe dan restoran masih dibuka. Resepsi pernikahan juga masih digelar. Tidak ada warga yang mengenakan masker. Namun, pemerintah Turkmenistan membantah bahwa mereka mengabaikan virus corona sebagai ancaman.

Pemerintah Turkmenistan mengklaim telah berjuang keras untuk menghalau agar virus corona tidak masuk ke negara mereka. Bekerja sama dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), mereka telah mendiskusikan berbagai langkah. “Itu termasuk kerja sama, komunikasi risiko, investigasi kasus, diagnosis laboratorium, dan langkah lainnya,” kata Koordinator Lembaga PBB di Turkmenistan, Elena Panova, dilansir BBC.

Ketika BBC menanyakan kepada Panova mengenai tidak ada kasus virus corona di Turkmenistan, dia menghindari jawaban langsung. “Kita bergantung pada informasi resmi karena semua negara melakukannya,” katanya. Dia mengungkapkan, larangan bepergian dan menutup perbatasan berkontribusi tidak adanya kasus Covid-19.

Turkmenistan menutup perbatasan daratnya sejak satu bulan lalu. Mereka membatalkan penerbangan ke China dan negara lainnya sejak awal Februari. Mereka mengalihkan semua penerbangan internasional dari ibu kota negara itu ke Turkemenabat, di mana zona karantina didirikan.

Namun, beberapa penduduk menyatakan banyak orang bisa menyuap bisa keluar dari zona karantina agar bisa melepaskan diri tinggal di tenda selama dua pekan. “Semua orang yang tiba di negara ini dan menunjukkan gejala harus menjalani tes Covid-19,” kata Panova.

Selain itu, pergerakan warga antarkota juga dibatasi. Siapa pun yang hendak masuk ibu kota Ashgabat harus memiliki surat sehat dari dokter. Selain itu, pasar dan perkantoran juga difumigasi dengan asap dari rumput berjenis yuzarlik yang biasa digunakan untuk bahan-bahan obat herbal. “Membakar rumput yuzarlik bisa membunuh virus,” kata Presiden Turkmenistan Gurbanguly Berdymukhamedov. Namun, belum ada bukti bahwa rumput tersebut memiliki kemiliki keampuhan dalam membunuh virus.

Sementara itu, banyak pihak menuding Turkmenistan tidak terimbas virus korona karena menyembunyikan kebenaran. “Statistika kesehatan resmi dari Turkmenistan memang tidak tersedia,” kata Profesor Martin McKee dari London School of Hygiene and Tropical Medicine, pakar kesehatan yang mempelajari sistem kesehatan di negara tersebut. “Selama beberapa dekade terakhir, mereka juga mengklaim tidak memiliki orang yang menderita HIV/AIDS. Namun, pada 2000-an, mereka juga mengalami wabah,” katanya.

Selain itu, banyak warga Turkmenistan juga khawatir kalau Covid-19 sebenarnya sudah melanda di negaranya. “Tempat saya bekerja menyatakan saya tidak boleh mengatakan kalau virus corona sudah tiba di sini atau saya bisa mendapat masalah,” kata penduduk Kota Ashgabat, ibu kota Turkmenistan, yang enggan disbeutkan namanya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.2055 seconds (0.1#10.140)