Ketika Virus Corona dan Perang Dunia II Batalkan Olimpiade di Jepang

Rabu, 25 Maret 2020 - 09:45 WIB
Ketika Virus Corona dan Perang Dunia II Batalkan Olimpiade di Jepang
Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan otoritas Jepang telah memutuskan menunda pelaksanaan Olimpiade Tokyo 2020. FOTO/Reuters/Luke MacGregor
A A A
JAKARTA - Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan otoritas Jepang telah memutuskan menunda pelaksanaan Olimpiade Tokyo 2020. Even olahraga terakbar di dunia ini diundur tahun depan sebagai respons pandemi corona virus jenis baru, Covid-19.

Keputusan ini disampaikan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe setelah melakukan pertemuan dengan Presiden IOC Thomas Bach serta ketua pelaksana Olimpiade, Yoshiro Mori.

"Saya usul kepada Mr Bach (presiden IOC) untuk menunda Olimpiade selama satu tahun. Dia 100% sepakat dengan saya,” kata Shinzo Abe dikutip Independent, Selasa (24/3/2020).(Baca Juga: Breaking News: Olimpiade Tokyo Resmi Ditunda hingga Tahun Depan)

Keputusan untuk menunda Olimpiade tidak hanya terjadi sekali ini. Sejarah mencatat, Olimpiade Tokyo 1940 pernah batal diselenggarakan oleh Jepang akibat perang dunia. Sekitar 80 tahun lalu, agresi militer Jepang di Asia memaksa pembatalan Olimpiade Tokyo 1940 yang kemudian dikenal dengan Missing Olympics atau Olimpiade yang Hilang.

Menurut penulis David Goldblatt dalam bukunya yang berjudul The Games: A Global History of Olympics, Jepang merasa sangat kehilangan atas pembatalan tersebut. Dalam buku setebal 544 halaman terbitan W.W Norton Company, Juli 2016 itu, Goldblatt berkisah bahwa Jepang punya misi khusus ketika hendak menggelar Olimpiade 1940. Rencananya, pesta olahraga tersebut bakal jadi ajang untuk menunjukkan kepada dunia bahwa kota mereka telah pulih dari bencana gempa bumi 1923.

Dalam bingkai pemikiran serupa, Jepang bermaksud menggelar Olimpiade Tokyo 2020 sebagai "game pemulihan” -yang menurut sejumlah media massa dunia, merupakan upaya untuk bangkit setelah tiga bencana di tahun 2011 yakni gempa bumi, tsunami, dan krisis nuklir. Terbukti dari rute torch relay (pawai obor) yang dipilih merupakan kota-kota yang pernah dilanda bencana.

Kembali ke 1940, tawaran untuk menggelar Olimpiade datang dari pendiri olahraga judo sekaligus orang Jepang pertama yang duduk sebagai anggota di Komite Olimpiade Internasional (IOC), Jigoro Kano. Momentum untuk menggelar pesta olahraga itu dianggap pas karena bertepatan dengan tahun ke-2.600 penobatan kaisar pertama mereka, Jimmu.

"Lobi-lobi" untuk memenangkan hak penyelenggara (tuan rumah) Olimpiade 1940 sudah dimulai oleh Jepang sejak 1932. Menurut AFP, mereka berhasil menyingkirkan Roma dan Helsinki -dua kota yang juga mengajukan tawaran resmi ke IOC untuk menyelenggarakan Olimpiade 1940.

Usaha Jepang waktu itu tak mudah. Sebab, mereka sampai harus memohon pada pemimpin fasis Italia, Benito Mussolini, agar Roma bersedia mengalah dan memberi kesempatan pada Tokyo untuk menggelar Olimpiade 1940. Uniknya, dalam buku Goldblatt, disebutkan bahwa Mussolini bersedia memberi jalan.

Tokyo pun memperoleh kepercayaan jadi tuan rumah Olimpiade 1940. Sayang, dua tahun sebelum pesta olahraga itu dimulai, tepatnya pada 1938, Jepang terlibat perang besar dengan China yang kemudian disusul meletusnya Perang Dunia II. Komite Olimpiade Jepang pun akhirnya memastikan Tokyo batal menggelar Olimpiade.

Seorang asisten profesor di Universitas Fordham, New York, Asato Ikeda, kepada AFP mengatakan, pembatalan itu bukan sesuatu yang mengejutkan, mengingat aktivitas militer merupakan prioritas pemerintahan Jepang di tahun-tahun tersebut. Tak cuma Olimpiade, event besar lain seperti Winter Games di Sapporo juga batal digelar karena hampir seluruh pendanaan digunakan untuk perang.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.3929 seconds (0.1#10.140)