Pandemi Virus Corona di Mata Mahasiswa Yogyakarta

Selasa, 24 Maret 2020 - 09:00 WIB
Pandemi Virus Corona di Mata Mahasiswa Yogyakarta
Rizaldi Ageng Wicaksono, mahasiswa FH UII meminta pemerintah tegas untuk mengendalikan penyebaran virus corona. Foto/SINDOnews/Ainun Najib
A A A
YOGYAKARTA - Virus corona telah merenggut tiga nyawa di wilayah DIY. Terakhir Guru Besar UGM Prof Wwan Dwiprahasto meninggal dunia akibat virus yang menyebar dari China ini. Lalu bagimana para mahasiswa menyikapi maraknya wabah di Kota Pelajar ini? berikut sejumlah pendapat mereka.

Rizaldi Ageng Wicaksono (23), mahasiswa Fakultas Hukum (FH) Universitas Islam Indonesia (UII) ini, Senin (23/3/2020) masih terlihat beraktivitas seperti biasa. Salah satu kedai kopi di Jalan Kranggan Jetis, Yogyakarta menjadi pilihan atlet tenis meja itu untuk sekedar nongkrong sambil menyelesaikan skripsinya. Bedanya, dalam beberapa hari terakhir di selalu tak lupa membawa handasanitizer di kantong celananya.

"Ke mana-mana selalu bawa ini mas," katanya sambil menunjukkan hand sanitizer keluaran pabrik. (Baca Juga: Positif Corona, Guru Besar UGM Prof Iwan Dwiprahasto Meninggal Dunia)

Dia menyadari penuh jika wabah virus corona ini sungguh membahayakan. Menurutnya, perlu ada langkah tegas dari pemerintah untuk mencegah penyebaran virus ini makin meluas di masyarakat. "Dalam perkara ini, langkah otoriter dari pemerintah saya kira bisa diterima demi mencegah korban yang lebih banyak," ujar Rizldi yang pernah menjadi juara pertama tenis meja di olimpiade pelajar nasional ini.

Aldi juga mendukung langkah pihak kampus yang memberlakuan kuliah online. Di kampusnya kuliah online dilakukan dengan berbagai platform, salah satunya melalu aplikasi WhatsApp Group. Melalui aplikasi ini dilakuan pembelajaran dan pemberian tugas. "Justru melalui WA, banyak teman-teman mahasiswa yang bertanya kepada dosen. Padahal kalau di kelas ini jarang," katanya.

Meski masih beberapa kali keluar rumah, Rizaldi mengaku tetap membatasi diri. Pertemuan-pertemuan kegiatan kampus juga sudah banyak yang dibatalkan. "Diskusi-diskusi banyak yang ditunda. Kalau pun ada kami tetap jaga jarak dan tidak salaman," katanya.(Baca Juga: Tekan Penyebaran Corona, Pemkot Tegal Lakukan Lockdown Lokal)

Lailya Nurlathifa (21), mahasiswa Faklutas Hukum Universitas Cokroaminoto Yogya (UCY) ini mengaku membatasi semua kegiatannya di luar. Aktivitasnya banyak dilakukan di dalam kos. "Kalau sekedar kongsi-kongsi dengan teman paling seminggu sekali. Itu pun wajib pakai masker dan bawa hand sanistizer," ujarnya.

Saat ini dirinya juga tengah menyelesaikan skripsi sehingga praktis memang tidak ada kegiatan perkuliahan. Konsultasi skripsi juga lebih banyak dilakukan melalui email. "Kami mendukung langkah kampus memberlakukan kuliah online meski sebenarnya kurang maksimal. Kesadaran membaca mahasiswa beda-beda. Jadi mahasiswa yang malas jadi makin malas," ujarnya.

Berbeda dengan Rozaldi dan Lailya, mahasiswi Fakultas Kedokteran UGM, Faikha Salwa mengaku benar-benar tidak keluar rumah usai kampusnya memberlakuan kuliah online. Menurutnya, salah satu upaya membantu pemerintah dan pihak kampus untuk mencegah merebaknya virus asal Wuhan, China ini adalah berdiam diri di dalam rumah.

Meski begitu dirinya setiap hari masih melakukan kuliah dengan metode online. Pihak kampus menggunakan aplikasi Webex Meet. "Jadi kami tetapi bisa berinteraksi dengan dosen melalui aplikasi. Seperti teleconfrence itu. Jadi perkuliahan tetap normal," ujarnya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.4892 seconds (0.1#10.140)