Atasi Perbedaan Pemahanan Keagamaan dengan Moderasi Beragama

Jum'at, 13 Desember 2019 - 05:47 WIB
Atasi Perbedaan Pemahanan Keagamaan dengan Moderasi Beragama
Menag Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi (dua dari kiri) saat memberikan arahan di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Kamis (12/12/2019). FOTO : SINDOnews/Priyo Setyawan
A A A
YOGYAKARTA - Menteri Agama (Menag) Jenderal TNI (Purn) TNI Fachrul Razi mengatakan era revoluasi industri 4.0 membawa perubahan di semua bidang. Sehingga membawa pengaruh terhadap pola pikimasyarakar. Termasuk di bidang keagamaan, terutama generasi milenial.

Mereka belajar banyak bukan lagi dari guru, ustad atau kyai dan buku. Tetapi lebih banyak dipengaruhi dari medsos. Sehingga pemahaman keagamaan yang tidak komprehensif membuat mereka seakan lebih tahu dari yang belajar agama dari kecil di pesantren.

“Perbedaan pandangan semakin sering terjadi dikarenakan kebebasan menyampaikan dan menerima pandangan dan pemikiran di medsos terbuka
lebar. Mensikapi hal tersebut, menekankan jajaran Kementerian Agama untuk terus menggelorakan moderasi beragama,” kata Fachrur Razi di UIN
Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Kamis (12/12/2019).

Untuk itu UIN Sunan Kalijaga juga harus memanfaatkan kemajuan teknologi digital dengan cerdas. Menguatkan identitas ke-Islaman dan kebangsaan dalan satu kesatuan yang utuh. Dengan penguatan identitas ke-Islaman, jajaran Kementerian Agama harus bisa menyampaikan ayat dan hadis dengan tekstual yang benar, sekaligus dapat menjabarkan makna kontekstual yang terkandung di dalamnya yang barmanfaat bagi kemaslahatan masyarakat.

Mengenai wawasan kebangsaan, jajaran Kementerian Agama juga harus menjunjung tinggi toleransi dan tenggangrasa, tidak perlu mengedepankan perdebatan dalam menyampaikan pemahaman keagamaan. Cukupmenyampaikan tekstual dan kontektualnya dengan argumentasi fiqih dan logika yang tepat. Dengan kesadaran penuh bahwa yang membaca bukan hanya umat muslim.

“Maka dari itu membangun agama harus dengan wawasan kebangsaan. Dengan dua poin itu maka Islam akan dapat memberikan sumbangsih yang besar
bagi pembangunan di Indonesia. Seperti yang telah diterapkan di Uni Emirat Arab, Mesir dan Maroko,” terangnya.

Sementara itu, dalam melaksakan setiap program kerja dan aturan-aturan kedinasan, jajaran Kementerian Agama harus bisa menjadi contoh bagi kementerian lain. Kejujuran, keterbukaan dan pelayanan yang sebaik baiknnya harus dijunjung tinggi. Sehingga pekerjaan akan dapat dilaksanakan dengan amanah.

Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yudian Wahyudi mengatakan selalu menekankan kepada seluruh sivitas akademika, bahkan kepada masyarakat luas untuk selalu bersyukur hidup di bumi Indonesia yang merdeka dan bersatu dalam pluralitas.

Dua hal tersebut merupakan rahmat Allah yang tertinggi untuk bangsa Indonesia yang tidak dimiliki bangsa-bangsa lain.“Kalau itu bisa disadari oleh semua warga negara, maka akan terbentuk sportifitas untuk terus berlomba-lomba mengasah potensi positif yang akan membawa peradaban bangsa ini semakin baik,” jelasnya.
(nun)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1984 seconds (0.1#10.140)