BIJB Kertajati Benar-Benar Sepi dari Aktivitas Penerbangan

Sabtu, 01 Juni 2019 - 16:30 WIB
BIJB Kertajati Benar-Benar Sepi dari Aktivitas Penerbangan
Gerbang BIJB Kertajati, Majalengka, Jawa Barat. Foto/SINDOnews/Inin Nastain
A A A
MAJALENGKA - Setahun lebih 8 hari sejak diresmikan Presiden Joko Widodo pada 24 Mei 2018, Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Majalengka, benar-benar sepi. Padahal, pada awal sejak diresmikan, keberadaan bandara itu cukup mendapat respons positif dari banyak kalangan.

BIJB yang pada awal keberadaannya sempat menjadi 'objek wisata' dadakan bagi warga setempat itu, diharapkan bisa segera menjadi pusat penerbangan baru di Jabar. Namun, hingga satu tahun lebih, harapan itu belum juga terealisasi.

Bahkan, tanda-tanda ke arah sana pun masih cukup samar. Apalagi, akhir-akhir ini penerbangan dari dan menuju BIJB, yang sebelumnya sempat di-launching, disetop. Walhasil, saat ini BIJB benar-benar sepi dari aktivitas penerbangan.

Bupati Majalengka Karna Sobahi mengatakan ada beberapa hal yang membuat BIJB itu masih sepi. Kekurangsigapan dalam menyiapkan pendukung, menjadi penyebab yang cukup berasa terhadap kondisi sepi Bandara. "Belum maksimal, bahkan berhenti penerbangannya. Faktor pertama akses," kata Karna, Sabtu (1/6/2019).

Keberadaan Tol Cipali hingga saat ini tidak memiliki peran untuk menambah geliat BIJB. Kondisi berbeda mungkin akan ditimbulkan oleh Tol Cisumdawu. Namun, Cisumdawu saat ini masih dalam proses pengerjaan. Paling cepat, tol yang menghubungkan Cileunyi (Bandung)- Dawuan (Majalengka) itu akan beroperasi pada akhir tahun 2019 atau awal 2020.

"Cisumdawu belum bisa menjawab, sampai hari ini. Jadi kalau mau mengalihkan penerbangan Husein (Bandung) itu, syaratnya Cisumdawu di-open dulu. Nggak mungkin orang Bandung keliling sana dulu, ke Cipularang hanya untuk terbang ke Surabaya. Toh di Bandung juga ada. Kecuali memang kalau dipaksa ditarik ke sini, tapi mungkin orang Bandung akan protes," jelas dia.

Akses bukan satu-satunya pemicu BIJB masih dalam keadaan sepi. Ketiadaan sarana dan prasana pendukung di sekitar bandara juga menjadi pemicu lain terhadap kondisi itu. Padahal, sarana dan prasarana, seperti hotel, restoran adalah hal penting yang akan selalu dicari oleh pendatang.

"Yang kedua, daya dukung. Kalau kalian terbang dari Surabaya mendarat ke BIJB Kertajati, akan bertanya 'Pak nginepnya di mana? Hotelnya di mana? Restoran di mana? kalau ada hal emergency, RS-nya di mana?' Ini lah kelemahannya. Jadi kelemahan BIJB, satu akses, yang kedua emergency plan-nya belum dimiliki. Hotel, restoran, dan RS, kan itu persyaratan mutlak sebuah tata kelola bandara itu," papar dia.

Sama dengan penerbangan umum, layanan untuk calon jamaah haji pun masih menyisakan masalah. Hal itu lagi-lagi lantaran terbentur faktor pendukung. "Saya ikut rapat bersama Menko Maritim, Kementerian Agama, Menhub di Jakarta. Dihadiri Kabupaten Majalengka, dua Cirebon (kota dan kabupaten), Kuningan, Indramayu, Subang dan Sumedang. Diminta tahun ini harus diterbangkan untuk tujuh kabupaten dari BIJB," jelas dia.

"Apa yang terjadi? Mau di mana di-asramakannya jamaah haji itu? Apalagi jamaah haji harus betul-betul terkontrol, terjaga semuanya, nggak bisa kaya penumpang biasa. Sekarang pemeriksaan paspor di hotel, nggak di bandara lagi, nggak di imigrasi lagi," lanjut dia.

Untuk kebutuhan-kebutuhan para calon jamaah haji itu, khususnya hotel, hingga saat ini belum tersedia. Daerah Cirebon, yang memang memiliki sejumlah hotel pun dinilai tidak siap menampung calon jamaah haji.

"Sekarang sedang dipecahkan, Majalengka sudah disurvei, Islamic Center oke, tapi di mana hotelnya? (hotel) Fitra tidak memadai, " kata dia.

Kata Karna, Hotel Radiant Cirebon juga cuma ada 100 kamar, tidak mungkin menampung 450 orang satu kloter. "Belum lagi kantor-kantor dan lain sebagainya. Ini problem. Kalau BIJB saya kira oke untuk menerbangkan. Karena run way sudah 3.000 (meter) kan? Tapi persoalannya, daya dukung tadi," lanjut Karna.

Terkait rencana pemindahan rute dari Bandara Husein Sastranegara dalam waktu dekat, sebagai kepala daerah tempat BIJB berada, Karna mengaku senang. Bahkan, untuk level daerah, pihaknya sudah melakukan sejumlah langkah sebagai pendukung.

"Kalau dipindah, ya kita mah gembira-gembira aja. Pemerintah daerah hanya menyiapkan pendukung-pendukung kecil, umpamanya restoran-restoran kecil kita siapkan, kuliner kita sediakan. Sudah itu mah, sudah kita upayakan" papar dia.

Terpisah, Corporate Secretary PT BIJB Arief Budiman membenarkan bahwa saat ini memang tidak ada aktivitas penerbangan di bandara itu. Penerbangan, jelas dia, kemungkinan akan kembali pada 15 Juni nanti.

"Saat ini tidak ada penerbangan dari dan ke KJT (Kertajati), termasuk di musim mudik ini. Semua airline off. Insya Allah mulai tanggal 15 Juni ada penerbangan dari KJT, pindahan 12 rute dari BDO (Bandung)-KJT," kata dia.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.5046 seconds (0.1#10.140)