Sutopo Purwo Nugroho: Berhentilah Merokok...

Selasa, 18 Desember 2018 - 07:16 WIB
Sutopo Purwo Nugroho: Berhentilah Merokok...
Sutopo Purwo Nugroho (kanan depan). Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Berhentilah merokok, atau kurangi merokok karena merokok lebih banyak mudharatnya dibandingkan dengan manfaat. Begitu pesan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, yang juga penyintas kanker paru.

Diketahui, Januari 2018 Sutopo divonis dokter menderita kanker paru stadium 4B yang menyebabkan kondisi fisik dan psikis sakit. Meski demikian, dia tetap menjalankan tugasnya dalam memberikan informasi tentang berbagai bencana yang melanda Tanah Air.

Sutopo sendiri menyatakan tidak merokok, pola makan sehat banyak mengonsumsi sayur dan buah, rajin berolahraga. Tidak ada keturunan langsung yang menderita kanker. Namun, mengapa terkena kanker paru stadium 4B?

Sebagian besar pasien yang divonis kanker, apalagi sudah masuk stadium 4, yang sulit disembuhkan sesuai statistik medic, tentu akan shock. Apalagi jika dokter mengatakan usia tinggal beberapa bulan atau tahun. "Tentu akan sakit secara fisik dan psikis. Meski urusan hidup mati itu hak Allah," kata Sutopo.

Sutopo mengatakan, kanker juga 'kantong kering'. Perlu biaya yang mahal, bahkan keuangan rumah tangga bisa bangkrut karena membutuhkan biaya yang besar dan pengobatan jangka panjang. Tidak semua obat-obatan bisa dicover BPJS. Penyintas kanker perlu dukungan keluarga dan semua pihak.

"Sakit yang diderita juga luar biasa sakit, apalagi sudah metastase ke bagian tubuh lain. Untuk itulah, sehat itu mahal. Berhentilah merokok, atau kurangi merokok karena merokok lebih banyak mudharatnya dibandingkan dengan manfaat," ujar Sutopo.

Dia menambahkan, tetaplah jaga kesehatan. Hidup dengan gaya hidup yang sehat. Kurangi makanan dan minuman yang ada pengawet, pewarna, vetsin, dan bahan kimiawi lainnya. Mumpung belum telanjur, lakukan hidup sehat. Bagi penyintas kanker, jalani semua dengan ikhlas," pesan Sutopo.

Kanker paru merupakan jenis kanker yang paling banyak didiagnosis di dunia. Kanker paru juga menjadi penyebab utama kematian akibat kanker yakni sebesar 18,4 persen dari total kematian karena kanker. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, sepanjang tahun 2018 ini terdapat 2,1 juta kasus kanker paru baru dan 1,8 juta kematian karena kanker paru. Dengan kata lain, satu dari lima kematian pada kanker terjadi akibat kanker paru. Hal ini tidak lepas dari tingkat kesembuhannya yang hanya sekitar 16-18 persen saja.

Di Indonesia, angka itu tak jauh berbeda. Data dari Indonesian Cancer Information & Support Center (CISC) menunjukkan kanker paru merupakan kanker pembunuh nomor satu dengan total 14 persen dari kematian karena kanker. Angka kematian karena kanker paru di Indonesia bahkan mencapai 88 persen.

Kanker paru masuk dalam golongan kanker paling mematikan lantaran sebagian besar terdiagnosis pada stadium lanjut. Angka harapan hidup pada penderita kanker paru lebih rendah dibanding kanker lain yakni hanya 12 persen. Oleh karena itu deteksi dan diagnosis dini penting bagi penderita kanker paru. Kanker paru memiliki jenis mutasi yang berbeda-beda. Setiap jenis memerlukan penanganan yang berbeda pula.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.6332 seconds (0.1#10.140)