Pengusaha Wisata Sebut Imbas Corona Lebih Parah Dibanding Krisis Moneter 1997

Senin, 23 Maret 2020 - 20:05 WIB
Pengusaha Wisata Sebut Imbas Corona Lebih Parah Dibanding Krisis Moneter 1997
Objek wisata The Great Asia Afrika di Lembang KBB ditutup sementara dari kunjungan wisatawan sebagai antisipasi penyebaran virus Corona. Pengusaha wisata Perry Tristianto. Foto-foto/SINDOnews/Adi Haryanto
A A A
BANDUNG BARAT - Imbas wabah virus Corona atau Covid-19 sangat memukul semua sektor ekonomi dan sendi-sendi kehidupan di masyarakat.

Dunia pariwisata pun terkena imbas cukup parah. Setelah pemerintah menetapkan status darurat virus Corona, banyak objek wisata yang tutup.

Termasuksejumlah objek wisata di kawasan yang menjadi surga wisata, yakni Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Sejumlah destinasi wisata papan atas dan menjadi tujuan para wisatawan nusantara maupun mancanegara, tak kuasa melawan keadaan.

Pihak pengelola terpaksa tutup, karena selain demi keamanan dari ancaman virus Corona, kalaupun tetap buka pengunjung tidak ada yang datang.

Sadar dengan ancaman penyebaran Virus Corona yang semakin masif dan dikhawatirkan merambah ke KBB, Bupati Bandung Barat, Aa Umbara Sutisna langsung mengeluarkan surat edaran penutupan tempat wisata.

Surat tertanggal 18 Maret 2020, dengan nomor 556/707-Disparbud tentang Peningkatan Kewaspadaan terhadap Penyebaran Covid-19 di Sektor Pariwisata, ditujukan kepada para pengelola wisata khususnya yang ada di Lembang.

"Saya intruksikan semua objek wisata di KBB untuk tutup selama 14 hari. Ini dilakukan agar terhindar dari penyebaran Virus Corona yang terus bermunculan di berbagai daerah," kata Aa Umbara Sutisna akhir pekan lalu.

Sontak saja hal ini langsung direspons oleh para pengelola wisata di Lembang, KBB, seperti Perry Tristianto, pemilik objek wisata The Great Asia Africa.

Bahkan pria yang dikenal piawai dalam membuat dan merancang tempat-tempat wisata yang kerap menjadi trendsetter ini, langsung menutup empat objek wisata sekaligus, yakni The Great Asia Africa, Farmhouse, Floating Market, dan De Ranch di Lembang.

"Mau gimana lagi, kita tidak bisa melawan keadaan. Ancaman Covid-19 ini nyata, meskipun tidak tampak. Makanya sebelum ada imbauan dari pemerintah untuk tutup, kami sudah inisiatif mau menutup kunjungan wisatawan untuk sementara," kata Perry, Senin (23/3/2020).

Pengusaha Wisata Sebut Imbas Corona Lebih Parah Dibanding Krisis Moneter 1997


Perry yang juga dikenal sebagai Raja Factory Outlet (FO) ini mengaku, sejak memulai usaha dari sekitar tahun 90'an baru kali ini usahanya dipaksa tutup oleh keadaan.

Alhasil sebanyak 800-900 karyawannya yang mengais rezeki di empat usahanya tersebut harus diliburkan. Jelas hal ini menjadi pukulan telak bagi ladang bisnisnya.

Terlebih saat ini The Great Asia Afrika adalah objek wisata yang sedang happening dan banyak dikunjungi wisatawan setiap harinya.

Dia tidak menduga dampak dari virus Corona semula muncul di Kota Wuhan, China, bisa sedahsyat ini. Bahkan kondisi saat ini begitu di luar perkiraan.

Sebab manakala virus Corona muncul pada akhir 2019, hanya berselang empat bulan, virus ini sudah menjangkiti hampir lebih dari 150 negara di dunia.

Itulah mengapa tempat-tempat yang menjadikan wisata sebagai daya tarik utaman, seperti Bali, Lombok, termasuk Lembang terkena dampaknya.

"Ini sesuatu yang dahsyat dan tidak bisa diprediksi. Karena, sepanjang karir saya sebagai pengusaha, baru kali ini usaha saya harus tutup. Bahkan dibandingkan dengan krisis moneter (krismon) 1997-1998, dampak Virus Corona kali ini adalah yang paling parah," ujar Perry.

Dia menuturkan, saat terjadi krismon pada 1997-1998, meskipun dolar naik gila-gilaan, tapi pengusaha masih bisa mencari alternatif lain.

Misalkan, ketika satu usahanya bangkrut, dia bisa mencari inovasi lain dan membuka usaha baru untuk sekadar bisa bertahan. Namun berbeda dengan wabah virus Corona.

Siapapun atau pengusaha manapun, tidak berani berspekulasi atau mencari alternatif usaha lain. "Ya konsumennya ga ada. Orang diem di rumah karena takut, jadi mau bagaimana. Semua hanya bisa pasrah pada keadaan. Semoga pemerintah bisa mengupayakan yang terbaik agar kondisi kembali normal," tutur dia.

Sementara itu, data kunjungan wisatawan sepanjang 2019 di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan KBB menunjukkan tingkat kunjung ke Lembang dan sekitarnya sangat dominan.

Tercatat dari 20 objek wisata alam, hotel dan restoran, di wilayah Lembang, Parongpong, dan Cisarua, wisatawan yang datang total ada 5.269.908 orang.

Namun akibat bencana non alam wabah virus Corona ini, diprediksi jumlah wisatawan ke Lembang akan turun drastis sangat signifikan.

"Pasti dampaknya ada, jumlah wisatawan kemungkinan berkurang. Jika sepanjang tahun lalu dari total 80 objek wisata, seperti wisata alam, hotel, restoran, museum, kebun bunga, cafe, dll, di seluruh KBB wisatawan yang datang mencapai 6.531.026. Maka tahun ini bisa saja terkoreksi, walaupun kami berharap angka kunjungan bisa tetap naik," kata Kabid Pariwisata, Disparbud KBB, David Oot kepada SINDOnews.

Data Kunjungan Wisatawan ke Lembang, Parongpong, dan Cisarua Tahun 2019:

* Curug Pelangi: 58.665
* Dusun Bambu: 544.612
* Terminal Wisata Grafika Cikole: 473.297
* Grafika Resort: 8.650
* Cikole Jaya Giri Resort: 145.369
* Maribaya Natural Hot Spring Resort: 98.770
* The Lodge Maribaya Hotel: 77.937
* The Lodge Maribaya Restoran: 43.248
* The Lodge Maribaya Wisata: 422.356
* Farmhouse: 816.655
* Orchid Forest: 738.784
* Kebun Bunga Begonia Glory: 140.100
* De Ranch: 192.188
* Floating Market: 1.057.626
* The Great Asia Afrika: 10.085
* D'dieuland: 76.359
* Kampung Daun: 155.475
* Lembang Park Zoo: 6.770
* Fairy Garden: 179.137
* Ciwangun Indah Camp: 23.825

Total wisatawan: 5.269.908
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.6763 seconds (0.1#10.140)