Kenali Kanker Kolorektoral, Penyakit Mematikan Tanpa Gejala Jelas

Kamis, 30 Januari 2020 - 20:23 WIB
Kenali Kanker Kolorektoral, Penyakit Mematikan Tanpa Gejala Jelas
Dr Zee Yin Kiat menjelaskan soal kanker kolorektal dalam Diskusi Media Tangani Kanker Kolorektoral Sejak Dini di CGV 23 Paskal, Jalan Pasir Kaliki, Kota Bandung, Kamis (30/1/2020). Foto/SINDOnews/Agung Bakti Sarasa
A A A
BANDUNG - Kanker merupakan salah satu penyakit yang ditakuti banyak orang. Selain harus menjalani berbagai treatment yang menyita waktu, tenaga, hingga biaya, penderita kanker akan sulit disembuhkan saat memasuki stadium akhir hingga berujung kematian.

Bahkan, berdasarkan hasil survei global terhadap tren kesehatan yang dilaksanakan selama satu dekade, penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel secara tidak terkendali yang memiliki kemampuan untuk menyusup dan merusak sel-sel sehat di dalam tubuh itu telah menjadi penyebab nomor satu kematian di negara-negara maju, menggeser penyakit jantung.

Namun, dari sekian banyak jenis penyakit kanker, tidak banyak orang yang mengenal kanker kolorektal. Gejalanya yang tersamar dengan penyakit lain yang lebih umum, diduga menjadi penyebab utama mengapa kanker kolorektal tak banyak diketahui. Ironisnya, hasil survei Globocan 2018 menyebutkan, kanker kolorektal kini menjadi kanker nomor dua paling banyak diidap oleh pria setelah kanker paru di Indonesia.

"Untuk orang awam, kanker kolorektoral masih asing, tidak banyak diketahui karena gejalanya memang samar," ungkap Dr Zee Yin Kiat, Senior Consultant Medical Oncology Parkway Cancer Centre (PCC) Singapura dalam Diskusi Media "Tangani Kanker Kolorektoral Sejak Dini" di CGV 23 Paskal, Jalan Pasir Kaliki, Kota Bandung, Kamis (30/1/2020).

Dr Zee yang berbicara lewat video call itu menerangkan, kanker kolorektal adalah jenis kanker yang tumbuh pada usus besar (kolon) atau pada bagian paling bawah dari usus besar yang terhubung ke anus (rektum). Kanker ini juga dikenal dengan sebutan kanker kolon atau kanker rektum, tergantung pada lokasi tumbuhnya kanker. "Gejala kanker kolorektal seringkali dirasakan oleh pasien ketika kanker sudah berkembang jauh," katanya.

Menurut dia, kebanyakan kanker kolorektal bermula dari polip usus atau jaringan yang tumbuh di dinding dalam kolon atau rektum. Namun, tidak semua polip akan berkembang menjadi kanker kolorektal. Kemungkinan polip berubah menjadi kanker juga tergantung kepada jenis polip itu sendiri. "Namun faktanya, sebagian besar kanker kolorektal memang berkembang dari polip," katanya.

Pada tahap awal perkembangannya, lanjut Dr Zee, kanker kolorektal mungkin tidak menyebabkan gejala apapun. Ketika kanker dalam usus ini tumbuh atau menyebar, gejala-gejala yang dirasakan lebih bervariasi sesuai dengan ukuran dan lokasi kanker.

Namun begitu, gejala umum kanker kolektoral ditandai munculnya darah dalam tinja, kebiasaan buang air besar yang berubah-ubah, rasa sakit yang terus-menerus di perut, kembung atau kram, perasaan buang air besar tidak dikosongkan sepenuhnya, dan tiba-tiba penurunan berat badan yang drastis. "Kanker kolorektal sulit dideteksi pada tahap dini karena gejalanya yang tak banyak dirasakan," imbuhnya.

Meski begitu, lanjut Dr Zee, kanker mematikan tersebut bukan tidak mungkin dapat disembuhkan. Bahkan, Dr Zee menyebutkan, tingkat kesembuhan pasien dapat mencapai angka 80 persen saat didiagnosa menderita kanker kolorektoral stadium awal atau ketika sel kanker masih berada di dinding usus. Oleh karenanya, saat merasakan gejala-gejalanya, diagnosa harus dilakukan segera demi mendapatkan penanganan yang tepat.

"Kanker kolorektal sebenarnya dapat didiagnosa melalui skrining, salah satunya dengan pemeriksaan tinja ataupun kolonoskopi," ujarnya.

Kolonoskopi melibatkan penggunaan tabung tipis dan fleksibel yang dikenal dengan nama kolonoskop. Alat itu dimasukkan melalui dubur sehingga memungkinkan dokter untuk memeriksa lapisan dalam usus besar.

"Kolonoskopi membutuhkan waktu sekitar 15 menit dan polip jinak dapat dihilangkan selama proses berjalan," katanya.

Disinggung penanganan lanjutan terhadap penderita kanker kolorektoral, Dr Zee menjelaskan, saat pasien didiagnosa menderita kanker kolorektoral stadium awal hingga stadium tiga, dapat ditangani melalui kemoterapi atau pemberian obat agar sel kanker tidak menyebar.

"Namun, jika sudah masuk stadium empat atau akhir, penanganan dilakukan lewat kombinasi kemoterapi dan obat-obatan hingga tindakan operasi," jelasnya.

Dr Zee juga memaparkan, pada stadium dua atau saat sel kanker sudah menembus dinding usus, tingkat kesembuhan mencapai 60 hingga 80 persen dan pada stadium tiga atau sel kanker sudah menembus getah benih antara 30 hingga 60 persen.

Beda halnya jika pasien sudah masuk pada stadium akhir dimana sel kanker sudah menyebar pada organ lainnya, tingkat kesembuhannya diperkirakan hanya 10 persen.

"Pada stadium akhir, dari 100 orang, 10 orang bisa bertahan sampai 5 tahun," sebut Dr Zee seraya mengakui bahwa penanganan pasien stadium akhir hanya untuk memperpanjang masa hidup.

Dalam kesempatan itu, Dr Zee juga menerangkan sejumlah faktor pemicu kanker kolorektal, di antaranya kurang berolahraga, obesitas, hingga terlalu banyak konsumsi daging merah. Bahkan, tambah dia, diet protein dan diet yang sangat kurang fiber juga menjadi pemicu kanker kolorektal lainnya.

Dr Zee menambahkan, kanker kolorektoral sangat penting untuk diketahui. Selain itu, kanker kolorektoral juga bisa dicegah dan skrining dapat memberikan gambaran awal terjangkit atau tidak. Meskipun sudah didiagnosa terjangkit, namun Dr Zee meminta pasien tidak khawatir karena ada treatment yang bisa dijalankan.

"Walaupun ternyata ada pasien yang tidak bisa sembuh total, tapi ada obat obatan untuk menekan gejala yang dirasakan dan memperpanjang masa hidup. Dan ingat, kalau sudah ada yang dirasakan segera hubungi dokter," pungkasnya.

Masih di kesempatan yang sama, Manager Can Hope Indonesia Rismayanti mengatakan, sebagai organisasi nirlaba yang dibentuk PCC, Can Hope Indonesia siap memberikan layanan informasi hingga pendampingan bagi para penderita kanker di Indonesia.

Can Hope Indonesia yang tersebar di sejumlah kota besar di Indonesia, di antaranya Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Sekarang ini, lanjut Rismayanti, juga siap memberikan layanan emotional support hingga membantu pasien kanker yang ingin berobat di Singapura.

"Termasuk jika ada yang perlu bantuan dengan Dr Zee, kita kasih penjelasan, termasuk membuat janji untuk bertemu," katanya.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.4752 seconds (0.1#10.140)