Ibu 60 Tahun Hidup di Rumah Pohon

Selasa, 14 April 2015 - 19:12 WIB
Ibu 60 Tahun Hidup di Rumah Pohon
Ibu 60 Tahun Hidup di Rumah Pohon
A A A
MAROS - Lantaran sering berselisih dengan menantu, seorang ibu di Maros, Sulawesi Selatan, terpaksa meninggalkan rumahnya. Bersama seorang anaknya, dia pun memilih hidup di atas sebuah pohon.

Ibu yang tinggal di rumah pohon tersebut adalah Daeng Norma (60). Bersama anaknya yang masih remaja, Kasmusir, dia hidup di atas sebuah pohon trembesi setinggi tujuh meter yang terletak di tengah sawah di Desa Baji Mangngai, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

Daeng Norma dan anaknya pun bertahan hidup di rumah berukuran 4x4 meter yang dibangun di atas pohon itu. Kala hujan turun, mereka sering kedinginan dan kebasahan. Sebab, atap rumahnya dari seng bekas yang sudah bocor. Ditambah lagi dinding rumah juga dari kayu bekas pembuangan pabrik furnitur yang mulai lapuk. Namun, keduanya betah tinggal di rumah pohon ini hingga lima tahun.

Daeng Norma bukan tidak ingin hidup di rumah yang layak untuk ditinggali. Tapi, sejak suaminya meninggal tahun 1998, sang suami mewariskan rumah ke anak pertamanya.

Akibatnya, kehidupan ibu dari tiga anak ini mulai terusik. Terlebih setelah anaknya berkeluarga. Sang menantu enggan hidup satu atap dengannya, sehingga Daeng Norma dan anak bungsunya lebih memilih memisahkan diri, lalu hidup di rumah pohon.

Untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari, perempuan tersebut bekerja serabutan, seperti menjajakan telur asin, menjadi buruh tani, hingga menjadi pekerja rumah tangga.

Hal serupa juga dilakukan Kasmusir. Sembari melanjutkan pendidikannya di salah satu sekolah menengah kejuruan pelayaran swasta di Kota Maros, tak jarang dia membantu ibunya.

Saat menceritakan kisah hidupnya setelah ditinggal suami, Daeng Norma meneteskan air mata. Menurut Daeng Norma, demi menyambung hidup ia pernah merantau menjadi pembantu rumah tangga. Namun, penghasilan yang ia dapat tidaklah jauh beda dengan di kampung halamannya. Ia pun memutuskan kembali ke kampung halaman.

Kini, Daeng Norma bersama anak bungsunya membantu memanen padi milik orang lain. Dari pekerjaannya itu, Daeng Norma mendapat jatah satu dari tujuh ember gabah yang dipanen. Dengan adanya jatah itu, dia tidak tergantung pada pembagian beras miskin.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 5.2018 seconds (0.1#10.140)