Fenomena Putra-putri Sulut Jadi Tentara AS

Senin, 23 Maret 2015 - 16:38 WIB
Fenomena Putra-putri Sulut Jadi Tentara AS
Fenomena Putra-putri Sulut Jadi Tentara AS
A A A
MANADO - Tren banyaknya anak bangsa yang lebih memilih menjadi tentara di Amerika Serikat (AS), ketimbang jadi tentara di Indonesia memunculkan tanggapan beragam.

Dalam lingkungan keluarga putra-putri Sulut hal itu jadi kebanggaan tersendiri, namun di dalam negeri banyak menuai kritik.

Khusus Sulut, pemberitaan terkini mengenai Kristania Besouw yang masuk US Army, seperti membuka fakta-fakta baru yang belum diketahui publik Sulut.

Apa itu? fakta yang mencuat adalah menjamurnya putra-putri Sulut yang ingin jadi tentara AS, seperti Besouw.

Selain dia, ternyata saat ini ada nama Marcello Lintuuran (rekan seangkatan Besouw di US Army).

Lintuuran merupakan anak ketiga dari keluarga Lintuuran-Pojoh. Lintuuran, yang disapa Cello, besar di Kota Tomohon.

Selain Besouw dan Cello, ada satu nama lagi yakni Rex Manembu. Dia saat ini tercatat sebagai siswa di Naval Postgraduate School.

Wartawan Sindonews.com berhasil mewawancarai Meylani Lintuuran, yang merupakan kakak kandung Cello. Meylani mengaku, 2015 ini memang ada dua putra Sulut (Besouw dan Cello) yang jadi tentara AS. “Kalau tahun sebelumnya tidak tahu siapa-siapa,” ujar Meylani.

Sementara, pengakuan menarik juga meluncur dari Kristania Besouw. Mantan Miss Indonesia itu.

Dia menjelaskan, ada lebih dari sepuluh warga Sulut yang sudah menjadi warga AS, tercatat sebagai tentara di sana.

“Walau sudah menjadi tentara Amerika, namun masih merasa orang Manado. Karena saya dibesarkan di Manado,” ujar Besouw.

Menurut dia, banyak kritikan yang datang dari masyarakat Indonesia, namun apapun hujatan yang dilayangkan di media tidak menutup semangatnya untuk bekerja.

“Saya tetap orang Indonesia walau sudah tidak lagi sebagai Warga Negara Indonesia dan saya kangen Manado,” ujarnya.

Sementara itu, kritik dari tokoh publik di Sulut mengemuka. Ketua DPRD Sulut Steven Kandouw mengatakan, men­jadi tentara Amerika Serikat sangat memalukan. “Dengan dijanjikan gaji yang tinggi serta embel-embel lainnya,” tegas Kandouw.

Menurut Kandouw, rasa nasionalisme kian terkikis. “Saya asli Tondano, tapi sangat tidak menyukai sikap yang mereka lakukan yakni menjadi tentara Amerika. Sudah jelas mereka bukan lagi sebagai warga negara Indonesia,” bebernya.

Pengamat Pemerintahan Amato Asagaf memberi tanggapan bijak. Menurut dia, dengan adanya kejadian-kejadian seperti ini sudah pasti harus mencari tahu apa motifnya.

Misalkan, dengan tidak mau­nya masuk di TNI atau polisi karena diduga harus mengeluarkan uang yang banyak agar bisa lulus tes dan lain sebagainya.

“Indonesia harus berbenah untuk merekrut putra-putri bangsa sebagai pembela negara Indonesia. Misalkan mengubah sistem tahapan tes penerimaan pembela negara itu jauh dari uang,” pungkasnya
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5099 seconds (0.1#10.140)