Volume Air Bengawan Solo Meningkat, Enam Desa Terancam Banjir

Rabu, 17 Desember 2014 - 20:15 WIB
Volume Air Bengawan Solo Meningkat, Enam Desa Terancam Banjir
Volume Air Bengawan Solo Meningkat, Enam Desa Terancam Banjir
A A A
KARANGANYAR - Enam desa di wilayah Karanganyar terancam bahaya banjir jika Sungai Bengawan Solo meluap. Sungai terpanjang di Pulau Jawa itu kondisinya mulai menunjukkan tanda-tanda akan meluap.

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karanganyar Aji Pratama Heru Kristianto mengatakan, saat ini volume air Sungai Bengawan Solo yang melintas di Karanganyar terus menunjukkan peningkatan.

Jika hujan deras mengguyur wilayah bagian hulu di Wonogiri, volume air dipastikan bakal naik signifikan. Jika meluap, maka daerah-daerah yang ada di bantaran sungai dipastikan bakal terkena dampaknya.

Enam desa yang rawan bencana luapan Bengawan Solo adalah Desa Sroyo dan Ngringo di Kecamatan Jaten, Desa Kemiri dan Waru di Kecamatan Kebakkramat, serta Desa Kragan dan Karangturi di Kecamatan Gondangrejo.

Selama ini, warga bantaran terbiasa dengan banjir. "Bahkan, rumah-rumahnya didesain bisa menampung barang-barang di atap yang disiapkan khusus," kata Heru, Rabu (17/12/2014).

Namun, warga diminta tetap waspada karena karena hal itu menyangkut keselamatan jiwa. Pihaknya juga bersiap menaikkan level siaga darurat banjir Sungai Bengawan Solo dari waspada ke awas.

Logistik dan personel kebencanaan siap meluncur ke enam desa yang rawan terendam banjir. Guna mempercepat koordinasi di wilayah, BPBD mendirikan posko siaga banjir di Kantor Desa Waru. Salah satu fungsinya mengelola logistik berikut pemetaan personel.

Di markas BPBD juga telah disiapkan sembilan perahu karet. BPBD juga memiliki logistik kebencanaan yang mampu menyuplai kebutuhan hingga 500 orang. Jika ketersediaan logistik belum cukup, bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) siap didistribusikan.

Sementara itu, Tumirah (32), warga Dusun Jurug RT 08 RW I Desa Ngringo mengatakan, terdapat dua rumah di wilayahnya yang selalu menjadi langganan banjir. Lantaran kondisi ekonomi pemilik dua rumah kurang mampu, mereka enggan pindah.

"Jika hujan lama dan air Bengawan tinggi, mereka langsung mengemasi barang dan dititipkan di tetangga dekat rumahnya," kata Tumirah.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7691 seconds (0.1#10.140)