Penyaluran Raskin di Bantul Tidak Tepat Sasaran, BPK Turun Tangan

Kamis, 04 Desember 2014 - 16:39 WIB
Penyaluran Raskin di Bantul Tidak Tepat Sasaran, BPK Turun Tangan
Penyaluran Raskin di Bantul Tidak Tepat Sasaran, BPK Turun Tangan
A A A
BANTUL - Dinas Sosial Kabupaten Bantul belum mengetahui apakah beras miskin (raskin) yang disalurkan sudah tepat sasaran atau tidak. Karena itu, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melakukan pemeriksaan terhadap pelaksanaan penyaluran raskin di Kabupaten Bantul.

Kepala Dinas Sosial Kabupaten Bantul Mahmudi mengakui saat ini BPK sedang melakukan pemeriksaan pelaksanaan penyaluran raskin di Kabupaten Bantul. Namun, Mahmudi mengklaim BPK juga melakukan hal yang sama di Kabupaten Sleman.

"Dua kabupaten ini memang dijadikan sampel pelaksanaan raskin," ujar Mahmudi, Kamis (4/12/2014).

Dari pemeriksaan tersebut, nantinya diketahui apakah program raskin di Kabupaten ini sudah tepat atau belum. Namun, Mahmudi mengakui di lapangan praktik pembagian raskin bermacam-macam bentuknya. Ada yang dibagi rata dan ada yang sesuai dengan yang diarahkan oleh pemerintah.

Mahmudi juga tidak menampik ada sebagian masyarakat menjual raskin yang mereka terima. Ia mengaku sering menemukan raskin masih dalam karung dijual di pasar-pasar tradisional. Namun, ia mengaku kesulitan untuk mencegahnya.

"Tetapi kita bisa memaklumi. Karena kadang praktik-praktik tidak sesuai dengan anjuran pemerintah karena itu kearifan lokal," terangnya.

Selain memeriksa di tingkat Kabupaten, BPK juga memeriksa sampai ke tingkat desa. Sudah sepekan ini BPK melakukan pemeriksaan di Desa Banguntapan. Mereka kemungkinan besar juga akan memeriksa sampai ke tingkat bawah.

Lurah Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo Bahrun Wardoyo mengakui masih adanya salah sasaran dalam pemberian raskin di desanya. Contohnya, dirinya masih saja masuk daftar penerima raskin meski akhirnya raskin tersebut tidak ia ambil dan diberikan ke yang berhak.

Selain tidak tepat sasaran, ia juga tidak menampik masih ada masyarakat yang menjual raskin. Alasannya karena memang terkadang beras yang dari Bulog rasanya sudah tidak enak dan mereka enggan mengonsumsinya.

"Tapi itu sudah praktik lama. Kalau yang saya masih tercantum itu karena data yang digunakan data lama," ujarnya.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.5964 seconds (0.1#10.140)