Museum Armada Rekam Jejak Maritim di Timur Indonesia

Kamis, 30 Oktober 2014 - 07:47 WIB
Museum Armada Rekam Jejak Maritim di Timur Indonesia
Museum Armada Rekam Jejak Maritim di Timur Indonesia
A A A
TAK semua orang tahu kapan Komando Armada RI Kawasan Timur mulai ada. Dan tak semua tahu seperti apa perjalanan salah satu Komando Utama (Kotama) di bawah kendali TNI AL ini. Paling banter yang tahu sebatas anggota TNI AL. Itu pun prajurit matra laut yang berdinas di Koarmatim.

Namun, nukilan sejarah berdirinya komando penjaga maritim untuk wilayah Timur Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) itu, kini bisa dengan mudah diketahui. Bagi anda yang ingin mengetahui lebih jauh tentang sejarah Koarmatim, bisa langsung mendatangi Museum Armada.

Di museum ini, anda dapat melihat benda-benda lawas yang menjadi saksi bisu keberadaan Koarmatim. Museum yang dinamakan Fleet House ini, berada di areal Koarmatim, diresmikan oleh Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Marsetio, Rabu 29 Oktober 2014.

Menilik bentuknya, museum ini tak ubahnya kapal besar. Jendela berbentuk bulat dengan kaca, dan jeruji besi menguatkan kesan kapal. Dalam museum, anda bisa dijumpai koleksi benda-benda bersejarah.

Tak ketinggalan, foto-foto yang menceritakan tentang keberadaan Armatim. Gambaran heroik perjuangan sejak zaman pra kemerdekaan, hingga masa kini, juga bisa dinikmati. Museum ini merupakan satu-satunya di Indonesia, dengan mengandung slogan historia magistra vitae atau sejarah adalah guru kehidupan.

Pencatat sejarah armada perang RI menjadi tanggungan melekat pihak Museum Armada. Lebih dari itu, museum yang berada tak jauh dari monumen sekaligus Museum Jalesveva Jayamahe ini, juga menjadi wahana edukasi sekaligus rekreasi bagi masyarakat yang ingin tahu profil Koarmatim dan TNI AL.

Bagi prajurit TNI AL, museum ini diharapkan mendukung upaya memperluas cakrawala pengetahuan. Lebih dari itu, juga untuk mewariskan nilai-nilai historis perjuangan TNI AL.

Mabes TNI AL berharap generasi muda memanfaatkan museum ini agar menjadi generasi penerus bangsa dengan visi bahari. Terlebih pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla sekarang mengedepankan pembangunan sekaligus penguatan sektor bahari.

Keberadaan museum juga terlecut pesan Presiden pertama RI Bung Karno yang minta Indonesia kembali menjadi bangsa pelaut. Pesan itu, disampaikan Bung Karno lewat pidato saat peresmian Institut Angkatan Laut, tahun 1953.

"Usahakanlah agar kita menjadi bangsa pelaut kembali. Ya, bangsa pelaut dalam arti seluas-luasnya. Bukan sekadar menjadi jongos-jongos di kapal, bukan! Tetapi bangsa pelaut dalam arti kata cakrawati samudera," kata Bung Karno, dalam pidatonya.

Bangsa pelaut yang dimaksud Bung Karno adalah bangsa pelaut yang mempunyai armada niaga, armada militer, dan yang kesibukannya di laut menandingi irama gelombang lautan.

Semangat Bung Karno ini bakal dikumandangkan kembali oleh TNI AL. Terutama seiring pemerintahan Joko Widodo yang akan membangkitkan kembali kejayaan sektor bahari, sektor kemaritiman.

"Ini (Fleet House) menjadi kebutuhan akan sarana sejarah yang bisa divisualisasikan, mudah dipahami keluarga TNI AL, dan masyarakat umum," ujar Pangarmatim Laksamana Muda TNI Sri Mohamad Darojatim, Rabu (29/10/2014).

Sejarah yang ditampilkan, sambung Darojatim, diharapkan mampu memperkuat visi yang lebih besar, lebih jauh menuju TNI AL sebagai world class navy. "Untuk itu, kami berpikir untuk melengkapi visi itu, maka dibangunlah museum ini," sambung mantan Panglima Kolinlamil ini.

Pangarmatim juga berharap, museum menjadi bagian integral mewujudkan TNI AL world class navy. "Pembangunan ini sudah sepersetujuan KSAL. Ini persembahan Mako Armatim pada KSAL. Kami bangga pada KSAL yang mampu mewujudkan TNI AL disegani dunia," tegasnya.

Pembangunan Fleet House yang di dalamnya merupakan museum adalah hasil swadaya tanpa proposal. Bantuan datang berdasar penyampaian gagasan secara lisan. Ada bantuan tenaga tukang 35 orang, tiga truk semen, dan lainnya. "Beberapa mitra ikut sumbangsih. Semua sumbangan tercatat dan bisa diaudit," ungkapnya.

Senada, KSAL Laksamana Marsetio mengapresiasi pembangunan museum. "Secara bertahap nanti kita akan punya tempat yang bisa dikunjungi tamu VIP. Jadi bukan hanya tempat pembuatan kapal," harap Marsetio.

Pejabat asli Surabaya ini menegaskan, bahwa Fleet House harusnya diresmikan sebelum HUT TNI ke-69 pada 5 Oktober 2014. Karena kesibukan, maka peresmian itu diundur.

"Dari sini kita bisa tunjukan bangsa besar yang mampu menghargai pahlawannya. Saya pernah berkunjung di Istambul dan sejumlah negara, di sana ada naval base yang memiliki semacam ini (Fleet House). Ini bisa dikembangkan lagi. Ini yang saya ambil idenya, kedepan dikembangkan," pintanya.

Marsetio mengusulkan, bagian kapal yang pernah dimiliki TNI AL dan sudah purna tugas, ditelusuri, bisa menjadi bagian koleksi. Misalkan lonceng dan lainnya. "Masih banyak potensi yang bisa dikembangkan," pungkas Marsetio.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1551 seconds (0.1#10.140)