Dari Berdagang Asongan Hingga Jadi Miliarder
A
A
A
BANDUNG -
Dari berdagang asongan hingga jadi miliarder, Nana Mulyana mampu merubah hidupnya. Kini dia memembentangkan sayap bisnis perusahaannya dengan menjadi produsen baja ringan yang memberdayakan 400 karyawan.Dari Dagang Asongan Hingga Jadi Miliarder
"Ketika itu saya baru saja menikah, tahun 1995. Berbekal uang Rp10.000, saya dan keluarga hijrah dari Majalengka ke Bandung, naik kendaraan umum sambil menenteng sebuah koper. Dengan bekal itu, saya hidup menumpang di rumah saudara saya. Ini masa-masa keterpurukan dalam hidup saya. Saya hampir-hampir tidak punya uang untuk makan," kata Nana Mulyana, Direktur Utama PT Nuansa Alluminium Senin (25/8).
Demikian kutipan dalam buku bergenre motivasi 8 Mukjizat Rejeki yang ditulis Nana Mulyana.
”Saya tidak menyesali kalau saya terlahir dari keluarga tak mampu. Saya tidak malu meski saya harus putus sekolah karena tidak punya biaya. Saya tidak mengeluh meski saya harus berjualan asongan atau menjadi supir tembak. Sebab, justru karena proses itulah saya akhirnya bisa mendapatkan mukjizat rezeki. Percayalah bahwa Tuhan tidak pernah pilih kasih,” tulis pria kelahiran Majalengka, 14 Juni 1972 ini dalam buku terbit Juli 2014 itu.
Buku yang menginspirasi tersebut mengungkap rahasia cara meraih rejeki yang luar biasa. Berangkat dari kisah nyata seorang pedagang asongan yang melejit menjadi miliader di usia muda.
Bukunya penuh hikmah yang bisa dipetik bagi siapa saja yang ingin meraih rejeki yang bukan hanya ajaib namun menjadi sebuah mukjizat dalam hidup. Tips-tipsnya juga mudah diaplikasikan dan dapat dirasakan hasilnya secara cepat.
”Selama ini saya pasti menyempatkan diri untuk memberi training, berbagi kisah tentang perjalanan bisnis yang saya lakukan selama ini. Saya berharap banyak yang bisa mengambil hikmah dan semangat dari naik turunnya hidup saya,” ucap suami dari Nia Kurniawati ini kepada Sindonews.com Senin (28/8).
Begitu semangatnya ia mengisi pelatihan ke sana kemari, beberapa koleganya menyarankan agar Nana membuat buku saja, tentang perjalanan hidup dan bisnisnya.
Nana Mulyana adalah seorang pengusaha tangguh yang berasal dari keluarga buruh tani dan pedagang kaki lima. Ia membangun usahanya dari nol, sempat menjadi pedagang asongan, kernet angkutan desa, tukang es keliling, pencari rumput untuk pakan ternak, tukang makloon, sales, dengan beberapa kali gulung tikar dalam usaha.
Menjadi karyawan perusahaan lampu pijar Philips pun sempat ia lakoni. Memiliki gaji dan insentif cukup pada masa itu, dan bisa membeli rumah sendiri. Pekerjaan ini membuat Nana mendapatkan pengalaman baru mengenai bagaimana mengelola perusahaan yang lebih profesional, membuat sistem bisnis yang kuat, serta mengatur karyawan.
Namun, Nana tidak lama bekerja di perusahaan itu. Dia kembali memilih untuk usaha sendiri dengan membuka toko elektronik pada akhir 1997. “Meskipun ada perasaan khawatir, saya lebih memilih keluar dan menciptakan usaha yang baru,” ujarnya.
Nana butuh waktu untuk berproses agar kali ini bisnisnya tidak akan jatuh pada keterpurukan seperti bisnis sebelumnya.
Lantas Nana pun mencoba datang ke Jakarta dan belajar bersama pamannya, yang sudah lebih dulu berkecimpung pada bisnis tersebut, untuk mempelajari cara memproduksi perkakas dan peralatan rumah berbahan aluminium.
Dengan modal Rp7 juta dari hasil penjualan mobilnya pada 1997, Nana mencoba membidik usaha perajin aluminium dengan nama CV Nuansa Aluminium waktu itu.
"Jika diperhatikan hampir semua rumah terdapat aluminium. Baik sebagai bahan baku utama rumah, alat dapur, hingga aksesori rumah tangga lainnya,” ujar Nana.
Saat memulai usahanya, Nana hanya merekrut seorang karyawan yang ahli dalam bidang pembuatan berbagai perlengkapan rumah dari bahan aluminium.
Waktu itu, dia hanya mengandalkan pemasaran melalui toko, tetapi setelah dikaji pemasaran seperti itu kurang efektif. Nana memutar otak untuk mencari celah agar bisnisnya laku.
Muncul ide untuk memanfaatkan iklan di koran, meskipun awalnya mencantumkan nomor telepon warung telepon (wartel), dan nomor telepon rumah kontrakannya untuk pemesanan barang.
Strategi itu, berhasil menggaet sejumlah pemesan sampai bisnisnya berkembang dan dapat memasang jaringan telepon sendiri.
Pada 2000, Nana berusaha merintis jaringan penjualan hingga ke pelosok daerah di Jawa Barat dan berhasil membuka delapan kantor cabang antara lain di Cirebon, Banjar, dan Tasikmalaya.
Kini, dirinya sudah memembentangkan sayap bisnis perusahaannya dengan menjadi produsen baja ringan untuk material bangunan yang memberdayakan 400 karyawan.
Berkat pengalaman dan kegigihannya, ia berhasil membangun beberapa perusahaan dengan omset miliaran rupiah per bulannya, dengan aset mencapai puluhan miliar.
PT Nuansa Aluminium yang kini berlokasi di Jalan Percobaan, Desa Cikalang, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung makin berkembang. Jadi, nyaris dengan modal dengkul ia memulai usahanya di bidang aluminium di berbagai cabang perusahaannya di wilayah jawa Barat.
Dengan kegigihan dan kreativitasnya membuat pria yang sempat tidak lulus SMA ini selalu meraih mimpinya.
Saat ini Nana tidak hanya punya satu perusahaan, akan tetapi memegang berbagai perusahaan lainnya dan sering diminta untuk menjadi pembicara pada pelatihan, seminar maupun workshop bisnis.
Membagi ilmu tentang bisnis adalah passion terbesar yang tak pernah membuatnya lelah. Gregetnya untuk mengembangkan ekonomi mikro di tengah masyarakat membuat dirinya terus memacu dan membagi ilmu.
Dewan Pembina Badan Pengurus Cabang (BPC) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Kabupaten Bandung ini menuturkan, saat dirinya melakukan perjalanan keliling Eropa dan Asia untuk mempelajari bagaimana industri kecil menengah kreatif berkembang di sana, ia menemukan banyak hal yang membuka wawasannya dan menimbulkan rasa greget pada dirinya.
“Para pengusaha di sana benar-benar memanfaatkan segala celah kreativitas untuk membuka pintu rejeki mereka. Upaya mereka besar, usaha mereka gigih, meski jalan yang mereka tempuh tidak menjanjikan kemudahan. Namun semangat juang dan keyakinan mereka menjadi pendorong usaha mereka. Mereka memiliki keberanian, keinginan kuat dan membangun impian mereka dari keinginan tersebut dan menciptakan masa depan mereka,” tutur Nana.
Karenanya ia ingin banyak orang bisa menyalin hal ini dan menuangkannya dalam cetak biru kehidupan mereka.
“Kalau Anda punya keinginan menjadi pengusaha, maka Anda harus pastikan bahwa Anda mempunyai keberanian dan keinginan sekuat gunung. Bila belum kuat, pupuklah keinginan itu hingga akarnya menerobos dan mencengkram erat pada sanubari Anda,” saran ayah dari empat anak ini.
Tapi, yang kerap jadi keluhan atau kendala untuk memulai usaha itu biasanya persoalan modal atau uang, bagaimana hal ini? Menurut Nana, teori manajemen menyebut modal itu ada dua macam yakni modal yang tampak dan yang tidak tampak.
“Persoalannya, kita sering terkecoh dengan modal yang terlihat di mana orientasinya identik dengan uang. Paradigma ini harus kita ubah, ternyata ada pula modal tak tampak yakni koneksi, kepercayaan, yang menjadi modal tak kalah pentingnya. Saya sendiri membangun perusahaan ini dimulai dari modal tak terlihat,” jawabnya.
Dia menunjuk contoh ketika kita masuk ke suatu organisasi, apa yang kita perlukan tentang koneksi sudah ada di organisasi itu. Bahkan bisa sampai terjadi transaksi usaha di organisasi itu meski di organisasi tersebut tidak ada uangnya.
”Tapi ketika kita bicara soal relasi, semua ada di situ,” ujar Ketua Asosiasi Pengrajin Aluminium Jawa Barat ini.
Selain menjalani usaha, Nana juga terlibat aktif dalam berbagai kegiatan organisasi. Menjabat sebagai Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan Ekonomi, Industri dan Potensi Daerah Wilayah IV di Kadin Jabar. Dewan Pembina HIPMI Jabar dan ABSINDO.
Lebih dari itu penggemar off road ini pun mendedikasikan diri, ilmu, pengalam dan waktunya di bidang ekonomi syariah di MES Jabar serta Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia daerah Jawa Barat.
Dari berdagang asongan hingga jadi miliarder, Nana Mulyana mampu merubah hidupnya. Kini dia memembentangkan sayap bisnis perusahaannya dengan menjadi produsen baja ringan yang memberdayakan 400 karyawan.Dari Dagang Asongan Hingga Jadi Miliarder
"Ketika itu saya baru saja menikah, tahun 1995. Berbekal uang Rp10.000, saya dan keluarga hijrah dari Majalengka ke Bandung, naik kendaraan umum sambil menenteng sebuah koper. Dengan bekal itu, saya hidup menumpang di rumah saudara saya. Ini masa-masa keterpurukan dalam hidup saya. Saya hampir-hampir tidak punya uang untuk makan," kata Nana Mulyana, Direktur Utama PT Nuansa Alluminium Senin (25/8).
Demikian kutipan dalam buku bergenre motivasi 8 Mukjizat Rejeki yang ditulis Nana Mulyana.
”Saya tidak menyesali kalau saya terlahir dari keluarga tak mampu. Saya tidak malu meski saya harus putus sekolah karena tidak punya biaya. Saya tidak mengeluh meski saya harus berjualan asongan atau menjadi supir tembak. Sebab, justru karena proses itulah saya akhirnya bisa mendapatkan mukjizat rezeki. Percayalah bahwa Tuhan tidak pernah pilih kasih,” tulis pria kelahiran Majalengka, 14 Juni 1972 ini dalam buku terbit Juli 2014 itu.
Buku yang menginspirasi tersebut mengungkap rahasia cara meraih rejeki yang luar biasa. Berangkat dari kisah nyata seorang pedagang asongan yang melejit menjadi miliader di usia muda.
Bukunya penuh hikmah yang bisa dipetik bagi siapa saja yang ingin meraih rejeki yang bukan hanya ajaib namun menjadi sebuah mukjizat dalam hidup. Tips-tipsnya juga mudah diaplikasikan dan dapat dirasakan hasilnya secara cepat.
”Selama ini saya pasti menyempatkan diri untuk memberi training, berbagi kisah tentang perjalanan bisnis yang saya lakukan selama ini. Saya berharap banyak yang bisa mengambil hikmah dan semangat dari naik turunnya hidup saya,” ucap suami dari Nia Kurniawati ini kepada Sindonews.com Senin (28/8).
Begitu semangatnya ia mengisi pelatihan ke sana kemari, beberapa koleganya menyarankan agar Nana membuat buku saja, tentang perjalanan hidup dan bisnisnya.
Nana Mulyana adalah seorang pengusaha tangguh yang berasal dari keluarga buruh tani dan pedagang kaki lima. Ia membangun usahanya dari nol, sempat menjadi pedagang asongan, kernet angkutan desa, tukang es keliling, pencari rumput untuk pakan ternak, tukang makloon, sales, dengan beberapa kali gulung tikar dalam usaha.
Menjadi karyawan perusahaan lampu pijar Philips pun sempat ia lakoni. Memiliki gaji dan insentif cukup pada masa itu, dan bisa membeli rumah sendiri. Pekerjaan ini membuat Nana mendapatkan pengalaman baru mengenai bagaimana mengelola perusahaan yang lebih profesional, membuat sistem bisnis yang kuat, serta mengatur karyawan.
Namun, Nana tidak lama bekerja di perusahaan itu. Dia kembali memilih untuk usaha sendiri dengan membuka toko elektronik pada akhir 1997. “Meskipun ada perasaan khawatir, saya lebih memilih keluar dan menciptakan usaha yang baru,” ujarnya.
Nana butuh waktu untuk berproses agar kali ini bisnisnya tidak akan jatuh pada keterpurukan seperti bisnis sebelumnya.
Lantas Nana pun mencoba datang ke Jakarta dan belajar bersama pamannya, yang sudah lebih dulu berkecimpung pada bisnis tersebut, untuk mempelajari cara memproduksi perkakas dan peralatan rumah berbahan aluminium.
Dengan modal Rp7 juta dari hasil penjualan mobilnya pada 1997, Nana mencoba membidik usaha perajin aluminium dengan nama CV Nuansa Aluminium waktu itu.
"Jika diperhatikan hampir semua rumah terdapat aluminium. Baik sebagai bahan baku utama rumah, alat dapur, hingga aksesori rumah tangga lainnya,” ujar Nana.
Saat memulai usahanya, Nana hanya merekrut seorang karyawan yang ahli dalam bidang pembuatan berbagai perlengkapan rumah dari bahan aluminium.
Waktu itu, dia hanya mengandalkan pemasaran melalui toko, tetapi setelah dikaji pemasaran seperti itu kurang efektif. Nana memutar otak untuk mencari celah agar bisnisnya laku.
Muncul ide untuk memanfaatkan iklan di koran, meskipun awalnya mencantumkan nomor telepon warung telepon (wartel), dan nomor telepon rumah kontrakannya untuk pemesanan barang.
Strategi itu, berhasil menggaet sejumlah pemesan sampai bisnisnya berkembang dan dapat memasang jaringan telepon sendiri.
Pada 2000, Nana berusaha merintis jaringan penjualan hingga ke pelosok daerah di Jawa Barat dan berhasil membuka delapan kantor cabang antara lain di Cirebon, Banjar, dan Tasikmalaya.
Kini, dirinya sudah memembentangkan sayap bisnis perusahaannya dengan menjadi produsen baja ringan untuk material bangunan yang memberdayakan 400 karyawan.
Berkat pengalaman dan kegigihannya, ia berhasil membangun beberapa perusahaan dengan omset miliaran rupiah per bulannya, dengan aset mencapai puluhan miliar.
PT Nuansa Aluminium yang kini berlokasi di Jalan Percobaan, Desa Cikalang, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung makin berkembang. Jadi, nyaris dengan modal dengkul ia memulai usahanya di bidang aluminium di berbagai cabang perusahaannya di wilayah jawa Barat.
Dengan kegigihan dan kreativitasnya membuat pria yang sempat tidak lulus SMA ini selalu meraih mimpinya.
Saat ini Nana tidak hanya punya satu perusahaan, akan tetapi memegang berbagai perusahaan lainnya dan sering diminta untuk menjadi pembicara pada pelatihan, seminar maupun workshop bisnis.
Membagi ilmu tentang bisnis adalah passion terbesar yang tak pernah membuatnya lelah. Gregetnya untuk mengembangkan ekonomi mikro di tengah masyarakat membuat dirinya terus memacu dan membagi ilmu.
Dewan Pembina Badan Pengurus Cabang (BPC) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Kabupaten Bandung ini menuturkan, saat dirinya melakukan perjalanan keliling Eropa dan Asia untuk mempelajari bagaimana industri kecil menengah kreatif berkembang di sana, ia menemukan banyak hal yang membuka wawasannya dan menimbulkan rasa greget pada dirinya.
“Para pengusaha di sana benar-benar memanfaatkan segala celah kreativitas untuk membuka pintu rejeki mereka. Upaya mereka besar, usaha mereka gigih, meski jalan yang mereka tempuh tidak menjanjikan kemudahan. Namun semangat juang dan keyakinan mereka menjadi pendorong usaha mereka. Mereka memiliki keberanian, keinginan kuat dan membangun impian mereka dari keinginan tersebut dan menciptakan masa depan mereka,” tutur Nana.
Karenanya ia ingin banyak orang bisa menyalin hal ini dan menuangkannya dalam cetak biru kehidupan mereka.
“Kalau Anda punya keinginan menjadi pengusaha, maka Anda harus pastikan bahwa Anda mempunyai keberanian dan keinginan sekuat gunung. Bila belum kuat, pupuklah keinginan itu hingga akarnya menerobos dan mencengkram erat pada sanubari Anda,” saran ayah dari empat anak ini.
Tapi, yang kerap jadi keluhan atau kendala untuk memulai usaha itu biasanya persoalan modal atau uang, bagaimana hal ini? Menurut Nana, teori manajemen menyebut modal itu ada dua macam yakni modal yang tampak dan yang tidak tampak.
“Persoalannya, kita sering terkecoh dengan modal yang terlihat di mana orientasinya identik dengan uang. Paradigma ini harus kita ubah, ternyata ada pula modal tak tampak yakni koneksi, kepercayaan, yang menjadi modal tak kalah pentingnya. Saya sendiri membangun perusahaan ini dimulai dari modal tak terlihat,” jawabnya.
Dia menunjuk contoh ketika kita masuk ke suatu organisasi, apa yang kita perlukan tentang koneksi sudah ada di organisasi itu. Bahkan bisa sampai terjadi transaksi usaha di organisasi itu meski di organisasi tersebut tidak ada uangnya.
”Tapi ketika kita bicara soal relasi, semua ada di situ,” ujar Ketua Asosiasi Pengrajin Aluminium Jawa Barat ini.
Selain menjalani usaha, Nana juga terlibat aktif dalam berbagai kegiatan organisasi. Menjabat sebagai Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan Ekonomi, Industri dan Potensi Daerah Wilayah IV di Kadin Jabar. Dewan Pembina HIPMI Jabar dan ABSINDO.
Lebih dari itu penggemar off road ini pun mendedikasikan diri, ilmu, pengalam dan waktunya di bidang ekonomi syariah di MES Jabar serta Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia daerah Jawa Barat.
(ilo)