Pelajaran Mundurnya Karen

Kamis, 21 Agustus 2014 - 17:25 WIB
Pelajaran Mundurnya Karen
Pelajaran Mundurnya Karen
A A A
PADA 19 Agustus 2014 kita semua dikejutkan oleh berita pengunduran diri Karen Agustiawan dari jabatannya sebagai direktur utama Pertamina, satu posisi yang banyak diincar orang.

Dalam beberapa periode kepemimpinan sebelumnya jabatan ini dipegang tidak lebih dari 3 tahun, Karen sudah lebih dari 6 tahun menjabat. Berita ini tentu sangat mengejutkan karena masa jabatan Karen baru saja diperpanjang untuk periode kedua sampai 2018 melalui keputusan RUPS Perseroan.

Kedua, selama periode kepemimpinan Karen, Pertamina menunjukkan kinerja yang sangat bagus dan menorehkan banyak prestasi yang belum pernah dicapai pada periode-periode sebelumnya, seperti diberitakan oleh KORAN SINDO (19/8/2014).

Salah satu langkah yang paling strategis yang dilakukan Karen adalah mengonversi visi dan misi perusahaan dari perusahaan minyak dan gas bumi menjadi perusahaan energi, termasuk energi terbarukan. Energizing Asia adalah salah satu program yang dicanangkannya.

Dengan perubahan visi dan misi ini Pertamina akan lebih mengonsentrasikan dirinya menjadi perusahaan yang melakukan penelitian dan pengembangan serta eksplorasi sumber-sumber energi baru dan terbarukan seperti biodiesel, gasifikasi sampah, bioetanol, dan sebagainya. Ini merupakan langkah yang dinantikan dan menjadi tantangan untuk mengantisipasi semakin menipisnya cadangan energi fosil di Indonesia, bahkan dunia.

Banyak spekulasi yang berkembang di luar, selain masalah personal tentunya, terkait mundurnya Karen, misalnya perseteruan antara Pertamina dan pemerintah soal penentuan harga gas elpiji 12 kg yang tak kunjung selesai. Masalah antara Pertamina dan PLN soal penggunaan bahan bakar solar, yang terakhir telah disepakati untuk menggunakan bioetanol. Belum lagi persoalan subsidi BBM yang terus melambung.

Isu miring pun tidak lepas dari beliau yang sempat berurusan dengan KPK untuk kasus yang melibatkan kementerian ESDM beberapa waktu lalu. Tidak mudah memang memimpin perusahaan sebesar dan sestrategis Pertamina. Begitu banyak kepentingan yang terlibat, begitu besar dan luas dampak yang timbul dari setiap kebijakan yang dibuat dan begitu banyak pihak yang ingin ikut memengaruhi setiap kebijakan yang akan dibuat oleh seorang Karen. Berbagai dilema sudah pasti sangat sering dihadapi.

Enam tahun memang bukan waktu yang singkat untuk dapat mengelola, menahan tekanan, dan tetap berdiri pada koridor yang benar dan profesional. Kepemimpinan yang kuat sekalipun dapat saja tergelincir dan terjerumus dengan bertubi-tubinya tekanan dan godaan yang datang. Dan batasan kekuatan itu mungkin saja sudah terlampaui pada tahun ini, pada saat dia memutuskan mundur.

Joel C. Peterson, seorang ahli manajemen bisnis dan kepemimpinan, menyebut tiga alasan atau pertanyaan yang akan dipertimbangkan oleh seorang profesional sebelum memutuskan untuk keluar dari posisinya.

Pertama, apakah saya mendapatkan respek dalam posisi saya? Kedua, apakah saya berada dalam tim pemenang? Terakhir, apakah saya melakukan sesuatu yang berarti bagi pemangku kepentingan? Jika melihat dari ketiga pertanyaan tersebut, semua jawaban seharusnya positif untuk Karen.

Namun, apa jawaban sesungguhnya hanya dia yang tahu, karena bisa saja kita salah dalam menilai dan banyak hal yang mungkin tidak kita ketahui. Mungkin kita tidak perlu memperpanjang apa alasan mengapa dia mundur, karena itu sudah menjadi hak yang diatur anggaran dasar perusahaan.

Hal yang perlu dipikirkan adalah apa yang harus dilakukan dengan dia keluar? Selain mencari pengganti yang sepadan, jawaban yang paling klise adalah melanjutkan programprogram yang baik dan memperbaiki program kerja yang masih belum sempurna.

Itu menjadi klise jika hanya sebatas perkataan di bibir, tetapi akan menjadi sesuatu yang berarti apabila betul-betul dilaksanakan. Menurut hemat saya, salah satu program yang harus dilanjutkan adalah menggarap dan mengembangkan sumbersumber energi baru dan terbarukan (renewable energy).

Ini harus menjadi konsentrasi Pertamina dalam program-programnya ke depan yang telah dirintis pada masa kepemimpinan Karen. Inilah yang harus dilanjutkan. Ini juga tentu didasari dengan kenyataan bahwa sumber energi fosil yang selama ini menjadi sumber energi utama dunia sudah semakin menipis cadangannya, baik cadangan domestik maupun dunia. Pengembangan biodiesel, bioetanol dan gasifikasi sampah adalah salah satu contoh program yang telah dirintis Karen.

Hal kedua, kita harus melihat mundurnya seorang profesional dari sisi yang positif, dalam arti tidak ada yang salah bagi seseorang untuk memutuskan keluar dari pekerjaannya karena itu adalah hak mendasar yang dimiliki oleh seorang profesional.

Dalam ilmu mikromanajemen perusahaan, keluarnya seorang profesional yang diandalkan dari perusahaan bisa dipandang sebagai aset atau liabilitas.

Dia akan menjadi aset jika kita memandangnya dari aspek positif yang melihat keluarnya seseorang yang andal akan dapat mengembangkan jaringan perusahaan kepada saluran-saluran baru yang tidak tersentuh selama ini dan memberikan referensi positif tentang perusahaan.

Sebaliknya, itu akan menjadi liabilitas jika keluarnya seseorang dianggap sebagai suatu pembangkangan, ketidakdisiplinan dan perbuatan tidak bertanggung jawab yang patut dihakimi dan dihukum, sehingga yang muncul adalah liabilitas, berupa permusuhan, referensi buruk terhadap perusahaan, dan tertutupnya peluang-peluang baru bagi perusahaan yang seharusnya dapat dibawa oleh profesional tersebut.

Ibarat pepatah mengatakan kondisi perusahaan yang menganggap negatif keluarnya sang profesional dari sisi negatif seperti orang yang sudah jatuh tertimpa tangga pula, tidak ada keuntungan apapun yang diperoleh perusahaan melainkan hal-hal negatif dan destruktif, sudah kehilangan orang, kehilangan peluang pula.

Dalam kasus Karen, kita semua harus memandang dia mundur dari perspektif yang positif agar prestasi yang dicapai dan langkah strategis yang telah dimulai dapat dilanjutkan oleh penerusnya, sehingga langkah Pertamina untuk menjadi perusahaan Energizing Asia pada 2025 dapat terwujud.

HANDI SAPTA MUKTI, SSI MM
Praktisi Manajemen Resensibuku
(hyk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4937 seconds (0.1#10.140)