Danau Batur Tercemar, Ini Langkah yang Dilakukan BLH Bali

Kamis, 21 Agustus 2014 - 00:01 WIB
Danau Batur Tercemar, Ini Langkah yang Dilakukan BLH Bali
Danau Batur Tercemar, Ini Langkah yang Dilakukan BLH Bali
A A A
DENPASAR - Satu-satunya danau kebanggaan Kabupaten Bangli kembali jadi sorotan. Kali ini bukan lantaran keindahan alam dan kunjungan wisatawannya, tapi karena pencemaran kronis. Sejak Senin (18/8/2014), ribuan ikan kelenggeh atau pingsan akibat Danau Batur mengeluarkan belerang.

Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Bali menyatakan fenomena ini sebagai puncak kerusakan ekosistem air. Alih fungsi hutan dan penggunaan pupuk kimia makin menjadi, sehingga fungsi hidrologi kawasan hijau berkurang.

Kepala Bidang Konservasi BLH Provinsi Bali IB Badraka menjelaskan, pemulihan kondisi air Danau Batur tidaklah mudah. Bahkan, hitungan bulan atau tahun pun belum tentu berhasil jika tidak didukung oleh banyak pihak, utamanya Pemerintah Daerah Bangli termasuk masyarakat di sekitar danau.

Badraka menyatakan, pencemaran yang terjadi di Danau Batur sangat kompleks. Tidak hanya karena semburan belerang, tetapi juga 'serangan' limbah rumah tangga dan pembabatan hutan di sekitar danau.

Selama bertahun-tahun, kawasan hutan di sekitar danau (Daerah Tangkapan Air) digunduli, beralih fungsi menjadi permukiman, rumah makan, ataupun perkebunan. Akibatnya, saat curah hujan tinggi, terjadi erosi besar-besaran. "Jika curah hujan tinggi, terjadi erosi yang membawa materi sedimentasi langsung ke danaunya," ujarnya saat ditemui di kantornya, Denpasar, Rabu (20/8/2014).

Dampak terburuknya, kualitas air Danau Batur menurun mengandung racun dan tidak bisa dikonsumsi lagi. Selain itu, pencemaran parah juga mengakibatkan kerusakan ekosistem yang ditandai dengan tumbuhnya eceng gondok dan ribuan ikan mati mendadak.

Badraka menambahkan, BLH Provinsi Bali sudah melakukan sejumlah upaya untuk menangani situasi ini. Yakni, dengan melakukan monitoring dan mengimbau masyarakat sekitar untuk bekerja sama. Langkah paling sederhana yang dapat ditempuh adalah membersihkan eceng gondok.

Kemudian, mengingatkan masyarakat agar menggunakan pupuk organik dan pestisida yang ramah lingkungan. "Kawasan hutan yang dialihfungsikan menjadi perkebunan hendaknya dibuat dengan sistem terasering, sehingga dapat mengurangi dampak erosi. Perumahan warga ataupun industri di sekitar danau juga hendaknya dibuatkan penampungan limbah. Jadi tidak langsung mengalir ke danau," jelasnya.

Selain menyebabkan pencemaran, kondisi tersebut juga menjadi pemicu terjadinya pendangkalan. Apabila tidak segera ditangani, dikhawatirkan kondisi semakin parah dan pemilik budidaya ikan di kerambah semakin merugi. Kualitas air kian buruk, yang ditandai dengan kadar oksigen menurun. Badraka pun berharap, pemerintah daerah dan penduduk sekitar kooperatif demi pemulihan Danau Batur.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5628 seconds (0.1#10.140)