Lagi, ratusan unggas di Garut mati mendadak

Selasa, 04 Februari 2014 - 18:24 WIB
Lagi, ratusan unggas di Garut mati mendadak
Lagi, ratusan unggas di Garut mati mendadak
A A A
Sindonews.com – Ratusan unggas jenis itik di Kabupaten Garut lagi-lagi mati mendadak. Sebelumnya unggas mati di Kecamatan Leuwigoong dan Banyuresmi, kali ini di Desa Cigawir, Kecamatan Selaawi, Kabupaten Garut.

Kasi Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan (Disnakanla) Kabupaten Garut Dyah Savitri mengatakan, pihaknya telah menurunkan tim untuk melakukan pengecekan.

Tim yang terdiri dari petugas Participatory Disease Surveillance Response (PDSR) dan Petugas UPTD Disnakanla Kecamatan Selaawi, kata dia, masih meneliti penyebab kematian unggas yang terjadi secara mendadak ini.

“Kemungkinan penyebabnya sama, yaitu akibat cuaca basah. Selama ini hujan deras mengguyur beberapa wilayah di Garut. Angka ratusan unggas yang mati pun diperkirakan akumulasi dari bulan sebelumnya,” kata Dyah, Selasa (4/2/2014).

Menurut Dyah, sebagian besar warga di Kecamatan Selaawi terlambat melaporkan kematian ratusan unggas tersebut. Angka kematian unggas di kecamatan ini, ia prediksi merupakan akumulasi dari dua bulan sebelumnya.

“Selain meneliti penyakit penyebab matinya unggas, para petugas di lapangan pun masih mendata jumlah pasti hewan unggas yang mati,” ucapnya.

Di Kecamatan Leuwigoong dan Banyuresmi, matinya sebanyak 2.500 ekor unggas itik disebabkan oleh jangkitan penyakit syaraf. Di Kecamatan Leuwigoong, penyakit ini menjangkiti satu desa, sementara di Kecamatan Banyuresmi sebanyak dua desa.

“Sama seperti pada dua kecamatan sebelumnya, untuk di Kecamatan Selaawi, penyakit yang menyerang pada unggas ini belum ditemukan menular pada manusia. Namun kami masih melakukan pengujian untuk memastikan jenis penyakitnya apa,” terangnya.

Pada awal 2014 lalu, sebanyak 10 PDSR dan 28 Petugas UPTD Disnakanla di setiap kecamatan Kabupaten Garut telah disiagakan untuk menghadapi kemungkinan kemunculan wabah penyakit unggas, termasuk flu burung.

Meski demikian, Dyah mengaku jumlah petugas yang ada tidak sebanding dengan luas wilayah Garut beserta jumlah peternak yang mencapai ribuan. “Kami hanya memiliki petugas sebanyak 38 orang saja.

Tapi kami tetap bekerja sekeras mungkin dengan bantuan para relawan dan perangkat pemerintah kecamatan, desa, sampai tingkat RW dan RT. Monitoring dilakukan di sejumlah tempat yang rawan penyakit unggas, seperti Banyuresmi yang pernah terjangkit flu burung," katanya.

Sementara itu, salah seorang warga Desa Cigawir, Kecamatan Selaawi, Ade Farhan (24), mengaku matinya ratusan unggas di sekitar ia tinggal merupakan hal yang biasa. Sebab matinya unggas ini rutin terjadi di setiap tahun.

“Kami hanya mengetahui jika musim hujan selalu ada hewan unggas yang mati. Mungkin karena tidak tahan terhadap suhu dingin,” imbuhnya.
(lns)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7595 seconds (0.1#10.140)