Setiap detik, 5.000 liter air Umbulan terbuang ke laut

Rabu, 09 Oktober 2013 - 17:53 WIB
Setiap detik, 5.000 liter air Umbulan terbuang ke laut
Setiap detik, 5.000 liter air Umbulan terbuang ke laut
A A A
Sindonews.com - Tarik ulur rencana pembangunan megaproyek sumber air Umbulan tidak hanya menimbulkan ketidakpastian, tetapi juga terbuangnya potensi sumber daya air yang melimpah. Dalam setiap detik, sebanyak 5.000 liter air dari sumber air Umbulan, terbuang ke laut.

Megaproyek Umbulan yang digagas tahun 1986 selalu terjadi kebuntuan. Terakhir dalam rapat koordinasi yang dipimpin Wakil Presiden RI, 31 Agustus 2010 lalu, proyek Umbulan kembali ditetapkan sebagai satu dari lima proyek percontohan (showcase).

Kelima proyek itu yakni, proyek Kereta Api Bandara Soekarno Hatta–Manggarai, jalan tol Medan–Kuala Namu, Sumatera Utara, Cruise Terminal Tanah Ampo, Bali, proyek pembangkit listrik Jawa Tengah serta Proyek Kerjasama Pemerintah Swasta-Sistem Penyediaan Air Minum (KPS-SPAM) Umbulan Jawa Timur.

Wakil Gubernur (Wagub) Jatim, Syaifullah Yusuf, mengungkapkan, proyek Umbulan ini diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan air bersih bagi 1,3 juta jiwa di lima wilayah yakni Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Sidoarjo, Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik. Proyek Umbulan ini juga sebagai program konservasi lintas kabupaten yang terstruktur.

"Setiap detik air Umbulan terbuang cuma-cuma kelaut. Ini sudah berlangsung puluhan tahun. Jika proyek ini berjalan, dapat memenuhi air bersih bagi 1,3 juta jiwa dilima kabupaten dan kota," kata Wagub Syaifullah Yusuf dalam Diskusi Panel "Megaproyek Umbulan, untuk Siapa?" yang diselenggarakan PWI Pasuruan, Rabu (9/10/2013).

Ketua DPRD Kota Pasuruan, Ismail Marzuki, menyatakan Pemkot Pasuruan secara de jure dan de facto adalah pemilik sumber air Umbulan sesuai dokumen kepemilikan sejak zaman Belanda. Karenanya, ia memberikan syarat agar harga yang diberlakukan untuk warga Kota Pasuruan lebih murah dibanding daerah lain.

Pakar Hidrologi Universitas Brawijaya Malang, Dr Gunawan Wibisono, menyatakan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, terjadi penurunan debit air di sekitar sumber air Umbulan. Beberapa diantaranya adanya pengambilan air tanah untuk industri di hilir mata air Umbulan sekira 620 liter/detik berasal dari 150 buah sumur bor.

Selain itu juga adanya aktivitas illegal drilling yang diperkirakan sebanyak 75 sumbur bor di sekitar Kecamatan Gondang wetan, Winongan, Pasrepan, Grati dan Rejoso.

"Masyarakat sudah menunggu realisasi proyek Umbulan. Berbagai persoalan yang timbul, harus diselesaikan dengan permusyawaratan melalui pembentukan Dewan sumber Daya Air. Dewan ini akan mewakili kepentingan semua pihak dalam mengintegrasikan berbagai kepentingan," kata alumnus program doktoral Environmental Science Murdoch University Westren Australia ini.

Sementara itu, politikus Misbakhun kembali mengingatkan agar transparan dalam pelaksanaan megaproyek Umbulan. Bahwa kebijakan publik yang diputuskan jangan sampai menimbulkan kecerobohan. Karena proyek Umbulan ini berdampak sangat besar terhadap masyarakat.

"Kami tidak pernah menolak proyek Umbulan. Tapi kami ingin mengingatkan bahwa proyek ini harus dilakukan secara transparan. Masyarakat mendapat apa dari proyek tersebut, demikian juga apa yang didapatkan pemkab atau pemkot," kata Misbakhun yang beberapa waktu lalu bersuara lantang tentang proyek Umbulan.

Baca juga: Kontroversi megaproyek Umbulan
(rsa)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.6887 seconds (0.1#10.140)