Hadapi MEA dengan Mencetak Komunitas Masyarakat Berbahasa Inggris

Senin, 05 Desember 2016 - 14:32 WIB
Hadapi MEA dengan Mencetak Komunitas Masyarakat Berbahasa Inggris
Hadapi MEA dengan Mencetak Komunitas Masyarakat Berbahasa Inggris
A A A
KEDIRI - English Massive (Emas) yang lebih kurang bertafsir memasyarakatkan bahasa Inggris menjadi program inovasi Pemerintah Kota Kediri dalam menyambut MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Saat daerah lain sibuk membenahi produk ekonomi unggulan, Pemkot Kediri justru memilih menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM). Pemkot mendekatkan bahasa Inggris sebagai skill berbicara kepada seluruh lapisan masyarakat Kota Kediri. Sebab dalam hubungan antar bangsa antar negara (MEA), kepiawaian berkomunikasi (bahasa) menjadi kunci.

Sejak Rabu sore lalu, hujan mengguyur rata Kota Kediri. Bahkan, air yang tercurah semakin deras tak henti-henti. Namun, orang-orang dengan usia berbeda satu sama lain itu tidak juga beranjak dari beranda.

Ada delapan orang. Paling tua berusia lebih dari 40 tahun. Mereka duduk di kursi masing-masing dengan pola posisi setengah melingkar. Beberapa di antaranya memegang alat musik. Seperangkat gamelan dan dua buah gitar akustik. Serius tapi santai, riang penuh keakraban. Gayeng.

Itulah suasana latihan salah satu kelompok peserta program English Massive yang berlokasi di Kelurahan Ngronggo, Kecamatan Kota Kediri. Sebuah program pendidikan bahasa Inggris gratis dari pemerintah daerah untuk masyarakat Kota Kediri.

Malam itu jadwal mereka berlatih. Ya, dua kali dalam seminggu dengan durasi satu setengah jam sekali bertemu. Seperti biasa, latihan berlangsung di rumah Heru Sugiarto, warga setempat yang juga merelakan sisi rumahnya untuk kegiatan belajar mengajar lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Di bagian belakang rumah ada beberapa ruang. Pagi hari untuk kelas siswa PAUD dan malam hari untuk kelompok English Massive. Malam itu, Rino salah satu peserta English Massive kebagian memainkan gitar. Petikan senar gitar bolong guru pelajaran seni itu memecah keheningan malam. Kord intro lagu "jaranan" atau "jaran teji" dengan aransemen yang berbeda dari aslinya.

Saat memasuki "prolog" lagu, lagi-lagi Rino juga melantunkan lirik dalam bahasa yang berbeda. Apalagi kalau bukan bahasa Inggris. "Semuanya kita gubah sendiri sekaligus kita inggriskan," tutur Rino sembari tersenyum.

Dalam lagu jaranan ada bait Ngronggo Village, Kediri City. Kemudian East Java, Indonesia. Reffrain sekaligus penutup lagu melantunkan lirik We Are Good, We Are Bright, We Are The Next Winner, ser ser Tambah Pinter. Mulai suara tunggal, sahut-sahutan hingga koor bersamaan.

Beberapa kali ada debat kecil soal pengucapan. Sebab memang masih ada beberapa potong kalimat Inggris yang terlontar ala bahasa Indonesia. "Tambah Pinter itu nama kelompok English Massive di Ngronggo ini," terang Rino.

Kelompok Tambah Pinter memiliki 170 peserta didik, terdiri dari kelompok dewasa sebanyak 13 peserta didik, kelompok remaja 32 peserta didik, dan kelompok anak-anak sebanyak 125 peserta didik. Di sana ada lima orang tutor atau pengajar.

Kelompok dewasa memiliki beragam latar belakang. Ada yang berprofesi pendidik (guru). Misalnya Rino dan Siti Nurhidayati. Juga Didit yang di dalam English Massive berperan sebagai pemain gitar. Kemudian ada juga yang berlatar belakang pedagang, pengusaha dan peternak ikan.

"Tujuan utama adalah ingin menguasai bahasa Inggris. Motivasi lainnya tentu berkait dengan profesi. Seperti saya misalnya, sebagai pengajar butuh bahasa Inggris," jelas Rino.

Pada kelompok dewasa, tutor English Massive lebih menekankan materi conversation (percakapan). Keterampilan bercakap Inggris lebih dibutuhkan dibanding menulis dan mengusai gramar. Program English Massive telah menumbuhkan tradisi berkomunikasi berbahasa asing (Inggris). Sebab, kunci penguasaan bahasa terletak pada kebiasaan.

"Dan, para peserta English Massive ini rata-rata tambah percaya diri dalam berkomunikasi bahasa Inggris. Yang ditekankan adalah berani dulu mengucapkan. Adanya kekeliruan justru menjadi penyempurnaan," papar Rino.

Sementara, pada kelompok remaja dan anak anak, tutor lebih menekankan pada materi kata per kata, yakni mulai "menginggriskan" tubuh, tema terdekat seperti keluarga, rumah, binatang, makanan dan semua aktivitas di lingkungan sekitar. Kelompok remaja dan anak anak ini terdiri dari pelajar tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Dasar (SD) mulai kelas 4 hingga 6.

Para peserta berada dalam kelas. Setiap satu kelompok kecil ditempatkan sebuah meja berkaki pendek berbentuk persegi empat melebar. Semua peserta didik duduk bersimpuh dengan gaya lesehan.

Syailendra, tutor kelompok peserta anak-anak mengatakan bahwa dirinya lebih banyak menggunakan pola permainan sebagai metode pengajaran. Setiap memulai latihan, dia selalu lebih dahulumembuat suasana senyaman mungkin.

Tak heran, sebagai pemanasan sarjana sastra Inggris ini kerap mengawali dengan bernyanyi bersama. "Karenanya tidak jarang lebih dari seperempat jam kami bercanda dulu. Tidak langsung masuk materi," ujarnya.

Begitu juga pada latihan malam itu. Syailendra membagikan ratusan potongan kertas dengan masing masing tertulis abjad A hingga Z. Setiap anak diminta menyusun abjad menjadi kata Inggris. Lalu masing-masing mengucapnya bergantian.

Menurut dia, materi latihan memang lebih banyak pada speaking. Tidak ada menulis, kewajiban menghafal atau membebani peserta dengan pekerjaan rumah. Sebab, selain piawai berbicara Inggris, salah satu tujuan program ini adalah mengantarkanya lebih berani berkomunikasi, yakni menancapkan tradisi berani bercakap Inggris sejak dini.

"Berani dan percaya diri dalam berbahasa Inggris itu yang lebih penting," kata Syailendra.


Program Pertama di Indonesia

Program English Massive untuk masyarakat Kota Kediri ini diyakini sebagai yang pertama dan satu satunya di Indonesia. Program yang di-launching bulan Maret 2016 itu telah memiliki 67 titik (spot) atau kelompok English Massive serupa kelompok Tambah Pinter di Kelurahan Ngronggo.

Tiap spot minimal ada sepuluh orang peserta didik. Di Kota Kediri saat ini total ada 1.500 peserta didik dari berbagai kalangan usia (anak anak, remaja, dan dewasa).

Melihat banyaknya permintaan ke Dinas Pendidikan Kota Kediri selaku leading sector, tidak tertutup kemungkinan jumlah spot dan peserta terus bertambah. "Selain itu ada 29 spot baru dalam daftar tunggu. Gagasan program ini berawal dari Pak Wali Kota (Abdullah Abu Bakar), yakni memilih menyiapkan SDM untuk menghadapi MEA. Jadi tidak hanya fokus pada marketing dan sertifikat produk," tutur Kasubag Penyusunan Program Dinas Pendidikan Kota Kediri Chevy Ning Suyudi.

Program English Massive ini sepenuhnya gratis. Pada tahun 2016 ini, Pemkot Kediri mengalokasikan anggaran Rp1,5 miliar di APBD. Karenanya, setiap warga atau masyarakat di Kota Kediri bisa mengajukan ke dinas pendidikan. Syaratnya, setiap spot atau kelompok minimal ada sepuluh orang peserta. Syarat lainnya harus ada satu hingga dua orang yang menjadi koordinator sekaligus penanggung jawab spot.

Dinas, kata Chevy, selanjutnya turun untuk melakukan pengecekan dan verifikasi. Tidak heran aktivitas belajar mengajar spot English Massive ada di mana-mana, mulai dari balai warga tingkat RT, warung kopi, taman kota, hingga stasiun.

"Kalau memang verifikasinya lolos, kami akan langsung menyiapkan tutor atau pengajar," kata Chevy.

Saat ini, ada sebanyak 41 tutor yang terbagi atas 26 tutor lama dan 15 tutor baru. Semuanya minimal berijazah S1 jurusan bahasa Inggris. Pemkot Kediri memberi honorarium rutin untuk aktivitas yang mereka lakukan.

Chevy menambahkan bahwa pendidikan bahasa Inggris yang diperoleh formal di bangku sekolah dinilai belum mencukupi. Faktanya, masih banyak kelompok usia produktif yang kurang piawai bercakap Inggris. Sementara, dalam konteks MEA, bahasa internasional merupakan salah satu kunci masuk ke bidang lain, termasuk bisnis dan kerja sama. Kemampuan berbahasa Inggris akan menjadi penolong yang efektif.

Penyiapan SDM yang melek bahasa asing, kata dia, merupakan terobosan brilian. Pemkot Kediri tengah menumbuhkan budaya berbahasa. Hal itu akan berkembang sekaligus memunculkan ikon atau brand sebagai english community atau semacam kampung-kampung Inggris di Kota Kediri. Sebab, kunci berbahasa adalah kebiasaan menggunakannya.

"Kita memimpikan setiap orang yang berpikir tentang Kota Kediri akan juga teringat masyarakatnya pandai berbahasa Inggris. Bahkan, sampai muncul slogan tidak tertulis kalau ingin pandai berbahasa Inggris datanglah ke Kediri," pungkasnya.

Penanggung jawab program kelompok English Massive Tambah Pinter Eko Hari Purnomo mengatakan, English Massive telah membuat perubahan kemampuan berbahasa dalam waktu singkat.

Dari peserta yang sebelumnya gagap menjadi tidak ragu-ragu. Dan, yang sebelumnya sudah mengerti bahasa Inggris semakin piawai. "Terbukti dalam perlombaan bahasa Inggris yang digelar organisasi KNPI di Kediri, kelompok Tambah Pinter memborong piala kemenangan," ujarnya.

Pada lomba yang berlangsung bulan Juli 2016, English Massive Tambah Pinter menyabet juara satu untuk kategori kelompok remaja. Sementara, kategori kelompok dewasa memborong juara satu, dua, dan harapan satu.

Pada 11 Desember 2016, mereka akan kembali berlaga untuk lomba menyanyi lagu bahasa Inggris dengan aransemen dan gubahan lirik sendiri. "English Massive ini merupakan program yang sangat bagus. Manfaatnya nyata. Semoga tahun depan Pemkot Kediri mengembangkan lebih baik," pungkasnya.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6669 seconds (0.1#10.140)